Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Berjuang "Gejayan Memanggil"

23 September 2019   12:13 Diperbarui: 23 September 2019   12:26 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Tribun News

Fenomena akhir-akhir ini memang sedikit membuat geram tak sedikit dari masyarakat Indonesia tentang wacana RUU KUHP ataupun pelemahan KPK. Ada yang menggambarkan hal tersebut hanya sebatas candaan dengan para koleganya, ada yang tersulut buta hingga keluar cacian-cacian kepada pihak yang bersangkutan. Dan ada pula yang akan melakukan aksi nyata dengan turun ke jalan melakukan aksi demonstrasi terhadap rancangan undang-undang tersebut.

Saya pribadi sangat salut akan kepedulian para muda-mudi terhadap tindakan kesewenangan para anggota DPR -yang mereka plesetkan menjadi Dewan Penipu Rakyat- dalam membuat kebijakan yang seolah mereka buat demi melindungi kepetingan-kepentingan pihak tertentu. Tanpa pernah memihak atau mengutamakan kepentingan rakyat. Yang notabene rakyat adalah atasan mereka, yang harus mereka layani karena memberikan gaji yang tidak sedikit untuk kinerja dan segala fasilitas yang mereka dapatkan.

Hukum seolah-olah hanya menjadi barang mainan bagi para pemain politik. Yang mewakili rakyat pun hanya mereka-mereka yang lebih mementingkan nama baik partai dan kerabatnya daripada harus mengutamakan kepentingan rakyat. Atau mungkin, KPK yang merupakan lembaga independen menjadi ancaman serius bagi dunia perpolitikan yang sangat bau busuk dengan segala praktek korupsi dan kolusinya. Akhirnya, KPK pun mesti dilemahkan. Karena bukan tidak mungkin jika terus dibiarkan, segala kedok akan terungkap dan segala topeng kemunafikan akan terbongkar satu demi satu.

Kenapa harus ada DPR yang mengatasnamakan wakil rakyat? Yang terpilih dengan cara-cara yang sudah bukan merupakan tabir lagi bagi yang ingin terpilih. Kenapa mesti ada segala pemilihan dengan anggaran yang sangat banyak hanya demi membuat kebijakan yang memercikkan segala bentuk aksi demo?

Sudah lama, kami selalu menahan segala kesewenangan ini. Mungkin hal tersebut dapat meningkatkan kesabaran para rakyat yang selalu ngopeni orang-orang di sekelilingnya. Bahkan statement "jangan pernah bergantung kepada pemerintah" seperti menjadi buah kuldi di surga bumi pertiwi. Tidak pernah ada permusyawaratan. Rapat-rapat penting di Gedung Penipu Rakyat selalu banyak kursi yang kosong, atau bahkan hanya menjadi tempat tidur sementara bagi yang merasa ngantuk saat rapat.

Kami seakan dipaksa memakan buah kuldi. Mau gak mau kami seolah mesti merasa murtad terhadap negara yang katanya sangat menjunjung tinggi demokrasi. Karena demokrasi telah dikebiri, demokrasi itu sendiri telah dipermainkan. Bahkan, demokrasi telah dikorupsi! Negara ini telah diselubungi kemunafikan. Kejujuran ataupun keterbukaan menjadi hal yang langka.

Tapi ingat, perjuangan ini mesti selalu dilakukan dengan penuh kegembiraan. Setidaknya segala yang berjuang mesti diawali dengan kejujuran terhadap dirinya sendiri. Tidak boleh ada kecurangan di dalam perjuangan demi sebuah perubahan yang semoga apapun hasilnya tidak begitu penting. Karena kita telah melakukan perjuangan yang penuh kegembiraan dan jujur.

Meskipun tidak menutup kemungkinan, akan ada banyak penumpang-penumpang yang ingin mengintervensi aksi ataupun merusak perjuangan yang akan dilakukan dengan jujur dan gembira tersebut. Tunjukkan kalau pemuda-pemudi sekarang merupakan kerumunan yang tangguh. Generasi yang mentransformasikan kasih Tuhannya kepada negara ini, sehingga Tuhan pun enggan untuk menolak kasih para hamba-Nya. Hingga selalu dalam lindungan-Nya.

Yang pasti, usaha kita untuk mengobati yang sakit jangan sampai menambah luka. Yang merasa sakit, jangan disakit-sakitkan. Yang merasa sehat, jangan disehat-sehatkan. Mengutip pernyataan Pak Edhie kemarin, "Mencaci tanpa saling membenci, memuja tanpa butuh dipuja." Semoga segala perselisihan akan semakin mempercepat laju pendewasaan dan tentunya kebijaksanaan. Selamat memenuhi panggilan, selamat berjuang!

Magelang, 23 September 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun