Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mendengar Keabsurdan

5 Oktober 2020   16:28 Diperbarui: 5 Oktober 2020   16:33 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hujan kembali menyapa secara berkala. Membangkitkan kembali kenangan-kenangan yang ditinggalkannya. Meski terlalu absurd untuk diberi makna, akan tetapi hal-hal baik selalu menaunginya sekalipun hanya luka yang dirasa.

Tanah pun enggan untuk lekas menyerap kerumunan air yang tertumpah begitu saja dari langit. Genangan-genangan air yang nampak seolah menjadi bukti bahwa mereka menunjukkan protes dengan mengindahkan sifat yang dimilikinya. Di sebegitu luas hamparan bumi ini, masih ada bukti-bukti bahwa tidak semua persifatan sebuah benda itu sama.

Dunia ini selalu tumbuh oleh sebab adanya pertentangan. Layaknya seorang perempuan yang semakin tegas diberikan sebuah larangan tak akan mengubah apapun, justru akan menambah hasrat keingintahuannya.Semakin kita berkata kepada mereka untuk menjaga dirinya, semakin bertambah pula mereka ingin memperlihatkan dirinya. Dan hal tersebut akan semakin menambah hasrat orang lain untuk melihatnya.

Jika rintik hujan mampu membuat keabsurdan seolah udara terpenuhi olehnya, begitu juga apa yang ada di dalam perasaanmu. Sekalipun dua waktu itu tak berhenti membuatku berjuang untuk memperhatikanmu, hal itu tidak akan pernah dirasa cukup. Namun hal ini tak membuat aku merasa lebih baik oleh karena sifat tersebut, justru sebaliknya.

Akan lebih baik bagiku untuk banyak memperbaiki diri karenamu, daripada selalu mencoba memperbaiki dirimu karenaku Bahkan, jika pada akhirnya yang terbangun adalah sifat-sifat baik oleh karenamu, maka aku akan lekas mengabaikannya. Aku akan bertambah waspada terhadap diriku sendiri karena sifat merasa baik ini memperbesar keburukan sifat memasuki diriku.

Nabi Isa dan Kanjeng Nabi Muhammad pun memiliki cara yang berbeda untuk mengatasi hal-hal semacam ini. Nabi Isa memilih pengasingan diri dan menyembunyikan diri dalam kesunyian di tempat-tempat terpencil untuk menjauhkan diri darpi perempuan dan abai terhadap dunia. Sedangkan Nabi Muhammad diberikan solusi yang berbeda, yakni dengan menikahinya. Menikahi sosok-sosok yang tak mungkin ditaklukkan dengan banyak peringatan.

Akan tetapi, Kanjeng Nabi memilih untuk menahan diri sekalipun menderita atas kesewenang-wenangan. Mendengarkan segala kata-kata yang penuh akan keabsurdan yang sering tersampaikan dalam wujud keinginan dan harapan-harapannya. Dan membiarkan sosok tersebut melampiaskan segala hasrat yang dimilikinya.

Tapi, penderitaan atas kesewenangan tersebut justru akan membersihkan kotoran dari diri kita sendiri. Kata-kata keabsurdan justru akan menjadi penyelamat yang sering menolong dari kejumudan-kejumudan yang tak memiliki faedah. Sifat baik justru akan semakin tumbuh karena memilih untuk bersabar. Karena cukup mengetahui bahwa sifat buruklah yang akan tumbuh jika beliau menggunakan kekuasaan dan melakukan counter attack terhadap perempuan-perempuan yang diasihi sekalipun.

Rasul mengajarkan bahwa seseorang mesti menahan luka dengan kenghindari kecemburuan dan fitnah. Seseorang juga harus menahan luka dari perlakukan seseorang terhadap siapapun. Nabi Isa berjuang dengan cara menahan diri dalam kesunyian dan tidak menurutkan godaan seseorang. Cara Nabi Muhammad adalah menahan kesewenang-wenangan dan kesedihan yang disebabkan lelaki atau perempuan.

Tahukah engkau bahwa kita akan mendapatkan banyak pengalaman spiritual dari keabsurdan? Ketidakrasionalan? Sehingga kita akan secara tidak sadar akan menjadi peingikut kesabaran, tanpa harus menunggu pertimbangan nalar. Dan dengan pengalaman tersebut, engkau akan mudah untuk menghindari diri dari kebanggaan, keangkuan, iri hati, bahkan kecemburuan.

Dali pengalaman spiritual itu, kedamaian batin kita sedikit-demi sedikit terlatih. Dengan kedamaian batin tersebut, nantinya aku, engkau, bahkan kita akan mampu berjalan bersama menerjang segala tuduhan dan fitnah. Karena suara-suara sumbang yang terdengar dari apa yang mereka bicarakan, ketika engkau memilih kesabaran, semua itu akan menumbuhkan buah-buah dari apa yang mereka katakan. Aku dan kamu hanya tinggal menikmati keabsurdan, tanpa pernah merasa benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun