Mohon tunggu...
taufik hidayat
taufik hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis politik dan penggiat pendidikan

Pernah menjadi anggota DPRD Kota Banjarmasin periode 1997-1999, 1999-2004 dan ketua DPRD Kota Banjarmasin periode 2004-2009. Sekarang aktif sebagai ketua BPPMNU (Badan Pelaksana Pendidikan Ma'arif NU) Kota Banjarmasin dan ketua Yayasan Pendidikan Islam SMIP 1946 Banjarmasin

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Tanpa Uang Pilkada Menang

16 Desember 2020   16:39 Diperbarui: 17 Desember 2020   16:54 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Terus, penantang punya jurus apa, sehingga pertarungan bisa seimbang?

Secara lahir kekuatan penantang relatif tidak ada apa-apanya dibandingnya petahana. Secara politis hanya didukung 1 partai besar dengan 2 partai menengah dan 1 partai kecil. Dari 55 anggota dewan di provinsi itu, hanya 16 yang berada di barisan ini. Jadi perbandingan anggota dewan yang mendukung, 16 : 39.

Secara finansial apalagi. Saya mendengar langsung dari tim sukses kubu penantang, bahwa mereka berjuang relatif tanpa uang. Bayangkan untuk rapat koordinasi dari sore sampai malam, dengan frekwensi waktunya hampir sepuluh kali, lokasi sekretariat yang jauh di luar kota, tim sukses rela tanpa uang lelah sepeser pun. Bahkan ada yang datang dari kabupaten dengan jarak ratusan kilometer.

Nah, untuk uang lelah atau dana operasional saja bagi tim sukses tidak ada, apalagi dana untuk membeli suara guna memenangkan pertarungan. Tentu kita semua sudah bisa membayangkan bagaimana kondisi keuangan pasangan ini.

Saya juga mendengar langsung dari pimpinan partai pengusung, pasangan calon penantang ini sama sekali tidak memberikan mahar sepeser pun. Bahkan katanya, untuk dana operasional pergerakan partai politik, mereka sempat minta ditalangi. Sungguh sangat menyedihkan. Faktanya kemudian, karena pimpinan partai menolak memberikan talangan, akhirnya sama sekali tidak ada dana operasional untuk pergerakan partai.

Dana yang ada untuk partai politik hanyalah untuk saksi, dengan nominal yang sangat kecil dibandingkan kubu petahana. Penantang hanya mampu menyediakan honor  Rp. 100.000,00 persaksi. Sementara petahana Rp. 250.000,00.

Angka yang sangat kecil, sehingga menyebabkan kesulitan mencari orang yang bersedia menjadi saksi. Santiaji atau penataran saksi juga tidak ada, karena ketiadaan dananya. Akhirnya saksi asal ada, walaupun tidak jelas kualitasnya.

Jadi dari sisi dana, jelas kesiapan antara  penantang dengan petahana seperti langit dengan bumi. Sehingga secara logika, jangankan menang, berimbang saja adalah hal yang mustahil. Berimbang, apalagi menang, adalah khayalan yang tak jelas juntrungannya.

Namun, fakta hingga hari ke-7 ini, berdasarkan perhitungan rekap scan C1 yang dikirim oleh KPPS ke sistem atau aplikasi KPU, posisinya berbeda tipis sekali, hanya 0,4%.  Penantang 49,8% dan petahana 50,2%. Sungguh sesuatu yang sangat mencengangkan.

Data tanggal 16 Desember 2020 jam 13.43.42 WITA, tercatat dari 8444 TPS yang sudah masuk dari 9069 TPS secara keseluruhan (93,11%) penantang mendapatkan 779.457 suara, sedang petahana 785.479 suara. Selisihnya hanya 6.022 suara.

Dari 13 kabupaten/kota di provinsi itu, data sementara menunjukkan penantang memenangkan 8 daerah, sedang petahana 5 daerah, walaupun secara keseluruhan memang petahana masih menang tipis. Kemenangan petahana pada 5 daerah relatif besar, sehingga bisa menutupi kekalahannya di 8 daerah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun