Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Maundy Money, Tradisi Inggris yang Tidak Lekang oleh Waktu

15 April 2025   17:03 Diperbarui: 15 April 2025   17:03 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maundy Money: Coin identifiwr

Di zaman Ratu Elizabeth II, Maundy Money diserahkan dalam dua kantong kecil---satu putih dan satu merah. Kantong putih berisi koin Maundy yang sudah disebut tadi, dicetak dengan desain khas: sisi belakang bergambar mahkota dan karangan bunga, sedangkan sisi depannya menampilkan potret Ratu Elizabeth II yang dibuat pada tahun 1952, saat ia pertama kali naik takhta. Menariknya, potret ini tidak pernah diganti, meski potret di koin umum telah diperbarui empat kali.
Jumlah koin dalam kantong putih disesuaikan dengan usia ratu. Jadi kalau ratu berusia 94 tahun, total nilai koin yang diberikan adalah 94 peni. Tapi selain itu, ada juga kantong merah yang berisi uang senilai 5.50. Ini menggantikan hadiah makanan dan pakaian seperti di zaman dulu. Kadang-kadang, koin dalam kantong merah ini juga edisi khusus. Contohnya, pada tahun 2019, kantong merah berisi koin 5 untuk memperingati 200 tahun kelahiran Ratu Victoria, dan koin 50p bergambar Sherlock Holmes. 

Tahun 2015, koinnya memperingati 50 tahun wafatnya Winston Churchill dan 75 tahun Pertempuran Inggris. Jadi selain bermakna sejarah, isinya juga bikin kolektor senang.

Selama pandemi, upacara Maundy Money sempat ditiadakan karena pembatasan sosial. Tapi kerajaan tetap mengirimkan koin-koin itu lewat pos kepada para penerima, lengkap dengan surat pribadi dari sang ratu. Ini menunjukkan bahwa, walau upacara tak bisa digelar, penghargaan dan niat baik di balik tradisi ini tetap dijaga.
Di era modern, Maundy Money mungkin terasa simbolik. Tapi justru di situlah letak kekuatannya. Ketika banyak hal berubah dan modernisasi merambah hampir semua sisi kehidupan, tradisi seperti ini menjadi pengingat bahwa nilai-nilai seperti pelayanan, pengabdian, dan penghargaan atas kerja keras tetap penting. Ini juga menjadi jembatan antara kerajaan dan rakyat, sebuah bentuk kedekatan yang melampaui protokol dan simbol-simbol kemewahan.
Buat sebagian orang, menerima Maundy Money adalah pengalaman seumur hidup. Mereka diundang ke gereja besar, duduk di barisan terdepan, dan menerima langsung hadiah dari sang raja atau ratu. 

Tidak hanya karena nilai sejarah dan koin peraknya, tapi karena maknanya yang dalam: bahwa pengabdian sederhana kepada komunitas diakui dan dihargai.

Meski terdengar sangat Inggris, tradisi Maundy Money sebenarnya mengandung pesan universal. Ia mengajarkan bahwa kekuasaan yang besar seharusnya disertai kerendahan hati, dan bahwa pemimpin yang baik adalah mereka yang tahu cara menghargai rakyatnya---bukan dengan kemewahan, tapi dengan pengakuan yang tulus.
Jadi, di balik kantong kecil berisi koin perak, tersembunyi sejarah panjang, nilai moral, dan harapan bahwa tradisi pelayanan tidak akan pudar dimakan waktu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun