Mohon tunggu...
Taufik Ikhsan
Taufik Ikhsan Mohon Tunggu... Guru - Ras Manusia

Art-enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merah Putihku Kini Tak Lagi Merah Putih

23 Oktober 2014   13:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:01 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1414021026255121861

[caption id="attachment_368481" align="aligncenter" width="480" caption="Ilustrasi: kumbangjantan.wordpress.com"][/caption]

Saya ingat sekali prosesi pengibaran Bendera Merah Putih di Upacara Bendera setap Hari Senin di sekolah yang saya lakukan pertama kali. Bagi saya yang sewaktu itu masih duduk di kelas 1 SMA, upacara tersebut begitu menegangkan dan berkesan. Boleh jadi itu pertama kali saya berada di depan ketika upacara bendera, karena biasanya hanya sebagai peserta atau paduan suara.

Untuk mempersiapkan proses tersebut, saya dan dua teman saya lainnya, yang berperan sebagai pembawa dan penggerek bendera, berlatih selama hampir satu bulan. Tidak terhitung banyaknya latihan dan hukuman yang kami jalani hanya untuk mengibarkan sebuah bendera. Untuk latihan kami menggunakan bendera latihan yang berwarna hijau kuning, karena Sang Merah Putih tidak boleh dipakai untuk latihan.

Tiap sekali salah dalam latihan, misal terbalik ketika mengembangkan bendera, tali yang kusut ketika digerek, ataupun sampainya bendera di puncak tiang tidak pas dengan instrument yang diputar, maka kami dapat hadiah hukuman push up sebanyak dua set (1 set = 25 push up). Belum lagi senior yang 'stressed out', pasti menambahnya sedikit dengan hukuman verbal.

Tapi saya sadar proses tersebut memberikan kesan yang membentuk karakter tersendiri bagi pribadi penulis. Perasaan untuk menghargai sebuah proses pengibaran Sang Merah Putih, lebih jauh lagi menghargai dan mencintai Bangsa Indonesia.

Tibalah pada prosesi pengibaran di Upacara Bendera Hari Senin. Ketika moderator menginstruksikan "Pengibaran Bendera Merah Putih". Kami bertiga mengatur barisa, memulai langkah tegap, mengaitkan ujung tali ke ujung-ujung bendera, dan 1 2 3 "bendera siap!". Sang Merah Putih terbentang di tangan Sang Pengibar yang waktu itu penulis sendiri.


Lagu Indonesia Raya dimainkan. Begitu syahdu terdengar. Bagi peserta lainnya mungkin itu hal yang biasa, tapi bagi kami bertiga yang waktu itu baru pertama kali mengibarkan bendera, proses tersebut merupakan satu momen yang syahdu dan mengharu biru. Baru kali itu penulis merasa lagu Indonesia Raya ternyata menyimpan berjuta makna dan perasaan membanggakan.

Selama tiga tahun di SMA, penulis selalu mengikuti apel pagi (jam 06.30) dan apel penutupuan (jam 16.00) setiap hari di sekolah, dari senin sampai minggu. Senin sampai Sabtu adalah hari sekolah, sementara Minggu adalah hari latihan Paskibra. Bendera Merah Putih begitu disakralkan. Kami tidak bisa membiarkan bendera tersebut berdiri sepanjang malam ataupun kehujanan.

Jika hujan datang, bendera pun segera kami turunkan. Menurunkannya pun bukan seperti menurunkan jemuran pakaian, tetap memakai prosesi penurunan bendera, dimana harus ada tiga orang petugas dan prosesi penurunan seperti biasanya.

Kegiatan-kegiatan itu perlahan dan tanpa disadari menumbuhkan kecintaan kami kepada Sang Saka Merah Putih. Kami tidak Risa membiarkan Bendera tersebut terlihat diabaikan dan dilakukan tidak sebagaimana mestinya. Tapi kini jauh berbeda.

Di kantor-kantor, sekolah, dan lembaga lain, banyak dari mereka yang menanam tiang bendera di depan gedungnya dan mengibarkan Bendera Merah Putih. Tapi, sepertinya pengibaran bendera tersebut hanya simbol saja, hanya penghias ornamen luar gedung. Karena bendera yang dikibarkan tidak diperlakukan sebagaimana mestinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun