Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mantra Kehancuran

2 Oktober 2019   16:20 Diperbarui: 2 Oktober 2019   16:40 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap orang telah merasa pintar karena memang benar-benar pintar. Mereka sangat cerdas memfasilitasi segala keinginan hingga sangat mudah sekali berbaur dan menjadikan dirinya mudah dikenal. Bahkan segala perkataannya begitu sangat licin bagi sebuah noda kesalahan kecil itu menempal pada raungannya.

Hingga pada suatu saat, Gus Welly melihat Bewol diam dengan tatapannya yang tak seperti biasa. Seperti ada sesuatu yang mengganjal yang hendak ingin disampaikan. Bewol menatap landscape persawahan di halaman belakang pendopo.

Gus Welly menyapa, "Kamu lagi apa, Wol? Kalau boleh aku tebak, kamu sedang butuh kesejukan atau sedang tidak ingin menyendiri?" (meskipun disana Bewol duduk sendiri)

"Jujur saja, aku sedang membenci diriku sendiri, terutama hatiku!" Bewol langsung mengungkapkan kesesalannya. "Aku kesini hanya ingin membuang kebencianku yang mungkin sangat tidak seharusnya aku pikirkan." Lanjutnya.

"Biarkan kali ini aku mendengarkanmu, tapi jangan kau balik bertanya. Aku hanya ingin kamu bercerita kepada manusia jika kau masih aku anggap manusia." Sindir Gus Welly tentang karibnya yang suka menyendiri memandangi semesta, seolah menyendiri namun mencari hiburan lewat jawaban angin yang semilir. Mencari makna di tengah kebisuan alam yang selalu menyimpan sejuta isyarat.

Tentu ini adalah hiburan yang sangat sederhana. Bukan sesuatu yang umum jika hiburan itu justru dicari di tempat yang hening daripada mencari perhatian di tengah kerumunan. Sudah sewajarnya manusia mengadu. Tapi bagi Bewol, mengadu kepada manusia hanya menimbulkan 2 pilihan. Ketidakpastian atau nasihat solutif yang belum tentu orang tersebut mengamalkannya. Paham bahwasanya mencari perhatian dari langit lebih utama daripada manusia.

"Oke, memang suatu wejangan memang bersifat sangat solutif. Tapi jangan memaksakannya masuk ke dalam ranah yang dirinya sendiri sering luput. Satu hal yang dapat saya ambil dari puasa berkomunikasi dan internet adalah tentang status di media sosial. Apapun. Status pribadi memiliki sifat informatif. Apapun yang ditulis (mungkin) merupakan kebenaran pada saat itu. Menurutmu dari fenomena story telling di media sosial, antara menyampaikan kebenaran dengan ingin diperhatikan, mana muatannya yang lebih besar?" Tanya Bewol.

"Ingin diperhatikan, bukan begitu?" singkat Gus Welly.

"Nah, itulah yang membuat saya sedikit membenci diri saya sendiri."

"Lha, kenapa bisa begitu?"

"Saya sangat mengenal seseorang yang begitu mengenal langit, akan tetapi ia..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun