Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Tur Berbahasa Rusia dan Kazhak ke Charyn Canyon

16 April 2025   20:31 Diperbarui: 19 April 2025   16:33 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di tepian jalan (Dokumentasi Pribadi)

Begitu meninggalkan kota Almaty, bus melaju di jalan raya A351 yang lebar dan mulus seperti jalan bebas hambatan. Meskipun bukan jalan tol resmi seperti di Indonesia (nggak ada bayar-bayaran di gerbang tol), kondisi aspalnya mulus banget dan jalanan relatif sepi. Udara pagi sejuk, dan jendela bus jadi bingkai sempurna untuk melihat dunia luar berubah perlahan.

Di awal-awal perjalanan, masih banyak gedung-gedung dan rumah penduduk. Tapi tak lama, kami mulai melewati daerah pinggiran seperti Kaskelen, lalu desa-desa kecil seperti Uzynagash. Beberapa desa tampak sederhana, dengan rumah-rumah berdinding rendah dan ladang terbuka yang membentang ke segala arah.

Ketika mentari mulai menampakkan sinarnya, di pinggir jalan sesekali terlihat penjual buah lokal. Mereka duduk di kursi lipat dengan meja kecil, menjajakan semangka, melon, anggur, dan apel dalam tumpukan yang menggoda. 

Musim panas baru saja usia dan ini adalah waktu panen. Setelah berjalan sekitar dua jam bus sempat berhenti di rest area dan kami mampir ke toko kecil membeli minuman ringan atau kopi dan makanan kecil. Di halaman, ada juga seorang petani tua dengan topi jerami sedang memotong melon, aromanya manis dan segar!

Kota atau desa yang kami lalui antara lain Issyk dan Shelek---nama-nama yang mungkin asing bagi turis asing, tapi menjadi bagian penting dalam lanskap perjalanan menuju tenggara Kazakhstan, tak jauh dari perbatasan Kirgizstan dan Tiongkok.

Kian jauh meninggalkan Almaty, pemandangan mulai berubah. Rumput-rumput yang dulunya hijau mulai menguning. Stepa Kazakhstan mulai memperlihatkan wajah musim gugurnya---hamparan keemasan sejauh mata memandang, seolah bumi ditaburi sinar matahari yang membeku. 

Di kejauhan, pegunungan Tian Shan menjulang dengan pucuknya yang mulai ditutupi salju tipis. Langit biru bersih, dan awan putih menggantung tenang seperti lukisan. Rasanya seperti menonton film alam dalam resolusi 4K.

Qazaqstan 2050 (Dokumentasi Pribadi)
Qazaqstan 2050 (Dokumentasi Pribadi)

Sekitar 3 jam perjalanan, kami mendekati desa Shelek. Di sinilah bus mulai berbelok ke kanan, meninggalkan jalan utama dan masuk ke jalan yang lebih kecil. Medannya mulai berubah---sedikit lebih kasar, lebih sempit, dan debu mulai beterbangan. Tapi ini justru bagian yang bikin seru. Rasanya seperti mulai masuk ke "zona petualangan".

Sepanjang jalan ini, bukit-bukit rendah mulai terlihat, tanahnya berwarna merah kecokelatan, dan vegetasinya mulai jarang. Pepohonan kecil berdiri menyendiri di tengah tanah gersang. 

Saya sempat melihat bukit dengan tulisan besar "QAZAQSTAN 2050" yang ditulis dengan batu putih di lereng bukit---mirip seperti tulisan "HOLLYWOOD" di Los Angeles. Sepertinya ini semacam simbol visi masa depan Kazakhstan, mirip dengan konsep "Indonesia Emas 2045".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun