Bukan itu saja, kadang tidak ada hujan atau angin, banyak kendaraan yang memotong jalur atau bahkan melawan arus demi cepat sampai. Akibatnya, jalur dari arah berlawanan ikut tersendat, memperparah kondisi jalan
Akhirnya, setelah delapan jam lebih, kami tiba di Gunung Padang pukul 15.00. Pemandangan indah dan udara segar memang cukup mengobati rasa lelah. Sejenak kami sudah melupakan perjuangan menuju tempat yang indah ini.
Perjalanan pulang diharapkan akan lebih lancar. Melihat gadget waktu tempuh ke Jakarta hanya sekitar 4 jam saja. Kami berangkat dari Gunung Padang pukul 17.45, berharap kemacetan sudah berkurang.
Tapi ternyata situasi lalu lintas di Cibadak -- Parungkuda malah lebih parah dari siang tadi! Macetnya benar-benar tidak bergerak.
Sekitar pukul 8 malam masih terkenal di kemacetan dan akhirnya mampir sebentar ke Alfamart untuk ke toilet dan membeli makanan kecil.
Waktu terus berjalan sudah satu jam lebih dan kendaraan mungkin hanya bergerak maju kurang dari satu kilometer akhirnya kami menemukan sebuah warung Sunda di sebelah kanan jalan. Lumayan untuk mengisi perut yang kapat. Ada nasi, sayur asem, ikan gabus, ikan kembung dan ayam goreng.
Sehabis makan kendaraan terus antre berjam-jam dengan lebih banyak berhenti dibanding bergerak.
Sekitar pukul 12 malam, setelah beberapa jam tanpa kemajuan berarti sopir memutuskan mencoba jalan alternatif.
Awalnya, jalanan alternatif ini terasa menjanjikan. Tidak ada kendaraan lain, lengang, ada harapan lebih cepat untuk potong jalan.
Namun sekitar 15 menit jalan, sopir tiba-tiba berbelok ke jalan yang gelap dan tampak ya berlumpur. setelah jalan sekitar dua ratus meter, kendaraan berhenti.
Kami terjebak di jalan berlumpur, tidak bisa lanjut karena di depan terlihat genangan air dan lumpur yang dalam. Suasana juga sangat gelap dan menakutjan. Satu-satunya pilihan? Putar balik!
Sopir sadar bahwa dia mungkin salah jalan. Kami kemudian turun agar mobil bisa balk posisi dengan aman. Maklum jalanan ternyata lumpur dan becek.
Setelah saya perhatikan, jalan ini sebelumnya jalan tol Bocimi yang belum selesai. Sebagian sudah dibeton tetapi karena hujan banyak tanah yang berubah jadi lumpur dan tidak aman untuk dilewati.
Asyik juga di tengah malam berjalan kaki dengan sepatu lebih lumpur. Saya berharap mobil tidak terjebak di lumpur dan bisa kembali ke jalan utama dengan aman.
Akhirnya kami berjalan kaki kembali ke jalan utama. Demikian juga kendaraan dan kemudian dilanjut di jalan alternatif yang benar. Di sini sempat bertemu dengan sekelompok pemuda yang minta yang tol alias ongkos lewat. Jalan ini melewati perumahan dengan jalan sempit yang berbelok-belok sebelum akhirnya kembali ke jalan utama yang sempat lancar sejauh sekitar 500 meter lebih sebelum akhirnya kembali parkir.
Waktu sudah pukul 01.30 malam, posisi kami masih sekitar 2 kilometer sebelum pintu tol Parung Kuda. Tidak ada yang dapat dilakukan kecuali sabar san pasrah antre menunggu.