Mohon tunggu...
Taufik Firmanto
Taufik Firmanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Kader Muda Muhammadiyah. \r\n\r\nAlumnus Magister Ilmu Hukum \r\nUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta.\r\n\r\nSeorang Lelaki kampung (insya Allah tidak kampungan), berasal dari Bima, sebuah kabupaten terpencil namun strategis di Pulau Sumbawa NTB, yang terletak di belahan selatan bumi Nusantara, hampir tidak masuk peta karena tidak populer dan kurang komersil. \r\nAyah dari seorang Putera yang berharap si kecil kelak menjadi orang besar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia, Alienasi dan Tasawuf

22 November 2010   07:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:24 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12904127451077615369

Taufik Firmanto Muqaddimah

Para pakar psikologi sepakat bahwa problematika alienasi (keterasingan manusia dari dirinya dan lingkungannya) merupakan problema yang teramat serius bagi masyarakat modern. Alienasi adalah salah satu dari jenis penyakit kejiwaan dimana seseorang tidak lagi merasa dirinya sebagai miliknya sendiri melainkan telah terenggut oleh suatu mekanisme diluar dirinya yang tak mampu dikendalikannya lagi. Orang yang dilanda alienasi akan merasakan suatu kebingungan, keterasingan dan kesepian dikarenakan apa yang dilakukannya di luar atas kesadaran dan pikiran bebasnya, melainkan karena kekuatan luar yang tidak diketahui dan dikehendaki menurut perasaan akal sehatnya.

Ini semua diakibatkan manusia sudah terlalu jauh meninggalkan agama sebagai tuntunan hidupnya dan larut dalam pusaran kehidupan dunia. Kalaupun mereka masih mengaku beragama, agama hanyalah menjadi symbol dan mereka hanya memaknainya sebatas menjalankan ritual hampa tanpa penghayatan makna.

Mengutamakan formalitas agama dapat mengakibatkan jiwa amaliah agama itu tidak dapat dirasakan, yang terasa hanyalah kesibukan fisik yang kering dan kurang bermakna. Penghayatan ibadah menghendaki segala gerak, ucapan, dan perbuatan difocuskan kepada Allah semata. Menghayati ibadah membutuhkan kesungguhan, pemahaman, dan latihan yang berkesinambungan. Oleh karena itu ibadah menghendaki penghayatan spiritual.

Kekosongan aspek spiritual inilah yang mendorong manusia modern atau mereka yang telah masuk dalam suatu tatanan masyarakat yang sangat kompleks di era yang disebut modernisasi, industrialisasi, globalisasi, komputerisasi, informasi dan lain sebagainya, untuk melakukan pencarian nilai-nilai spiritualis untuk mengatasi problem-problem kemanusiaan.

Dari sini, ada suatu upaya dari manusia modern untuk kembali menggali nilai-nilai spiritual dengan pendekatan yang disebut tasawuf, hal ini dipercaya bisa memberikan satu alternative–solutif bagi problema alienasi dan dehumaninsai yang menimpa masyarakat modern.

Tasawuf

Secara etimologi tasawufberasal dari beberapa perkataan yang sering dirujuk oleh para ahli. Di antaranya dikatakan bahwa tasawuf diambil dari bahasa arab safa, yang artinya suci – murni, suffah yang artinya pojok atau emperan masjid dan merujuk pada istilah ahlus suffah pada zaman Rasulullah SAW, dan dari kata suf yang berarti bulu domba, karena merujuk pada kebiasaan para rohaniawan yang biasa memakai pakaian dari bulu domba sebagai lambing kesederhanaan dan menjauhi kemewahan. Di samping itu ada juga yang beranggapan bahwa tasawuf semakna artinya dengan kata dari bahasa yunani sofia, yang berarti kebijaksanaan. Adapun pengertian terminology tasawuf, banyak sekali ta’rif (definisi) nya, antara lain:

a)Tasawufialah sikap seseorang yang merindukan kekasihnya dengan membaringkan diri di pintu rumahnya agar dapat menemuinya.

b)Tasawuf ialah mementingkan yang hakekat dan bersabar menahan diri dari sifat tamak terhadap apa – apa yang dimiliki manusia.

c)Tasawuf ialah bahwa engkau sanggup bersama Allah tanpa suatu penghubung.

d)Tasawuf adalah bahwa engkau tidak merasa memiliki dan di miliki sesuatu.

Tasawuf ditegakkan atas dasar 3 (tiga) prinsip, yaitu:

  1. Prinsip hidup faqir dan selalu memerlukan rahmat Allah.
  2. Prinsip mewujudkan pengorbanan yang sebesar - besarnya demi pencapaian tujuan.
  3. Prinsip hidup pasrah, tanpa membuat pilihan sendiri.

Karena manusia secara utuh terdiri atas jasmani dan rohani, maka keduanya perlu konsumsi. Salah satu bentuk konsumsi adalah ibadah, yang merupakan konsumsi untuk rohani. Ibadah, kalau hanya menekankan aspek formalitasnya saja, maka ibadah itu terasa “kering”, misalnya hanya menekankan syarat, rukun, sah, dan batal tanpa mementingkan penghayatan di dalamnya, maka bukan mustahil amaliah agama itu tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan tidak dapat menumbuhkan ajaran moral.

Mengutamakan formalitas agama dapat mengakibatkan jiwa amaliah agama itu tidak dapat dirasakan, yang terasahanyalah kesibukan fisik yang kering dan kurang bermakna. Oleh karena itu ibadah menghendaki penghayatan spiritual. Penghayatan ibadah menghendaki segala gerak, ucapan, dan perbuatan difocuskan kepada Allah semata. Menghayati ibadah membutuhkan kesungguhan, pemahaman, dan latihan yang berkesinambungan.

Banyak orang yang merasa tidak puas dengan menjalankan ibadah formal dalam menjalani hubungan dengan Tuhan (habluminallah), karena itu mereka menyempurnakan ibadah itu dengan tasawuf yang lebih dapat mendekatkandiri kepada Tuhan dengan sedekat-dekatnya. Sesuai dengan tujuan tasawuf ialah memperoleh hubungan lansung dengan Allah secara sadar sehingga seseorang merasa benar-benar berada di hadirat Allah.

Pada mulanya tasawuf itu mengambil bentuk zuhud dalam arti sikap hidup sederhana dan menjauhi kemewahan duniawi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selanjutnya tasawuf itu digunakan untuyk memperhalus budi pekerti dan sopan santun, ketika manusia mengadakan hubungan dengan Tuhan (habluminallah),dan hubungan dengan manusia (habluminannas). Perkembangan lebih lanjut, menunjukkan bahwa tasawuf bukan hanya untuk memperhalus budi pekerti yang bersifat akhlaq saja, tapi juga merupakan pandangan hidup yang di sistematisir atas dasar pemikiran yang mendalam dan bersifat falsafah.

Perkembangan Tasawufdalam Islam

Pada masa Rasulullah masih hidup, tasawuf(kata/ istilah itu sendiri belum dikenal pada masa itu) masih berbentuk zuhud, yakni suatu system hidup yang tidak menyukai kemewahan dunia. Pada masa itu tasawuf belum diikat dengan aturan – aturan tertentu dan belum dibatasi dengan tradisi – tradisi tertentu. Sebab pada masa Rasulullah SAW, kehidupann tasawuf sama dengan amal-amal syari’at yang lahir. Antara amal batindan amal lahir bergabung menjadi satu dan tidak ada pemisahan.

Penulis tasawuf dari kalangan sahabat Nabi ialah Huzaifah al-Yamam. Dialah sahabat Nabi yang mementingkan bisikan jiwa, kata batin, damir, dan hati nurani. Tasawufdalam masa ini coraknya adalah hidup secara zuhud, sederhana, melakukan amal baik, menjauhi kejahatan, dan hanya menginginkan ganjaran dari Allah semata. Motivasi kegiatan beramal adalah karena mengharapkan sesuatu yang dijanjikan oleh Allah. Dapat disebutkan bahwa tasawuf pada masa ini ditandai dengan rasa peuh pengharapan (raja’).

Tasawuf sunni biasa juga disebut tasawuf ahklaqi karena orang-orang sunni mengamalkan tasawuf untuk memperbaiki akhlaqul karimah. Pada mulanya yang dikenal dalam kehidupan tasawuf adalh zuhud saja, yaitu mementingkan kehidupan sederhan untuk mengabdi kepada Allah. Selanjutnya zuhud ini tumbuh berkembang dengan subur sekali, terutama pada masa terjadinya fitnah dan encana perang saudara di kalangan kaum muslimin pa masa pemerintahan Ustman bin Affan r.a. dan Ali bin Abi Thalib r.a. Lebih-lebih pada masa pemerintahan Bani Ummayah yang ditegakkan atas dasar keturunan dan kekuasaan.

Pada periode kedua tasawuf ditandai dengan rasa takut atau cemas. Perintisnya adalah Hasan al-Bashri. Beliau mengambil ilmu kerohanian ini dari hudzhaifah. Hasan al-Bashri adalah orang dari kalangan tabi’in yang pertama-tama menyusun metode bicara rohani, cara hidup kerohanian dan menerangkan rahasia kerohanian. Hasan al-Bashri adalah orang pertama yang menunjukkan perhatiannya kearah kehidupan tasawuf. Dia dianggap sebagai pendiri aliran tasawuf karena dia berpendirian bahwa ma’rifat dengan hati adalah jalan iman yang sebaik-baiknya. Pada periode Hasan al-Bashri ini pendorong kehidupam zuhud ialah rasa takut terhadap ancaman api neraka dan murka Allah.

Kehidupan tasawuf pada periode ketiga ditandai dengan rasa cinta. Kehidupan tasawuf pada periode ini tertulis dengan jelas pada kehidupan seorang sufi wanita bernama Rabiah al-Adwiyah. Prinsip ajaran tasawufnya adalah cinta Ilahi, yakni kesediaan mentaati Allah bukan karena menginginkan surga dan bukan pula takut neraka, tetapi semata-mata cinta Allah di atas segala-galanya. Do’anya yang tersohor dan kerap dikutip untuk melukiskan kecintaannya kepada Allah sarat dengan muatan cinta:

“Ya Rabbi ….. bila aku menyembah-Mu karena takut akan neraka-Mu,

bakarlah diri ini di dalamnaya.

Bila aku menyembah-Mu karena harap ‘kan surga-Mu, jauhkan aku dari sana.

Namun, jika akau hanya menyembah-Mu hanya demi Engkau,

Maka janganlah Kau tutup keindahan abadi-Mu ….”.

Kemudian diikuti oleh yang lainnya, seperti Zun Nun al-Misri, Haris al-Muhasibi, Junaid al-Baghdadi, dan sebagainya. Dalam perkembangan selanjutnya tasawuf semakin menemukan bentuknya yang lebih jelas dan dianggap salah satu aspek penting pemikiran dan tradisi keilmuan Islam, disamping Fiqh, Kalam, dan Filsafat Islam. Tasawuf pada abad ketiga dan seterusnya mulai mengalami percabangan orientasi: ada yang mengarah kepada tasawuf nazari (falsafi), seperti paham ittihad oleh Abi Yazid al-Bistami, hulul oleh al-Hallaj, dan wihdad al-wujud oleh Ibnu Arabi; adapula yang tetap mempetahankan tasawuf amali (sunni, akhlaqi) seperti al-Qusyairi, al-Ghazali, dan sebagainya; dan ada yang mengarah kepada pembentukan tarekat-tarekat (orde sufi) yang sangat banyak jumlahnya dan berkembang hingga saat ini.

Latihan Pengamalan Tasawuf

Tasawuf pada hakekatnya adalah bagian dari ajaran Islam. Ia merupakan ruh bagi ajaran-ajaran Islam yang bersifat eksoteris dan bentuk spiritualis yang dikembangkan dalam Islam, dimana sumber-sumbernya dapat digali dan ditemukan dalam al-Qur’an dan hadist Rasulullah SAW. Untuk memperoleh penghayatan tasawuf atau merasakan inti tasawuf, yakni ma’rifatullah, menurut para sufi ada dua jalan, yaitu; melalui maqamat dan ahwal.

Maqam adalah merupakan tingkatan-tingkatan latihan, dengan kata lain, tujuan diatasa dapat diperoleh engan hanya dengan melakukan latihan-latihan batin tertentu yang di ajarkan oleh Nabi. Sedang ahwal adalah anugrah Allah bagi orang-orang yang telah suci jiwanya atau memperoleh ilmu ladduni. Atau dengan konsep lain, yaitu takhalli (mengosongkan diri dari perbuatan jahat), tahalli (menghiasi diri dengan perbuatan baik), sehingga akan mendapatkan tajalli (penampakan Tuhan; ma’rifat).

Latihan-latihan spiritual yang diajarkan oleh Nabi dan menjadi pegangan kaum sufi sebagai sarana olah batin, yaitu;

  • Taubat , dimana seseorang yang ingin melatih olah rohani harus memulai dengan pernyataan taubat dengan menjauhi kemaksiatan sekecil apapun.
  • Wara’, yaitu meninggalkan semua yang syuhbat atau meragukan tentang halal dan haramnya, yakni latihan untuk selal;u berlaku hati-hati dan berngakat dari keyakinan bahwa yang dimakan, dipakai, dan dibelanjakan adalah betul-betul halal, sehingga kalau sesuatu itu tidak jelas apakah tidak jelas apakah halal atau haram, maka itu akan ditinggalkannya, karena dapat mengotori kesucian hati.
  • Zuhud, yaitu tidak tamak dan tidak ingin mengutamakan kesenangan duniawi. Dalam hal ini kehidupan duniawi tidak akan mengikat hatinya, sehingga melupakan Tuhannya karena kesibukan yang luar biasa. Ajaran ini menyatakan bahwa manusia jangan sampai menjadi budak dunia, tetapi dunialah yang menjadi budaknya (sarana) untuk mengabdi kepada Allah SWT, sehingga andaikata harta yang berlimpah ruah itu lenyap darinya, itu tidak akan mempengaruhi batin dan hatinya dan tidak nampak kesusahan dalam hatinya.
  • Faqir, yaitu seseorang yang mencapai tingkat tidak membutuhkan sesuatu apapun selain Allah. Sifat orang faqir itu ialah diam saja waktu tak punya apa-apa, dan tidak membutuhkan ketika punya apa-apa. Tanda murka Allah kepada seorang hamba adalah ketakutannya akan faqir.
  • Sabar, yaitu menerima segala bencana atau apaun dengan laku sopan dan rela atau fana’ dalam bala bencana tanpa ada keluhan, yakni tidak ada keluh kesah tanda tak terima terhadap Allah yang telah mentukan apa saja terhadp dirinya.
  • Tawaqqul, yakni pasrah dan bererah diri sepenuhnya kepada Allah melalui jalan hidayah-Nya. Hidayah Allah itulah yang diikutinya dalam hidup ini engan penuh kepercayaan dan kepasrahan mutlak.
  • Ridho, yaitu ajaran dan latihan untuk menanggapi dan mengubah segala bentuk penderitaan, kesengsaraan dan kesusahan menjadi kegembiraan dan kenikmatan, karena sikap rela dan senangnya terhadap apasaja yang diberikan Allah dan bentuk persaan cinta yang sangat dalam, sehingga andaikata dimasukkan kedalam neraka sekalipun, tetapi ia mendapat cinta dan ridha Allah maka iapun rela.

Inilah bentuk-bentuk latihan kerohanian dan penyucian jiwa yang dilakukan oleh kaum sufi, dimana seperti kata al-Ghazali, hati itu ibarat cermin (atau radar) yang dapat menerima atau memantulkan cahaya, dengan penuh kepekaan dapat menerima cahaya hidayah ilahi dan dipancarkan untuk kebahagiaan seluruh ummat manusia. Latihan-latihan ini sangat penting dilakukan ummat Islam dalam rangka menciptakan kebersihan dalam seluruh aspek kehidupan. Dan sekali lagi itulah ruh Islam yang dituangkan dalam al-Qur’an dan al-Hadist. Lalu apa lagi yang harus kita ikuti kalau sudah meninggalkan keduanya.[]

Wallahu ‘alam bishowab.

*******

Daftar Bacaan:

Abu Hamid al-Ghazali, Ihya ulum al-Din (Mesir: t.p., t.t.)

Abd. Halim Rofi’I. 2000. Tutorial Agama Islam, Unibraw, Malang.

Ahmad Chodjim. 2002. Syeh Siti Jenar Makna Kematian, Serambi, Jakarta.

Rudy Harahap. 2004. 40 Esay Kebeningan Hati Pejalan Rohani, Grafindo, Jakarta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun