Maundy Thursday tahun 2025 akan jatuh pada hari Kamis, 17 April 2025 .
Di Indonesia perayaan ini dikenal dengan nama Kamis Putih dan dirayakan oleh umat Katolik dan sebagian Kristen Protestan. Semuanya masih dalam rangkaian Semana Santa menjelang Paskah.
Konon, Kamis Putih ini memperingati Perjamuan Terakhir yang dilakukan oleh Yesus Kristus bersama para murid-Nya sebelum penyaliban.
Nah kali ini saya tidak akan membahas sisi religius perayaan ini, namun lebih ke dari sudut pandang Numismatik atau orang orang yang hobi mengumpulkan mata uang.
Dalam tradisi Kerajaan Inggris, pada hari ini, raja atau ratu membagikan "Maundy Money" kepada warga lanjut usia yang telah memberikan kontribusi berarti bagi komunitas dan gereja .
Setiap tahun menjelang Paskah, tepatnya di hari Kamis Putih, ada satu tradisi kerajaan Inggris yang cukup unik dan sarat makna: pembagian Maundy Money. Meski namanya terdengar asing bagi banyak orang di luar Inggris, tradisi ini sudah berlangsung selama berabad-abad dan masih bertahan hingga kini, bahkan di zaman modern yang serba digital ini.
Maundy Money bisa diartikan sebagai uang khusus yang diberikan oleh raja atau ratu kepada rakyat biasa, tepat di hari Kamis Putih---hari yang dalam tradisi Kristen memperingati Perjamuan Terakhir antara Yesus dan murid-murid-Nya. Tradisi ini berakar pada semangat pelayanan dan kerendahan hati. Bahkan, dulunya, raja atau ratu akan membasuh kaki para penerima hadiah, mengikuti teladan Yesus yang membasuh kaki para murid. Tapi, tentu saja, bagian itu sudah tidak dilakukan lagi hari ini.
Meskipun begitu, esensi dari Maundy Money tetap hidup. Penerimanya bukan bangsawan atau pejabat tinggi, melainkan orang-orang biasa yang telah memberikan kontribusi nyata bagi komunitasnya, baik lewat pelayanan di gereja, kegiatan sosial, maupun perbuatan baik yang dilakukan tanpa pamrih. Itu sebabnya, tradisi ini juga menjadi bentuk penghargaan dari kerajaan kepada masyarakat akar rumput yang kadang luput dari sorotan.
Sejak masa pemerintahan Raja Henry IV, jumlah penerima Maundy Money ditentukan oleh usia raja atau ratu yang berkuasa. Jadi misalnya, saat Ratu Elizabeth II berusia 94 tahun, maka akan ada 94 pria dan 94 wanita yang menerima hadiah tersebut. Ratu Elizabeth bahkan menggandakan tradisi ini dengan memberikan hadiah kepada satu pria dan satu wanita untuk setiap tahun usianya. Totalnya jadi 188 orang. Semua penerima dipilih secara khusus dan mewakili berbagai daerah di Inggris.
Kalau kita melihat ke belakang, Maundy Money dulunya bukan hanya uang. Di masa Ratu Elizabeth I, misalnya, selain uang, rakyat juga menerima kain, ikan, roti, dan anggur. Bahkan secara tradisional, seorang ratu akan memberikan gaun pribadinya sebagai bagian dari hadiah. Tapi Elizabeth I pernah memutuskan untuk memberi uang saja agar tidak menimbulkan konflik---mungkin karena tidak ingin rakyat berebut siapa yang akan mendapat gaun kerajaannya.
Maundy Money seperti yang kita kenal sekarang mulai terbentuk di era Raja Charles II, sekitar tahun 1662. Pada masa itu, ia membagikan koin perak dalam denominasi empat peni, tiga peni, dua peni, dan satu peni. Keempat koin ini kemudian menjadi satu set standar dalam pembagian Maundy Money. Yang menarik, koin-koin ini dicetak khusus dan tidak dipakai untuk transaksi sehari-hari. Nilainya mungkin kecil, tapi nilai simbolis dan sejarahnya sangat besar.
Di zaman Ratu Elizabeth II, Maundy Money diserahkan dalam dua kantong kecil---satu putih dan satu merah. Kantong putih berisi koin Maundy yang sudah disebut tadi, dicetak dengan desain khas: sisi belakang bergambar mahkota dan karangan bunga, sedangkan sisi depannya menampilkan potret Ratu Elizabeth II yang dibuat pada tahun 1952, saat ia pertama kali naik takhta. Menariknya, potret ini tidak pernah diganti, meski potret di koin umum telah diperbarui empat kali.
Jumlah koin dalam kantong putih disesuaikan dengan usia ratu. Jadi kalau ratu berusia 94 tahun, total nilai koin yang diberikan adalah 94 peni. Tapi selain itu, ada juga kantong merah yang berisi uang senilai 5.50. Ini menggantikan hadiah makanan dan pakaian seperti di zaman dulu. Kadang-kadang, koin dalam kantong merah ini juga edisi khusus. Contohnya, pada tahun 2019, kantong merah berisi koin 5 untuk memperingati 200 tahun kelahiran Ratu Victoria, dan koin 50p bergambar Sherlock Holmes.
Tahun 2015, koinnya memperingati 50 tahun wafatnya Winston Churchill dan 75 tahun Pertempuran Inggris. Jadi selain bermakna sejarah, isinya juga bikin kolektor senang.
Selama pandemi, upacara Maundy Money sempat ditiadakan karena pembatasan sosial. Tapi kerajaan tetap mengirimkan koin-koin itu lewat pos kepada para penerima, lengkap dengan surat pribadi dari sang ratu. Ini menunjukkan bahwa, walau upacara tak bisa digelar, penghargaan dan niat baik di balik tradisi ini tetap dijaga.
Di era modern, Maundy Money mungkin terasa simbolik. Tapi justru di situlah letak kekuatannya. Ketika banyak hal berubah dan modernisasi merambah hampir semua sisi kehidupan, tradisi seperti ini menjadi pengingat bahwa nilai-nilai seperti pelayanan, pengabdian, dan penghargaan atas kerja keras tetap penting. Ini juga menjadi jembatan antara kerajaan dan rakyat, sebuah bentuk kedekatan yang melampaui protokol dan simbol-simbol kemewahan.
Buat sebagian orang, menerima Maundy Money adalah pengalaman seumur hidup. Mereka diundang ke gereja besar, duduk di barisan terdepan, dan menerima langsung hadiah dari sang raja atau ratu.
Tidak hanya karena nilai sejarah dan koin peraknya, tapi karena maknanya yang dalam: bahwa pengabdian sederhana kepada komunitas diakui dan dihargai.
Meski terdengar sangat Inggris, tradisi Maundy Money sebenarnya mengandung pesan universal. Ia mengajarkan bahwa kekuasaan yang besar seharusnya disertai kerendahan hati, dan bahwa pemimpin yang baik adalah mereka yang tahu cara menghargai rakyatnya---bukan dengan kemewahan, tapi dengan pengakuan yang tulus.
Jadi, di balik kantong kecil berisi koin perak, tersembunyi sejarah panjang, nilai moral, dan harapan bahwa tradisi pelayanan tidak akan pudar dimakan waktu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI