Sabtu pagi yang berawan itu, saya berjalan santai dari Stasiun Sudirman menuju Stasiun MRT Bundaran HI. Di sana, sudah berkumpul Mbak Mutiah dan peserta lainnya dari Clickompasiana dan Kreatoria yang akan mengikuti kunjungan seru ke Depo Lebak Bulus.
Sekitar pukul 08.30, datanglah Mbak Salsa bersama dua petugas MRT Jakarta. Mereka menyambut kami dengan ramah dan Mas Ahmad Zubaidi memberi pengarahan tentang tata tertib dan keselamatan selama di stasiun dan perjalanan. Salah satu yang saya lihat di dinding stasiun adalah larangan merokok dengan denda sampai 50 juta Rupiah. Wah ngeri juga, banyak di antara kami yang lebih suka dipenjara 3 bulan dibanding denda 50 juta!
Kami kemudian naik MRT bersama menuju Stasiun Lebak Bulus, stasiun paling ujung di selatan jalur MRT fase 1. Sudah cukup lama saya tidak naik MRT dan sekarang saya kehilangan pengumuman Lebak Bulus Grab. Dari stasiun Lebak Bulus kami berjalan kaki menuju ke Depo yang lokasi dulu merupakan stasiun Persija.
Setelah mendapat tanda pengenal sebagai tamu, kami masuk satu persatu ke kawasan Depo dan disambut oleh dua dara manis dari tim maintenance MRT: Mbak Chica dan Mbak Laras, yang menjadi "nyonya rumah" selama kunjungan kami ke Depo MRT Jakarta.
Workshop Track: Di Balik Layar Operasional MRT
Kami diajak menyusuri Gedung Prasarana dan kemudian ke area inti dari Depo: Workshop Track (WT). Di sinilah rangkaian kereta atau gerbong MRT Jakarta dirawat, diperiksa, dan dijaga agar tetap aman dan prima setiap hari. Fasilitas ini terbagi ke dalam tiga jalur utama:
WT1 -- Light Maintenance
WT1 digunakan untuk perawatan ringan. Di sini, tersedia aliran listrik atas (overhead line) yang memungkinkan kereta bisa dioperasikan dan mendapat pasokan listrik saat diperiksa. Ini penting untuk menjalankan berbagai simulasi sistem seperti pintu, rem, pencahayaan, dan indikator lainnya.
Sebelum dan sesudah proses maintenance, kereta harus dites untuk memastikan semua sistem berjalan dengan baik---mulai dari pengereman, sensor pintu, lampu, hingga kelistrikan. Karena itu, adanya aliran listrik atas sangat vital untuk simulasi operasi sebenarnya.
Di sini saya melihat ada kemiripan antara kereta MRT dan pesawat terbang. Seperti seorang pilot yang memeriksa pesawat sebelum terbang, masinis juga melakukan pengecekan awal setiap pagi sebelum kereta beroperasi. Tentu saja sebelum itu para teknisi telah lebih dahulu bekerja di belakang layar.
WT2 dan WT3 -- Heavy Maintenance
Untuk perawatan berat, kereta akan dibongkar lebih menyeluruh alias sampai overhaul. Satu rangkaian MRT terdiri dari 6 gerbong, yang dibagi menjadi dua bagian dan masuk ke:WT2 (3 gerbong) serta ke WT3 (3 gerbong).
Di sinilah dilakukan pemeriksaan dan perawatan menyeluruh: mulai dari melepas pantograf (pengambil listrik dari atas), AC, hingga bogie (struktur roda bagian bawah kereta). Setiap komponen dicek dan bila perlu, diperbaiki atau diganti.
Proses heavy maintenance ada yang berlangsung jika kereta sudah beroperasi selama 4 tahun dan 8 tahun. Untuk MRT Jakarta karena baru beroperasi sejak 2019, maka baru melaksanakan proses pemeriksaan dna perawatan besar 4 tahun saja.
Teknologi dan Alat Berat di Depo MRT
Kami juga diajak melihat langsung alat-alat berat dan canggih yang digunakan untuk mendukung proses perawatan:
Wheel Lathe: Mesin bubut khusus untuk membentuk ulang roda kereta agar tidak aus atau miring.
Crane: Digunakan untuk mengangkat komponen berat seperti AC atau motor.