Sejarah Panjang Stasiun Senen

Kenangan saya akan kawasan Pasar Senen adalah tempat untuk berbelanja jika baru saja gajian di masa ketika di Jakarta belum terlalu banyak mal seperti sekarang ini.  Pada tahun 1980-an, belanja di Pasar Senen merupakan salah satu kegiatan yang sering dilakukan, terutama bagi yang di tinggal di kawasan sekitar.  Di Pasar Senen ini terdapat berbagai pasar, toko, kios yang memiliki cukup banyak fasilitas, termasuk tempat parkir di atas gedung dengan akses tangga yang melingkar.  Pada masa itu Proyek Senen dan bahkan juga Planet Senen merupakan lokasi yang cukup terkenal di Jakarta.  Di sini selain pasar basah, pakaian, juga banyak toko buku, hingga pasar buku-buku bekas yang cukup menarik. 

Nah tidak jauh dari Pasar Senen, selain terdapat terminal bus, juga ada stasiun Pasar Senen.  Stasiun ini kini menjadi salah satu stasiun andalan warga Jakarta yang ingin pulang kampung ke berbagai tujuan di pulau Jawa, baik Jawa Barat, Jawa Tengah, maupun Jawa Timur.  Yang membedakan dengan Stasiun Gambir adalah kelas kereta api yang melayani stasiun Pasar Senen ini. Kalau Stasiun Gambir kebanyakan melayani kereta api kelas bisnis hingga luxury, maka Stasiun Pasar Senen lebih banyak melayani kereta api kelas ekonomi uang lebih ramah di kantong.   Setiap hari raya atau libur panjang, sudah dapat dipastikan penumpang akan membeludak di stasiun ini. Dan stasiun ini pula banyak menjadi saksi kedatangan orang-orang yang ingin mengadu nasib di Jakarta.

Selain itu, berbeda dengan Stasiun Gambir yang sekarang ini sudah tidak melayani lagi Kereta Komuter, stasiun Senen masih melayani penumpang kereta komuter walaupun hanya satu arah yaitu arah ke Rajawali dan Kampung Bandan.   Suasana di kawasan Senen dan Pasar Senen sekarang secara umum sudah tampak rapi dan cantik. Berbeda dengan citra Pasar Senen di masa llu yang cukup kumuh, dan sering disasosiasikan dengan banyaknya preman.   Lalu bagaimanakah sejarah berdirinya Stasiun Pasar Senen dari dulu hingga sekarang ini?

Baca juga: Dari Undian Berhadiah TV Hingga Tawuran Pelajar

Stasiun Senen zaman dulu: Kai.id

Menurut sejarah, stasiun ini pertama kali dibangun pada akhir abad ke XIX tepatnya diresmikan pada 31 Maret 1887 bersamaan dengan beroperasinya Jalur Batavia ke Bekasi.  Perusahaan yang pertama kali mengoperasikan jalur ini adalah BOS atau Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij (BOSM) yang kalau diterjemahkan adalah Perusahaan Kereta Api Batavia Timur.  Pada waktu itu memang terdapat beberapa perusahaan kereta api swasta di Hindia Belanda.   Namun ketika memperluas jaringan sampai ke timur yaitu Karawang, BOS mengalami kesulitan keuangan sehingga akhirnya diambil alih oeh perusahaan kereta api milik pemerintah yaitu Nederlandsch Indische  Staatsspoorwegen yang biasa disingkat SS. 

Pada masa awa berdiri stasiun Senen yang asli hanya berukuran tidak terlalu luas, akan tetapi sesuai dengan perkembangan perkeretaapian di Jawa pada saat itu, akhirnya stasiun diperluas dan diresmikan pada 1925. Bangunan yang indah yang ada hingga sekarang ini dirancang oleh arsitek terkenal pada waktu itu, yaitu Van Gendt.   Bentuk khas stasiun Pasar senen adalah deretan relung-relung yang memukau. Secara umum model arsitektur ini memiliki gaya Neo Indisch yang memang sedang popular di masa itu.  Kecantikan stasiun Senen juga tapak pada jendela-jendela besar berbentuk segi empat yang disebut lunette.  Jendela ini berjumlah tiga buah pada setiap lengkung di bawahnya. Lengkungan pada pintu masuk ini konon merupakan salah satu ciri gaya arsitektur Romanstisme.   

Bahkan pada saat baru diresmikan, banyak surat kabar yang memuji keindahan stasiun Senen karena mirip dengan Stasiun Amsterdam dan Haarlem.  Wah walau tentu saja kalau atapnya sebenarnya Stasiun Tanjung Priok lebih memiliki kesamaan dan bahkan hampir identik dengan Stasiun Amsterdam.  Tetapi Stasiun Senen memang hingga saat ini memiliki peran yang lebih penting karena merupakan stasiun paling ramai di Jakarta selain Stasiun Gambir, khususnya dalam melayani penumpang jarak jauh. 

Baca juga: Kelirumologi tentang Agama Khong Hu Cu

Selain itu, salah satu ciri khas stasiun Senen adalah adanya dua buah terowongan yang digunakan untuk penumpang untuk berpindah peron.  Nah rancangan terowongan ini memang mirip juga dengan stasiun yang ada di Belanda seperti di Amsterdam, walau di Amsterdam memiliki lebih banyak peron dan rel kereta api.   Konon terowongan di dalam stasiun ni merupakan yang pertama di Hindia Belanda karena stasiun Kota maupun Stasiun Tanjung Priok sendiri tidak memiliki terowongan seperti ini. Sebenarnya Stasiun Manggarai juga pernah punya terowongan yang sekarang sudah tidak digunakan lagi setelah stasiun Manggarai direnovasi menjadi stasiun yang lebih besar dan modern. 

Sepanjang sejarahnya Stasiun Pasar Senen dan kawasan sekitarnya mengalami masa pasang surut sejalan dengan sejarah perkeretaapian di Indonesia.  Sekarang tampak muka stasiun Pasar Senen sudah dilengkapi dengan kanopi dari kacar untuk tempat ruang tunggu yang memiliki ratusan tempat duduk.  Sekilas menimbulkan kesan sebuah bangunan baru yang modern, Namun bangunan  aslinya sendiri tetap dipertahankan karena stasiun ini sendiri sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. 

Baca juga: Kisah Menarik di Balik Sebuah Nomor Penerbangan

Monumen Tekad Merdeka: Kompas.com