BANTEN - Menteri Agama RI, Prof Nasaruddin Umar bertolak ke Amerika Serikat, pada Rabu, 14 Mei 2015 dengan banyak agenda. Menag akan menerima award Honoris Causa dari Harford di New York. Kemudian berdialog soal toleransi sesuai ,undangan dari United States Department of State.Â
Di negeri Paman Sam itu, Menag juga menjalin kerjasama produk halal, dan melakukan pembinaan perkawinan diaspora WNI di Amerika supaya sejalan dengan Undang-undang Perkawinan. Agenda tersebut dilakukan Menag sebelum dirinya berangkat ke Tanah Suci untuk memimpin penyelenggaraan tahunan musim haji 1446 H.
Kunjungan Prof Nasaruddin ke Amerika ditanggapi positif oleh guru besar UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Prof Muhammad Ishom.Â
Menurutnya, apa yang dilakukan Menteri Agama adalah bagian dari "soft diplomacy" melalui internalisasi pengamalan toleransi dan kerukunan umat di Indonesia kepada masyarakat Barat.Â
"Sebagai negara yang multi etnik, agama dan kepercayaan, Indonesia laik mempromosikan diri di kancah internasional sebagai negara yang memiliki kekuatan geo-intelektual dan geo-spiritual", kata Prof Ishom.Â
Apalagi jika kunjungan Menag ini dihubungkan dengan meningkatnya konstalasi geo-politik global maka dapat dipandang sebagai strategi alternatif untuk mewujudkan perdamaian dunia.Â
Bahkan Prof Nasaruddin tak hanya membawa isu toleransi tetapi juga isu inklusi lain seperti membangun jejaring ekosistem produk halal di Amerika.Â
Dalam beberapa tahun terakhir, industri makanan halal telah mengalami pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Amerika. Kondisi ini berkembang selaras dengan pertumbuhan populasi Muslim yang terus bertambah di atas 3,5 juta orang.Â
Selain itu kesadaran akan makanan halal di kalangan konsumen non-Muslim di Amerika juga meningkat. Di negeri Paman Sam dewasa ini semakin banyak orang mencari pilihan makanan yang lebih sehat, perlakuan manusiawi terhadap hewan, dan kualitas secara keseluruhan.Â
Bisnis di seluruh negeri bagian Amerika mulai memanfaatkan pasar halal yang menguntungkan. Pelaku bisnis makanan, pengecer, atau sekadar konsumen yang penasaran di Amerika sudah banyak memahami tren dan peluang seputar makanan halal.
Bagi banyak orang di Amerika, sertifikasi halal menunjukkan tingkat keamanan pangan dan standar etika yang lebih tinggi.Â
Hal ini telah memperluas daya tarik produk halal melampaui batasan agama.Tren ini khususnya terlihat di daerah perkotaan dengan populasi Muslim yang besar, seperti New York, Chicago, dan Los Angeles.Â
Bahkan jaringan makanan cepat saji dan waralaba global sudah mulai menawarkan pilihan makanan bersertifikat halal untuk melayani khalayak yang lebih luas.Â
Oleh sebab itu kunjungan Menag ke Amerika sudah sangat tepat. Tidak hanya mempromosikan toleransi masyarakat Indonesia tetapi juga memperluas jangkauan produk halal Indonesia ke manca negara, sampai Amerika. Demikian pendapat Prof Muhammad Ishom.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI