Mohon tunggu...
TAUFIK HIDAYAT
TAUFIK HIDAYAT Mohon Tunggu... Alumni Pascasarjana UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Jika ingin kenal dan tau dunia maka membacalah. Jika ingin dikenal oleh seluruh penghuni penjuru dunia maka membaca dan berkaryalah. (Taufik Hidayat at-Tanari) adalah representasi dari Jika kau bukan anak raja, Juga bukan anak ulama besar, Maka menulislah. (Imam Abu Hamid al-Ghazali)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kebebasan Pers Terancam: Media Dibungkam, Jurnalis Diintimidasi di Era Pemerintahan Prabowo Subianto

21 Mei 2025   19:30 Diperbarui: 21 Mei 2025   19:21 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rezim Antikritik Era Prabowo Subianto, Kebebasan Pers Terancam, Media Dibungkam, Jurnalis Diintimidasi (Freepik)

Di balik klaim pemerintah tentang komitmen terhadap kebebasan pers, kenyataan yang dihadapi oleh media massa di Indonesia menunjukkan sebaliknya. 

Serangan digital, intimidasi fisik, dan upaya delegitimasi terhadap media independen semakin marak, menciptakan atmosfer yang membungkam suara kritis di era demokrasi yang seharusnya terbuka. 

Serangan Digital: Ancaman Nyata bagi Media Massa

Serangan Distributed Denial of Service (DDoS) terhadap situs media massa di Indonesia bukanlah kejadian terisolasi. Menurut laporan dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI), sepanjang tahun 2023 tercatat 89 kasus serangan terhadap jurnalis dan media, jumlah tertinggi dalam satu dekade terakhir.

Serangan ini tidak hanya mengganggu operasional media, tetapi juga menimbulkan efek psikologis yang menekan kebebasan berekspresi. 

Intimidasi Fisik: Ancaman terhadap Keselamatan Jurnalis

Selain serangan digital, intimidasi fisik terhadap jurnalis juga semakin meningkat. Kasus pengiriman kepala babi dan bangkai tikus kepada jurnalis Tempo, seperti yang dialami oleh Francisca Christy Rosana, menggambarkan betapa rentannya keselamatan jurnalis yang kritis terhadap pemerintah.  

Ancaman semacam ini tidak hanya menakut-nakuti individu, tetapi juga menciptakan suasana ketakutan yang menghambat kebebasan pers secara keseluruhan. 

Delegitimasi Media: Mengikis Kepercayaan Publik

Upaya delegitimasi terhadap media independen juga semakin marak. Dalam laporan V-Dem, disebutkan bahwa demokratisasi yang dimulai sejak turunnya Suharto mengarah pada kemunduran, dengan meningkatnya polarisasi masyarakat dan bangkitnya populisme sejak 2014.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun