Penerapan ilmu falaq (astronomi) dalam pertanian tradisional Aceh mengajarkan penentuan waktu penanaman berdasarkan pergerakan benda langit. Petani memilih bulan, hari, dan waktu tertentu untuk menanam, serta menggunakan metode alamiah untuk pencegahan hama dan pemupukan tanah. Praktik ini mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, mendukung kesuburan tanah, dan menjaga kelestarian lingkungan, sekaligus meningkatkan hasil pertanian dengan cara yang berkelanjutan.
Cara Meningkatkan Pendapatan Petani Dengan Biaya Murah
Menjadi petani di era milenial bukan hanya tentang bercocok tanam, tetapi juga tentang bagaimana memanfaatkan teknologi, kreativitas, dan pengetahuan untuk mengubah pertanian tradisional menjadi peluang yang menguntungkan. Di tengah tantangan ekonomi dan perubahan iklim, ada sebuah potensi yang belum banyak digali, sistem pertanian tradisional Aceh.
Apa yang membuatnya begitu istimewa? Selain ramah lingkungan dan biaya rendah, sistem ini juga menawarkan cara yang bisa meningkatkan pendapatan petani dengan hasil yang melimpah.
Teknik Bertani yang Sederhana Namun Efektif
Ciri khas lainnya dari pertanian tradisional Aceh adalah pendekatannya yang sederhana namun sangat efektif. Misalnya, para petani Aceh sering menggunakan metode tumpangsari (beragam tanaman dalam satu lahan) untuk memaksimalkan hasil panen. Teknik ini tidak hanya mengurangi resiko gagal panen, tetapi juga meningkatkan kesuburan tanah secara alami.
Selain itu, masyarakat Aceh memiliki cara-cara khusus untuk merawat tanah dan tanaman, seperti penggunaan pupuk organik dari sisa-sisa tanaman dan hewan yang ada di sekitar mereka. Hal ini menjadikan pertanian mereka lebih ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada bahan kimia. Petani di Aceh juga mengenal cara rotasi tanaman, yaitu menanam berbagai jenis tanaman di lahan yang sama pada waktu yang berbeda untuk menjaga kesuburan tanah dan mencegah hama penyakit.
Peran Adat dan Budaya dalam Pertanian Tradisional
Pertanian di Aceh tidak hanya dipengaruhi oleh faktor alam, tetapi juga oleh nilai-nilai adat yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat. Setiap aspek dari pertanian tradisional, mulai dari pemilihan bibit hingga cara memanen, seringkali dilandasi oleh adat istiadat yang sudah ada sejak zaman dahulu. Misalnya, dalam proses panen, petani sering mengadakan ritual atau doa bersama untuk memohon hasil yang melimpah. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian tradisional di Aceh tidak hanya tentang keuntungan materi, tetapi juga bagian dari penghormatan terhadap alam dan tradisi.
Selain itu, kebersamaan dalam komunitas petani sangat terasa dalam kegiatan pertanian. Para petani saling membantu dalam memanen padi atau merawat tanaman. Semangat gotong-royong ini tidak hanya meringankan beban kerja tetapi juga memperkuat ikatan sosial antar warga desa.
Keberlanjutan Sistem Pertanian Tradisional Aceh
Keberlanjutan adalah nilai yang sangat dijaga dalam sistem pertanian tradisional Aceh. Karena tidak bergantung pada bahan kimia atau teknologi yang mahal, sistem ini dapat bertahan dalam jangka panjang dan terus memberikan hasil yang stabil. Sistem pertanian tradisional ini juga lebih tahan terhadap krisis ekonomi karena tidak memerlukan modal besar dan lebih fleksibel dalam mengadaptasi perubahan kondisi alam.
Namun, meskipun pertanian tradisional Aceh memiliki banyak keunggulan, banyak petani muda yang kurang tertarik untuk melanjutkan tradisi ini karena tergiur dengan metode pertanian modern yang dianggap lebih cepat dan menguntungkan. Inilah tantangan besar yang harus dihadapi, bagaimana menjaga keberlanjutan dan memperkenalkan kembali sistem pertanian tradisional Aceh kepada generasi muda yang cenderung lebih mengutamakan efisiensi dan teknologi.
Pernahkah kamu berpikir bagaimana cara petani bisa meningkatkan hasil panen tanpa harus mengeluarkan biaya besar? Jawabannya mungkin ada pada penerapan sistem pertanian tradisional yang semakin banyak digemari. Berdasarkan hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan di berbagai daerah, sejumlah keunggulan dapat ditemukan pada metode ini.Â
Perencanaan Penanaman Berdasarkan Ilmu Falaq (Astronomi) dalam Pertanian Tradisional Aceh
Pernahkah kamu mendengar tentang ilmu falaq, yaitu ilmu astronomi yang digunakan oleh para petani di Aceh untuk menentukan waktu yang tepat dalam bertani? Ilmu ini sudah dipraktikkan sejak abad ke-16, bahkan diabadikan dalam kitab-kitab tua yang ditulis oleh para ulama besar, seperti Tajul Muluk karya Syech Abbas Kutakarang dan Falaqiah wal Hikmah karya Syech Abdurauf Syiah Kuala. Menariknya, ilmu falaq ini mengajarkan petani untuk menyesuaikan kegiatan pertanian dengan pergerakan benda-benda langit, yang diyakini akan mempengaruhi kesuburan tanah dan hasil pertanian. Saat ini kita akan menyelami bagaimana penentuan waktu yang tepat untuk menanam tumbuhan menurut ilmu falaq!
1. Keuneunong Buleun (Bulan yang Pas untuk Menanam)
Keuneunong buleun atau bulan yang tepat untuk menanam adalah salah satu konsep penting dalam ilmu falaq. Para petani tradisional Aceh menggunakan kalender Hijriah untuk menentukan bulan mana yang paling baik untuk memulai penanaman.
Berdasarkan kajian di kitab Tajul Muluk dan wawancara dengan petani, bulan-bulan tertentu dalam kalender Hijriah dipercaya membawa pengaruh baik bagi pertumbuhan tanaman. Sebagai contoh, bulan Syawal dan bulan Safar sering dianggap sebagai waktu yang baik untuk menanam berbagai jenis tanaman karena keduanya berhubungan dengan posisi bulan yang dianggap mendukung kesuburan.
2. Uroe (Hari yang Tepat untuk Menanam)
Selain bulan, ilmu falaq juga mengajarkan bahwa hari-hari tertentu dalam seminggu memiliki pengaruh berbeda terhadap pertumbuhan tanaman. Dalam Falaqiah wal Hikmah, disebutkan bahwa setiap hari dalam minggu dipengaruhi oleh planet tertentu, yang dapat mendukung atau menghambat pertumbuhan tanaman.
Sebagai contoh, hari Senin yang diasosiasikan dengan bulan sering dianggap baik untuk menanam tanaman yang membutuhkan kelembaban, sementara hari Jumat yang diasosiasikan dengan planet Venus lebih cocok untuk penanaman tanaman berbunga. Para petani Aceh pun memilih untuk menanam pada hari-hari tertentu sesuai dengan kepercayaan ini agar hasil pertanian maksimal.
3. Saat atau Waktu Penanaman
Waktu penanaman atau waktu yang tepat untuk menanam tanaman juga diajarkan dalam ilmu falaq. Ini merujuk pada jam tertentu dalam sehari yang dipercaya dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Dalam wawancara dengan para petani, mereka sering memilih untuk menanam pada waktu pagi hari, terutama saat matahari terbit hingga beberapa jam setelahnya. Waktu ini diyakini sebagai waktu yang penuh dengan energi positif yang mendukung tanaman untuk tumbuh subur dan sehat. Selain itu, waktu sore hari setelah matahari terbenam juga dianggap baik karena udara lebih sejuk dan kelembaban tanah lebih terjaga.
4. Pencegahan Hama Tanaman Secara Alamiah
Ilmu falaq juga tidak hanya mengatur waktu penanaman, tetapi juga mengajarkan cara-cara alami untuk menjaga tanaman dari serangan hama. Para petani Aceh yang mempraktikkan sistem ini menggunakan tanaman pengusir hama yang ditanam bersamaan dengan tanaman utama.
Mereka juga melakukan rotasi tanaman pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan posisi bulan dan bintang, dengan harapan dapat mengurangi resiko serangan hama. Selain itu, pencegahan hama secara alamiah dengan cara mengatur keseimbangan ekosistem juga sangat ditekankan.
5. Pengolahan Tanah dan Pemupukan Alamiah
Sebagai bagian dari penerapan ilmu falaq, pengolahan tanah dan pemupukan juga dilakukan secara alamiah. Pupuk kandang dan abu hasil pembakaran sampah tanaman adalah bahan yang sering digunakan oleh petani untuk menjaga kesuburan tanah. Dengan menyesuaikan waktu pemupukan dengan fase-fase bulan tertentu, petani percaya bahwa tanah akan lebih mudah menyerap nutrisi dan tanaman akan tumbuh lebih maksimal. Pengolahan tanah yang dilakukan dengan cara alami ini juga mendukung keberlanjutan kesuburan tanah, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, dan menjaga kualitas lingkungan.
Penentuan Bulan Hijriah dalam Sistem Pertanian Tradisional Aceh
Untuk jenis tanaman berbatang, berbiji, berbunga, berdaun dan berbuah diatas tanah ditanam pada waktu bulan naik dalam tahun hijriah yaitu 1 s/d 15 hari bulan sedangkan tanaman yang berbuah dan berakar didalam tanah, ditanam pada waktu bulan turun pada tahun hijriah, yaitu 16 s/d 30 hari bulan.
Terhadap tanaman yang hasilnya diatas tanah, makin naik bulan makin baik untuk memulai awal penanaman, demikian juga sebaliknya semakin turun bulan hijriah, semakin baik untuk awal penanaman yang hasilnya di dalam tanah.
Penentuan Hari Dan Jenis Tanaman
- Pada hari ahad (minggu) menanam segala jenis tanaman yang berbatang, seperti : kulit manis, jati, mahoni, cemara laut, karet dan sebagainya.
- Pada hari senin menanam segala jenis tanaman yang berbuah dalam tanah, seperti: kentang, singkong, ubi, jahe, kunyit, bawang dan sebagainya.
- Pada hari selasa menanam segala jenis tanaman yang berbiji, seperti: padi, jagung, kacang hijau, merica, pinang, kemiri, kopi, sawit, cokelat dan sebagainya.
- Pada hari rabu menanam segala jenis tanaman yang berbunga, seperti bunga mawar, melati, cempaka, kenanga, kemuning, melur, anggrek dan sebagainya.
- Pada hari kamis menanam segala jenis tanaman berdaun seperti: nilam, sawi, bayam, kol dan sebagainya.
- Pada hari jum'at menanam segala jenis tanaman yang berbuah diatas tanah, seperti: kelapa, mangga, pepaya, pisang, cabai, terong, tomat dan sebagainya.
- Pada hari sabtu menanam segala jenis tanaman yang berakar didalam tanah, yang dimaksud akar didalam tanah ini adalah yang biasa digunakan untuk pengobatan, seperti: ginseng, akar wangi, akar ilalang dan sebagainya.
Penentuan Waktu (Saat Penanaman)
- Jika hari minggu (ahad) dilakukan pada saat pagi-pagi atau setelah shalat ashar
- Jika hari senin dilakukan pada hampir tengah hari atau sebelum shalat zhuhur
- Jika hari selasa dilakukan pada waktu dhuha ( jam 7 s/d 10 pagi)
- Jika hari rabu dilakukan pada tengah hari atau setelah shalat ashar
- Jika hari kamis dilakukan pada pagi-pagi atau tengah hari
- Jika hari jum'at dilakukan pada waktu setelah selesai shalat jum'at
- Jika hari sabtu dilakukan pada waktu dhuha atau pagi-pagi
Misalnya: jika menanam padi, awal penanaman dilakukan pada waktu pagi hari selasa bulan hijriah (bulan Arab naik) 1 s/d 15 hari bulan.
Dalam melaksanakan sistem ini harus memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
- Harap ditanam pada waktu musim tanam atau musim hujan
- Jika tidak hujan, maka penyiraman tanaman dilakukan pada waktu sore/ malam hari
- Pemupukan tambahan terhadap tumbuhan dilakukan sore hari, tolong dijaga agar lahan tempat tanaman selalu lembab atau basah. (yang lebih utama dari semua itu, harus dilakukan dengan niat ikhlas kepada Allah agar tanaman tersebut dihindarkan dari penyakit dan diberikan hasil yang membawa berkah) amin.
- Setelah dimulai awal penanaman pertama pada waktu-waktu yang ditentukan diatas, selanjutnya dapat diteruskan penanamannya pada esok hari berikutnya, tanpa harus mengikuti ketentuan diatas lagi.
- Jadwal ini berlaku untuk pembibitan/penanaman
- Awal pengambilan hasil dilakukan pada waktu air surut.
Cara Mencegah Hama Tanaman Secara Alami
1. Jangkrik dan daun pandan wangi untuk mencegah hama tikus
Jika sawah/kebun banyak tikus, maka peliharalah jangkrik disawah. Ternyata suara jangkrik dapat membisingkan telinga tikus, sekaligus mengusirnya, atau dengan menebarkan daun pandan wangi, sebab aromanya tidak disukai tikus. Caranya daun pandan wangi dipotong-potong, disebar disekitar tanaman bila sudah kering diganti yang baru (lebih baik lagi jika pandan wangi ditanam disekeliling sawah/kebun seperti pagar, lalu taburkan jangkrik.
Dengan cara demikian InsyaAllah tikus tidak akan mendekati tempat itu lagi. Pandan wangi juga berfungsi untuk mengharumkan butiran padi disawah/ladang). Daun sirsak juga bisa untuk mengusir tikus sebab aromanya tidak disukai tikus, sehingga apabila daunnya disebar disekitar tanaman tikus tidak akan mendekati tempat tersebut, namun setelah kering daun sirsak itu harus juga diganti yang baru.
2. Manfaat Abu dapur dan daun pinang
Untuk memberantas hama wereng, ulat, belalang, dll, dikebun/sawah. Ambillah abu dapur dan campurkan air (1 liter abu dicampurkan dengan 3 liter air) lalu rebus atau tumbuklah daun pinang yang sudah tua kemudian diaduk-aduk, dan setelah dingin percikkan ke tanaman. Jika memakai semprotan, jangan lupa disaring terlebih dahulu.
Bila tidak ada daun pinang maka dapat diganti dengan daun pepaya, namun kualitas daun pinang jauh lebih bagus dari daun pepaya. Lakukanlah  beberapa kali sampai hamanya habis. (untuk : 10 liter air, dicampur 3 kg abu bakar dan 1 kg daun pinang atau lebih kurang 2 pelepah tandan).
3. Manfaat Semut merah & tulang binatang
Membasmi hama tanaman muda seperti: cabe, tomat, kacang kuning, dll dengan cara mengikat tulang atau kulit binatang yang basah (baru) pada sepotong ranting, lalu tancapkan didekat tanaman yang hampir berbunga, kemudian tebarkan semut merah (serangga), maka semut merah akan memakan hama sekaligus membersihkan batang & daun tanaman. Fungsi tulang & kulit, hanya untuk memikat atau membetahkan semut. Jika memanen hasil, semprotkan air pada tanaman, maka semut akan berkumpul ditulang atau sangkarnya, dan panen dapat dilakukan.
Untuk tanaman tua seperti nangka, mangga, dll, tulang/kulit cukup diikat pada pohon/ranting, lalu tebarkan semut merah, jika mau panen ikatlah tulang/kulit yang baru diujung tali, dan sambungkan kepohon yang ingin dipanen hasilnya, maka semut segera berkumpul ditulang atau kulit yang baru sehingga panen dapat dilakukan. Ingat! Hanya semut merah (serangga) yang dapat menjadi predator untuk memberantas hama tanaman.
4. Manfaat Cacing untuk menggemburkan tanah
Agar tanaman menjadi subur, tanamlah pada tanah yang gembur, dengan cara memasukkan cacing kedalam tanah, guna membuat pori-pori tanah sehingga merangsang pertumbuhan akar sekaligus membersihkan hama diakar tanaman, sebelum cacing ditanam, tanah harus disiram air, fungsinya untuk mengusir jika ada semut-semut kecil dan memudahkan cacing membuat sarangnya.
5. Manfaat sumur disawah/kebun dan cara menggali sumur serta menjernihkan airnya
Sumur disawah/kebun jangan ditembok (semen). Agar berfungsi untuk menjaga kelembaban tanah sehingga tanah tidak retak-retak diwaktu musim panas, Â dimusim kemarau dapat menyiram tanaman, ikan-ikan yang ada disumur disawah dapat memangsa hama seperti: bibit keong, ulat, belalang, dll, serta ikan-ikan tersebut dapat dikonsumsi petani.
Cara menggali sumur agar air selalu banyak adalah dengan mengetahui sumber mata air dangkal yang permanen didalam tanah. Caranya dengan melihat embun pagi dimusim kemarau, jika ada tumpukan embun disawah/kebun yang lama keringnya. Sementara embun-embun disekitarnya sudah kering, disitulah diperkirakan sumber mata air dangkal, untuk memastikannya harus dilihat 2-3 hari
Untuk meyakinkan lagi, ambillah batok kelapa yang tidak berlubang, lalu tancapkan ditanah tempat tumpukan embun tersebut selama 24 jam, bila bagian dalam batok kelapa tetap basah setelah 24 jam, maka disitulah sumur digali pada musim kemarau diwaktu pagi-pagi, hari ke 15 bulan hijriah (pertengahan bulan arab).
Jika air dalam sumur payau asin atau kurang jernih, maka tanamlah pohon cemara laut (bak aron) 3 atau 5 meter disamping sumur. Sebab akar batang tersebut dapat menyaring air yang kuning menjadi jernih dan yang payau menjadi tawar, pohon tersebut jika sudah besar dapat dipotong atau dibonsai karena yang diperlukan adalah akar untuk menyaring air sumur. Contohnya: sumur dipinggir pantai yang banyak terdapat pohon cemara biasanya airnya jernih dan tawar.
6. Manfaat tembakau asli (bakong aceh)
Untuk mengatasi hama pengerek batang, masukkan tembakau (bakong aceh) kedalam lubang batang yang dimakan ulat, dan tutup dengan tanah yang basah. Tembakau asli juga bermanfaat untuk memberantas hama wereng (gesong, sialee-alee, ulat, dll). Dengan cara merendam dan aduk-aduk tembakau kedalam air dan campurkan abu bakar, bila air sudah berubah warna agak cokelat, semprotlah atau percikkan ketanaman. (untuk 10 liter air campurkan 3 ons tembakau asli dan 3 kg abu bakar).
7. Cara mengumpulkan hama keong
Bila disawah banyak keong yang mengganggu tanaman, maka ambillah batang pepaya atau daunnya, lalu simpan dipinggir sawah minimal 24 jam, nanti keong tersebut akan berkumpul dan menempel di batang pepaya, kemudian ambil keong tersebut untuk pakan ternak (lele, bebek, ayam, dll) atau dikubur dalam tanah kering, kemudian batang pepaya tersebut disimpan lagi di dalam sawah.
8. Cara pengolahan tanah
Setelah tanah/lahan dibersihkan dan sebelum tanah dicangkul/bajak, terlebih dahulu ditebarkan pupuk kandang dan abu hasil pembakaran sampah tanaman (3 kg pupuk kandang dicampur 1 kg abu bakar) dengan ketebalan maksimal seruas jari tangan yang disebarkan secara merata dilahan pertanian, kemudian disiram (masukkan air kesawah) selama 2 minggu, agar pupuk larut dan menyatu serta dingin dalam tanah, baru kemudian tanah dicangkul/dibajak. Setelah tanah betul-betul matang, tanamlah tumbuhan (palawija).
Fungsi abu bakar, selain untuk pupuk juga untuk mencegah hama penyakit yang ditimbulkan oleh pupuk kandang, seperti: ulat tanah, rayap, jamur akar dan sebagainya. Khusus bagi sawah tadah hujan, maka pemupukan dilakukan pada waktu musim kemarau sehingga begitu hujan turun tanah (sawah) langsung dibajak/dicangkul.
9. Cara membuat pupuk
Jemurlah kotoran ternak (ayam atau bebek atau sapi atau kambing, dan lain-lain) lalu dicampur dengan abu hasil pembakaran sampah. Perbandingannya 1 karung abu bakar dicampur dengan 3 karung kotoran ternak, lalu disimpan didalam lubang tanah atau masukkan kedalam goni. Jangan lupa cara penggunaannya betul-betul meperhatikan ketentuan atau petunjuk yang tertulis diatas tadi. Sebab abu bakar dan pupuk sangatlah panas bagi tanaman.
Jika salah menggunakannya menyebabkan tanaman kering atau mati. Harap diingat bahwa semakin lama campuran pupuk dan abu bakar ditanah lahan pertanian maka semakin dingin dan baik untuk tanaman demikian pula sebaliknya.
Penerapan ilmu falaq dalam pertanian Aceh bukanlah sekadar praktik ilmiah, tetapi juga bagian dari kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun. Dengan menggabungkan pengetahuan astronomi dan tradisi pertanian, petani Aceh dapat memaksimalkan hasil pertanian mereka dengan cara yang lebih alami dan ramah lingkungan. Tentu saja, meskipun banyak kemajuan teknologi pertanian yang kini hadir, tetap ada nilai luhur dalam melestarikan pengetahuan kuno ini, terutama bagi kita yang ingin menjaga keseimbangan antara alam dan kehidupan manusia. Jika kamu tertarik untuk mencoba metode ini, mungkin ada baiknya untuk mulai meneliti bulan, hari, dan waktu yang tepat sesuai dengan ilmu falaq. Siapa tahu, hasil pertanianmu bisa meningkat dan lebih berkah!Â
Upload: 05 Desember 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI