Mohon tunggu...
T. Fany R.
T. Fany R. Mohon Tunggu... Pecinta kopi, penjelajah kata, dan hobi lari

Kopi bukan hanya minuman—ia adalah teman refleksi. Buku bukan sekadar bacaan—ia adalah jendela dunia. Dan lari bukan hanya olahraga—ia adalah ruang dialog dengan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perbandingan adalah Pencuri Kebahagiaan

9 Juni 2025   05:56 Diperbarui: 9 Juni 2025   05:56 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbandingan adalah Pencuri Kebahagiaan (canva.com)

Di era digital saat ini, kita hidup dalam dunia yang penuh dengan perbandingan. Dari media sosial hingga lingkungan sekitar, kita terus-menerus melihat pencapaian orang lain, standar kesuksesan yang ditetapkan masyarakat, dan kehidupan yang tampak lebih baik daripada milik kita.

Namun, pernahkah kita berhenti sejenak dan menyadari bahwa semakin kita membandingkan diri dengan orang lain, semakin jauh kita dari kebahagiaan?

Perbandingan adalah pencuri kebahagiaan. Kata-kata ini bukan sekadar kutipan, melainkan kenyataan yang sering kali kita abaikan.

Ketika kita membandingkan diri dengan orang lain, kita tidak hanya mengurangi rasa syukur atas apa yang kita miliki, tetapi juga menciptakan ketidakpuasan yang tak berujung.

Perbandingan adalah bagian alami dari sifat manusia. Sejak kecil, kita diajarkan untuk melihat bagaimana orang lain bertindak, belajar dari mereka, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.

Namun, ketika perbandingan ini berubah menjadi kebiasaan yang merusak, kita mulai kehilangan rasa percaya diri dan kebahagiaan kita sendiri.

Masyarakat sering menetapkan standar tertentu tentang kesuksesan, kecantikan, dan kebahagiaan. Jika kita merasa tidak sesuai dengan standar tersebut, kita mulai membandingkan diri dengan mereka yang tampaknya lebih unggul.

Media sosial telah menjadi ladang subur untuk perbandingan yang tidak sehat. Kita melihat orang lain memamerkan kehidupan yang tampak sempurna---liburan mewah, karier sukses, hubungan romantis yang bahagia---tanpa menyadari bahwa itu hanyalah potongan kecil dari kenyataan mereka.

Ketika kita tidak merasa cukup baik, kita cenderung mencari validasi dengan membandingkan diri dengan orang lain. Sayangnya, ini hanya memperburuk keadaan karena kita fokus pada kekurangan daripada kelebihan kita sendiri.

Dunia modern penuh dengan kompetisi. Dalam pekerjaan, pendidikan, bahkan dalam hubungan sosial, kita sering merasa harus bersaing untuk mendapatkan pengakuan dan keberhasilan.

Ketika kita fokus pada apa yang dimiliki orang lain, kita lupa mensyukuri apa yang sudah kita miliki. Kita mulai merasa bahwa pencapaian kita tidak cukup baik hanya karena ada orang lain yang terlihat lebih sukses. Padahal, kebahagiaan sejati datang dari menghargai apa yang ada dalam hidup kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun