Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Terbesar di Bogota, Tapi Masjid Ini Bukan yang Terbesar di Kolombia

1 Maret 2024   15:18 Diperbarui: 1 Maret 2024   15:23 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Abu Bakar Assidieq Bogota: bahat

Siang itu sekitar pukul 12.45 waktu Bogota dan merupakan Jumat pertama saya di ibukota Kolombia.  Saya sudah siap di Kedutaan Besar Republik Indonesia yang terletak di kawasan El Nogal di Calle 76, Bogota.  Sesuai kesepakatan, Pak Dubes akan mengajak saya salat Jumat di Masjdi terbesar yang ada di Bogota.

Kami kemudian berangkat bersama dengan beberapa staff di Kedutaan menuju Majid yang beralamat di Carrera 49a# 80.   Jaraknya ternyata sekitar 3 kilometer saja dan dapat ditempuh sekitar 15 menit. Dari keditaan kendaraan belok kanan di Calle 76 dan kemudian belok kanan di Autopista Norte sampai akhirnya belok kiri di Calle 80.  Tidak lama kami sampai di dekat masjid.

Kubah dan Menara: Dokpri
Kubah dan Menara: Dokpri

Ketika akan belok kanan ke Carera  50, bangunan masjid terihat jelas dari kejauhan karena letak Calle 80 yang agak tinggo.   Masjid ini tampak cukup megah dengan kubahnya yang besar dan menara tunggal bertingkat. Di puncak menara ada lambang bulan Bintang sabit dengan kubah mini.  Warnanya menyesuaikan dengan kebanyakan bangunan di Bogota, yaitu sebagian besar tembokdengan warna krem dengan nuansa merah bata yang kental, terutama di menara dan sisi pintu atau jendela masjid. 

Sekilas, masjid terletak di kawsan perumahan yang tidak terlalu ramai. Namun siang itu, sudah banyak kendaraan yang parir memenuhi jalan-jalan di sekitar masjid.  Sementar Mas Fadhil, sekretarip pribadi pak Dubes yang mengemudikan kendaraan mencari tempat parikir, saya segera measuk ke dalam masjid untuk mencari tempat wudhu.

Bangunan masjid dikelilingi oleh pagar yang tidak terlalu tunggi dan ada beberapa pohon kecil dengan bunga-bunga putih menghiasi pagar itu.   Saya kemudian masuk melalui pintu pagar yang terbuka dan melihat pintu masuk ke masjid yang tidak terlalu besar.  Teterdapat beranda kecil dengan dua pilar di depan pintu ini. 

Di atasnya dihiasi dengan kubah kecil.   Pintu terbuat dari kayu yang berukhir dan di plitur warna cokelat tua. Di bagian atasnya dihisao kaligrafi tulsan Allah dalam ukuran bersar dan utipan Surat Al-Fateha warna kuning emas.   Beberapa ayat dari surat itu tampak sudah luntur warna kuning emasnya.

Pintu Utama Masjid: Dokpri
Pintu Utama Masjid: Dokpri

Untuk masuk ke masjid, kita harus naik beberapa anak tangga dan kemudian tiba di tempat menyimpan alas kaki.  Toilet dan tempat wudhu ada di lantai bawah dan harus menuruni anak tangga. Di sini tersedia cukup banyak sandal plastik, namun kita harus hati-hati berjalan karena sebagian lantai cukup licin. 

Seteah wudhu saya kembali ke lantai utama dan masuk ke ruang sholat yang cukup luas. Namun siang itu Jemaah belum terlalu ramai walau waktu sudah menunjukkan hampir pukul 13.00.  hanya ada satu atau dua saf Jemaah, sementara yang lain kebanyakan masih duduk di sekitar sisi sebelah kiri dan kanan masjid atau di bagian belakang. 

Suasana di dalam masjid: Dokpri
Suasana di dalam masjid: Dokpri

Saya sempatkan melihat sekeliling interior masjid yang cukup cantik ini. Jendela jendela besar dengan kaca dan hiasan relung serta lingkaran kecl di atasnya memerikan penerangan alamiah yang cukup baik di dalam masjid.  Deretan karpet dengan pola sajadah warna hijau kuning emas menghiasi lantai.  

Dari depan hingga ke dinding belakanh hanya ada sekitar beberapa belas sad saja.  Interior bawah kubah lumyan cantik dan juga ada lampu gantung yang dari kristal.  Di bagian belakang ada ruangan mezzanine Tingkat dua yang biasanya digunakan untuk Jemaah Perempuan.

Di bagian depan, sebuah mihrab mungil beratap kubah kecil warna hijau membebtuk ruang kecul berpintugerbang bertap engkungan. Di bagian atasnya dihiasi kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al Quran. Di dekatnya ada sebuah mimbar dedrhana yang terbuat dari kayu berukir warna coklat.  

Dinding bagian dalam masjid dicat warna putih dan bersih tanpa hiasan kecuali lingkaran berpola hijau degan kaligrafi di antara jendela-jendela. Selain itu juga ada satu jam elktrnik yang menunjukkan waktu-waktu salat. Ruangan dalam masjid hanya memiliki empat buah tiang sokoguru yang menipang kubah.

Imam Masjsid: Dokpri
Imam Masjsid: Dokpri

Khotbah jumat berlangsung singkat dalam Bahasa Arab dan sebagian besar bahas Spanyol. Ketika Iqamah dilantunkan, Jemaah membentuk emat saf yang lucunya jarak antar saf pertama dan kedua di beri satu saf kosong sehingga deretan sadf terlihat lebih banyak. Melihat hanya ada 4 saf yang hadir, mungkin masih kurang dari 200 jemaah yang ada di masjid yang Bernama Abu Bakar Assidieq ini.

Sebagian besar jamaah tampkanya merupkan keturunan Timur Tengah dari kawasan Levantine seperti Suriah, Lebanon, dan Iraq, selain itu juga ada warga muslim Kolombia, dan keturunan Afrika.  Sedikit sekali wajah Asia Tenggara di masjid ini.   Imamnya memakai ghamis wana putih dan berkopiah putih.  Selesai salat saya sempat bersamaman dengan imam dan beberapa jamaah. 

Berdasarkan informasi, masjid ini dibangun sekitar tahun 2010 yang lalu dan merupakan masjid terbesar di Bogota dan Kolombia, selain itu ada beberapa tempat yang dijadikan masjid di kawasan kota tua Bogota.  Konon, Islam sendiri mulai masuk ke Kolombia bersamaan dengan masuknya imigran dari kawan Levan pada tahun 1960-an di kawasan utara Kolombia yang berbatasan dengan Venezuea, Akan tetapi kemudian banyak yang berpindah ke Bogota dikarenakan alasan ekonomi. 

hiasan di dinding: Dokpri
hiasan di dinding: Dokpri

Pada saat ini diperkirakan jumalah muslim di Kolombia hanya sekitar 15 ribu orang saja.  Di kota Maicao, yang merupakan salah satu kota di perbatasan Venezuela yang banyak memiliki penduduk muslim, pada tahun 2020 lalu telah berhasil memilih salah seorang warga muslim menjadi Wali Kota. Bahkan di kota ini lah terdapat masjid terbesar di Kolombia yaitu Masjid Ummar bin Khatab.

Selesai salat, di pintu masuk, ternyata ada juga beberapa Perempuan yang menengadahkan tangan meminta sedekah kepada para Jemaah yang baru selesai salat.  Jadi ingat di beberapa masjid di tanah air. 

Suasana Bogota di sekitar masjid: Dokpri
Suasana Bogota di sekitar masjid: Dokpri

Siang itu, kami kemudian memutuskan untuk makan siang di salah satu restoran yang jaraknya sekitar 10 atau 15 menit dengan kendaraan dan menikmati salah satu burger yang paling lezat di Bogota. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun