Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perjalanan Spiritual di Tengah Rahmat Corona

13 April 2020   16:23 Diperbarui: 13 April 2020   16:29 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dzikir dan wirid di depan makam Syaikh Subakir, Gunung Tidar, Magelang. (dokpri)

Beberapa hari kemarin, Mas Iwan dari Semak (Sedulur Maiyah Kudus) menghubungi penggiat di Maneges Qudroh untuk menyampaikan amanah dari Kiai Sesepuh Kudus agar disampaikan ke makam Syaikh Subakir. Amanah tersebut sebelumnya juga telah mendapatkan ijin konfirmasi langsung dari Mbah Nun.

Sebagai masyarakat Jawa, tentu kita tidak asing dengan cerita kemesraan antara Syaikh Subakir dan Sabdo Palon atau sering diartikan Semar. Singkatnya,  Semar dianggap sebagai Ratunya Jin  yang menjaga Pulau Jawa, hingga akhirnya datanglah Syaikh Subakir ke Pulau ini. Kemesraan pun terjalin meski melalui bermacam proses atau berlarutnya waktu hingga mencapai sebuah kesepakatan-kesepakatan tertentu.

Informasi sejarah tersebut dipertegas oleh video yang beredar di Youtube, dimana ada sesepuh yang mengatakan bahwa ini sudah waktunya Sabdo Palon nagih janji. Hal ini juga berkaitan dengan Gunung Merapi yang sering mengeluarkan awan panasnya, dimana bentuk atau rupa awan panas yang nampak sering dikaitkan dengan penampakan rupa Semar atau Sabdo Palon.

Sebagai Jamaah Maiyah yang kebetulan tinggal di daerah pusatnya tanah Jawa, beberapa dari kami pun memutuskan untuk keluar rumah melaksanakan amanah dari Kudus untuk dilaksanakan di makam Syaikh Subakir.  Biarlah dzikir ataupun wirid menjadi bekal masker kami menghadai virus pandemi  kelembutan-kelembutan yang sedang bergentayangan, yang kelembutannya melebihi virus corona itu sendiri.

Kemarin tepat tanggal 12 April 2020, kami tanpa kata sepakat yang berangkat juga tepat 12 orang menuju makam Syaikh Subakir. Masing-masing dari kami tertegun dengan perjalanan kali ini. Dengan berkoordinasi dengan Bapak Rasmadi selaku wakil dari juru kunci, kemudian atas ijinnya kami serombongan mendapat ijin naik ke Gunung Tidar. Karena sebetulnya, tempat ini sedang ditutup terkait dengan pandemi corona yang sedang terjadi.

Sekitar pukul 21.00 kami berangkat menuju makam. Meski telah dikenal dengan nama Gunung, namun sesungguhnya untuk menuju puncak pun hanya dibutuhkan tracking kurang lebih 30 menit. Kebetulan, akses menuju lokasi-lokasi makam telah diperbaiki sehingga perjalanan akan terasa nyaman. Selain makam Syaikh Subakir, di Gunung Tidar ini pun terdapat makam Kiai Sepanjang dan makam Kiai Semar. Ada pula tugu paku Jawa sebagai tanda titik pusatnya Pulau Jawa.

Setelah melaksanakan dhawuh dan amanah dari Kudus, dzikir dan wirid munajat maiyah dilantunkan bersama. Suasana yang hening dengan kemerlip cahaya Kota Magelang ketika menoleh , ataupun dengan sayu kemerlip bintang yang seolah bersembunyi di balik tirai pepohonan ketika kepala menengadah ke atas, menjadi keindahan tersendiri. Belum lagi dengan suara alam yang membersamai lantunan cinta para pejalan ini selama mengkhusyukkan diri.

Air yang telah dipersiapkan di dalam kendi menjadi "banyu panguripan" yang bisa dibagi kepada siapa saja. Dengan tulisan-tulisan rajah yang diharapkan mampu menjadi benteng keamanan dan keselamatan selama tidak memiliki keraguan. Karena rajah tak lebih hanya sebagai alat atau lantaran, selain sebaik-baik penolong adalah Allah Swt. Yaa Hafidh Ihfadhna, Yaa Rahmaan Yaa Rahiim Irhamnaa.

Dulur Maneges Qudroh (dokpri)
Dulur Maneges Qudroh (dokpri)
Biqawmin Yuhibbuhum Wa Yuhibbunahu

Wabah Corona yang sedang melanda kawasan ini pun oleh sebagian masyarakat diartikan sama dengan peristiwa pageblug. Tapi, sebagai masyarakat yang menimba ilmu di maiyah, apa yang sebenarnya mesti ditadabburi dengan banyaknya ayat-ayat yang tidak difirmankan? Keberangkatan nilai apa yang sebenarnya mesti menjadi pegangan? Kalau sudah berangkat, apakah siap pula untuk kembali pulang? Adakah corona, pageblug, bencana nasional, atau apapun kita menyebutnya, merupakan sebuah rahmat, ujian, atau adzab?

Kita terlalu sering banyak menginginkan perubahan, disaat kita sendiri justru belum siap menghadapi tantangan. "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (Ar-Ra'd: 11)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun