Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Ar-Risalah: Film yang Menjembatani Perbedaan

17 April 2022   09:23 Diperbarui: 17 April 2022   11:07 2741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Ar-Risalah:  Sumber Kolase foto

Ada pesan yang diemban dalam setiap film yang dibuat. Selain untuk hiburan, bisa juga untuk pendidikan, informasi dan bahkan dakwah dan propaganda.  Namun ada sebuah film yang dibuat hampir setengah abad lalu yang lebih dari semua hal di atas. Film ini bisa dibilang mengemban misi perdamaian. Film yang bisa menjembatani perbedaan di antara seluruh umat manusia.

Setelah lebih empat dekade lalu menonton film The Message versi layar lebar di bioskop, pada bulan Ramadhan ini, saya kembali menyaksikan film yang sama dalam versi Bahasa Arab, dengan judul Ar-Risalah.  Dulu, saya juga belum mengetahui bahwa sesungguhnya film ini dibuat dalam dua versi karena yang beredar di Indonesia adalah versi bahasa Inggris sementara versi Arab hanya beredar di negara-negara Timur Tengah. Kini dengan kemajuan teknologi, kita bisa menikmati keduanya tanpa Batasan ruang dan waktu.

Film Ar-Risalah, atau secara internasional lebih dikenal dengan The Message mengisahkan sejarah penyebaran Islam dan juga sejarah hidup Nabi Muhammad s.a.w pada sekitar abad ke 7. Film ini dimulai dengan beberapa surat yang dikirim oleh Nabi Muhammad s.a.w. ke beberapa penguasa di sekitar Arabia baik  untuk menyampaikan wahyu yang dan pesan bahwa beliau adalah utusan Allah. 

Setelah itu, kita juga dapat menyaksikan bagaimana wahyu pertama disampaikan malaikat Jibril dengan beberapa ayat salam Surah Al-Alaq.   Film ini juga mematuhi aturan umum yang diterima luas dalam Islam yaitu tidak menggambar kan Nabi dan keluarganya secara langsung. Dalam film ini kisah hidup Nabi dikisahkan dalam perspektif dua sosok yang penting. Yang pertama adalah sang paman, Hamzah bin Abdul Muthalib yang menjadi tokoh atau bintang utama film ini. Beliau juga dikenal dengan julukan Singa Allah.  Yang kedua adalah sosok Zaid  bin Haritsah yang merupakan anak angkat Nabi Muhammad s.a.w.  Zaid merupakan mantan budak yang kemudian menjadi salah satu sosok yang paling dekat dengan Nabi, dan bahkan menjadi satu-satunya sahabat yang Namanya diabadikan dalam Al-Quran.

Menyaksikan film ini, baik versi The Message ataupun versi Ar-Risalah membawa kita kembali ke 14 abad silam di Tanah Arab dengan segala romantikanya.  Selain kisah-kisah awal penyebaran Islam dan orang-orang di sekitar Nabi yang pertama kali memeluk Islam, kita juga bisa menyaksikan bagaimana perlakuan yang mereka dapatkan dari penguasa Mekah saat itu yang merasa terancam dengan agama baru yang disebarkan Nabi.

Ada beberapa adegan yang juga berkesan dalam film ini, misalnya saja bagaimana cara rasul menentukan tempat untuk membangun rumah dan masjid yang diserahkan kepada untanya.  Hal ini dikarenakan banyak sahabat anshar yang menawarkan rumahnya untuk menjadi tempat tinggal sementara buat Nabi. Dengan memberikan pilihan kepada tempat di mana unta berhenti, maka tidak akan ada yang iri. 

Menyaksikan film ini, kita juga bagaikan membalik-balik lembaran  kisah  Sirah Nabawiyah yang secara epic mengisahkan kisah hidup Nabi secara lengkap.  Tentu saja dalam film banyak unsur lain yang dimasukkan yang disesuaikan dengan tujuan pembuatan film yang sempat menjadi kontroversi pada zamannya.

Menurut  Moustafa  Akkad, sang sutradara Amerika keturunan Suria, film ini memiliki misi yang sangat mulia. Ia berharap agar fil ini dapat menjembatani kesenjangan antara dunia Islam dan Barat.  Melalui film ini, Ia ingin menceritakan sejarah dan misi Islam yang identik dengan perdamaian yang selama ini sering disalahtafsirkan.

Walau pun begitu, film ini juga menimbulkan kontroversi di negara0negara Islma sendiri. Film ini mendapatkan restu dari para ulama di Al Azhar, Mesir, namun ditolak oleh Liga Muslim Dunia yang berpusat di Mekah.  Akibatnya film yang pada awalnya melakukan suting di Maroko harus pindah lokasi ke Libia dan mendapat dukungan penuh dari pemimpin Libia pada saat itu, Muhamar Qadafi.

Film ini, walau telah berusia lebih dari empat dasawarsa sesungguhnya masih relevan hingga saat ini. Dia bisa menjadi jembatan yang mengubungkan seluruh umat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun