Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sepenggal Kisah Diskriminasi terhadap Imigran Tiongkok di New Zealand

19 September 2022   16:27 Diperbarui: 19 September 2022   17:01 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepenggal kisah imigran | Dokpri

Kami terus berjalan dan melihat-lihat lagi beberapa bangunan atau lebih tepatnya gubuk atau rumah tinggal kecil yang dulunya dihuni oleh para imigran penambang emas dari Tiongkok tersebut.  Namun informasi yang didapat pada sebuah panel menguak sisi  gelap keberadaan imigran Tiongkok ini.  Kisah diskriminasi dan ketidaksukaan orang-orang Eropa terhadap mereka. Sebuah fakta yang mencengangkan karena dipamerkan terbuka bahkan di Selandia Baru sendiri.

"Invited but Unwelcome, the harsh reality of Goldfield Life," demikian judul pada panel ini. Panel yang mengisahkan kehidupan keras para imigran yang kebanyakan berasal dari provinsi Guangdong yang beriklim subtropis dan kemudian harus menghadapi cuaca musim dingin  di Otago yang brutal, belum lagi dengan kondisi tempat tinggal yang seadanya.  Namun bukan hanya alam dan cuaca yang kejam, mereka juga ternyata kemudian harus menghadapi diskriminasi dan perlakuan yang kurang manusiawi.

Diundang tetapi dibenci | Dokpri
Diundang tetapi dibenci | Dokpri

Pada awalnya para imigran tersebut sebenarnya diundang oleh pemerintah Otago untuk mengisi kekurangan tenaga penambang Eropa yang Sebagian besar meninggalkan kawasan ini pada sekitar 1860-an.  Mereka kemudian berdatangan dari Australia dan kemudian langsung dari Tiongkok. 

Pada awalnya mereka mendapat sambutan yang baik dan bahkan pujian karena sifat kerja keras dan kegigihan mereka. Namun ketika jumlah imigran Tiongkok ini makin lama makin banyak dan Sebagian bahkan mampu meraih sukses dalam berbagai kegiatan ekonomi yang lain, orang-orang Eropa merasa terancam dan bahkan sebagian merasa bahwa mereka bisa kemudian dijajah oleh ras yang dianggap inferior ini.

Berbagai perlakuan baik verbal dan fisik secara diskriminasi mulai muncul dan bahkan kemudian peraturan hukum yang secara terang-terangan anti imigran Tiongkok pun diterbitkan. 

Salah satunya dengan Chinese Imigration Act pada tahun 1881 yang menerapkan poll tax atau pajak sebesar 10 Pounsterling per kepala.  10 Pounsterling pada masa itu diperkirakan senilai 2000 Dollar NZ saat ini.  Bahkan pada 1896, jumlah pajak yang diterapkan naik menjadi 100 Poundsterling atau setara 20 Ribu Dollar sekarang.

Bukan hanya dengan pajak yang besar, diskriminasi secara gambling juga muncul di surat kabar setemat yang secara terang-terangan menyebut imigran Tiongkok sebagai Yellow Peril atau Bahaya Kuning. Bahkan ada cuplikan surat khabar yang menyebutkan mereka sebagai Almond Eye, Leprosy Tainted, Filthy Chinamen, yang menghina penampilan fisik dan juga sebagai bangsa yang berpenyakit kusta dan juga kotor dan jorok.

Bahkan pada 7 Mei 1887 di Dunedin, kota terbesar di Otago, muncul Gerakan yang diseut dengan Anti Chinese Hysteria dan kemudian bermunculan bermacam-macam organisasi yang secara terang-terangan menentang masuknya imigran Tiongkok ke Selandia Baru.  Bahkan pada 1907, setiap imigran dari Tiongkok diharuskan mengikuti ujian bahasa Inggris.

Ah Lum's Store | Dokpri
Ah Lum's Store | Dokpri

Kami terus berjalan dan kemudian tiba di sebuah gedung paling besar yang ada di Kampung Cina ini. Bangunan ini disebut sebagai Ah Lum's Store.  Bangunan ini lumayan luas dan konon dimiliki imigran bernama Ah Lum yang merupakan salah satu imigran yang sukses dalam bidang ekonomi. Selain sebagai toko, gedung ini juga berfungsi sebagai bank dan bahkan tempat bersosialisasi di antara komunitas imigran Tiongkok di Arrowtown.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun