Mohon tunggu...
taufik hidayat
taufik hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis politik dan penggiat pendidikan

Pernah menjadi anggota DPRD Kota Banjarmasin periode 1997-1999, 1999-2004 dan ketua DPRD Kota Banjarmasin periode 2004-2009. Sekarang aktif sebagai ketua BPPMNU (Badan Pelaksana Pendidikan Ma'arif NU) Kota Banjarmasin dan ketua Yayasan Pendidikan Islam SMIP 1946 Banjarmasin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kerja Ikhlas Allah yang Balas

16 Desember 2022   17:09 Diperbarui: 16 Desember 2022   17:15 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Gak usah bohong, Pak!" katanya, "itu ada SD di dinas pendidikan, proyek Bapak."

Saya sempat bingung karena meyakini bahwa saya memang tidak pernah main proyek sekali pun. Kemudian  baru saya ingat dengan SD itu yang memang saya minta kepada kepala dinas agar diperbaiki kerusakannya.

Lalu kepadanya saya ceritakan bahwa SD itu adalah sekolah tempat kakak saya mengajar. Sudah cukup lama rusak, tetapi tidak pernah mendapat perbaikan dari dinas. Sementara SD lain, tetangganya yang tidak terlalu rusak, sering  mendapat perbaikan. Karena punya adik ketua dewan, maka  kaka saya langsung minta bantuan agar bisa diusulkan perbaikannya. Rupanya  di dinas ada catatan bahwa itu permintaan ketua  dewan, sehingga disangka sang pemborong bahwa itu adalah proyek ketua.

"Jadi, agar kamu tahu," kata saya menegaskan, "jangankan mendapat fee-nya, nama pemborongnya saja saya tidak tahu."

Akhirnya si tamu pulang dengan wajah tampak tidak senang. Tak apalah, memang kondisi senyatanya demikian.

Apa memang ketua dewan itu tak ada pensiunnya? Bisa jadi ada  sahabat yang tergelitik hati untuk bertanya lagi. Ya, yang dapat pensiun itu hanya anggota DPR-RI, sementara anggota DPRD apapun jabatannya tidak mendapatkan pensiun. Yang kami dapat hanyalah pesangon dengan jumlah relatif tidak seberapa. Sebagai mantan ketua DPRD tingkat kota, saya hanya dapat pesangon dua puluh lima juta rupiah. Alhamdulillah cukup untuk beli mesin fotokopi untuk memulai usaha.

Kok, usaha fotokopian? Mengapa tidak buka CV, 'kan sebagai mantan ketua dewan mudah saja mendapatkan proyek pemda? Lagi-lagi ini mungkin salah saya. Karena merasa tidak punya bakat jadi pengusaha, maka sama sekali tidak terfikir untuk membuat perusahaan sedemikian rupa yang mudah mendapatkan proyek dari pemerintah. Kalau tidak dikerjakan sendiri, toh masih bisa disubkontraktorkan.

Salahnya saya, ya, karena tidak mau mengambil kesempatan itu. Namun, lucu juga rasanya, dulu saat menjabat tidak mau minta proyek dan berbagi proyek, masa setelah tidak menjabat baru meminta-minta proyek. Mau ditaruh di mana muka ini, hehe

Akibatnya saya mengalami kesulitan kehidupan setelah kehilangan jabatan. Niat ikhlas saya rupanya masih belum cukup, sehingga perlu ditambah ujian baru oleh Allah SWT.  Ya,  di saat kondisi demikian justru dapat tawaran jabatan dengan tanggung jawab berat sebagai ketua yayasan pendidikan yang jelas tanpa honor sama sekali.

Berat? Ya, sungguh berat. Tolak? Ya, selain tidak bisa menolak, ya, sayang juga kesempatan berbuat kebaikan di jalan Allah disia-siakan.

Akhirnya amanah sebagai ketua yayasan itu saya terima dengan penuh keikhlasan. Sangat jelas terbayang betapa beratnya pekerjaan dan tanggung jawab yang saya pikul, sementara upah untuk meringankan kehidupan yang sangat berat tidak bisa diharapkan sama sekali. Alhamdulillah istri dan anak-anak saya bisa memahami situasi ini, sehingga mereka sama sekali tidak keberatan saya menerima jabatan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun