Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rindu yang Tuntas, Kemesraan yang Terbalut dalam Kalimat Thoyyibah

15 Mei 2019   15:52 Diperbarui: 15 Mei 2019   15:58 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Perempuan-perempuan" jawab Pak Muzzamil.

"Tapi disini perempuan dimaknai gender atau watak?" lanjut Mbah Nun.

Kemudian Pak Muzzamil seolah menegaskan dengan menjawab "watak!" Akan tetapi, pada zaman sekarang terdapat banyak manusia bermental an-naffa tsatifi. Bukan hanya perempuan, para lelaki pun banyak yang bermental layaknya seorang perempuan.

Kalau kita hanya sekedar memaknai lewat terjemahan, kemungkinan terjebak menjadi besar dalam memaknai Al-Qur'an tanpa kita taddaburi dengan akal dan pikiran. Karena hanya melihat makna melalui satu sisi, padahal Ali Ra. 

Pernah menyampaikan jika tafsir ibarat kita sedang memegang gajah dengan keadaan mata tertutup. Ada yang berkata bentuk gajah lonjong, karena mungkin si penafsir hanya memegang belalainya. Begitupun dengan si penafsir lain yang memaknai dengan mata tertutup. Walaupun benar menurut keyakinan pribadi, lantas tidak langsung membuat kita menyimpulkan bahwa tafsir kita yang paling benar.

Lihatlah keadaan zaman sekarang. Bagaimana agama yang seolah membawa berita kegembiraan, seolah berputar 180' menjadi ujaran kebencian yang menyulut perpecahan dimana-mana. Kita pun dengan latahnya selalu memaknai bahwa setan itu adalah sesuatu yang berwujud di luar diri kita yang menyeramkan, dan menakutkan. 

Genderuwo, tuyul, suster ngesot, ataupun kuntilanak adalah beberapa contoh setan yang diyakini mayoritas masyarakat kita. Entah media yang mengajarkan yang juga tidak tahu, atau memang kita yang sengaja dibodohkan dan ditakuti. Tapi bukankah sudah jelas dalam surat An-Naas jika setan itu adalah bagian dari diri kita?

Dan ternyata untuk menangkal atau meminimalisir kita terpengaruh dalam memprovakasi diri sendiri, lewat lagu 'Tombo Ati' sudah ada setidaknya 5 cara agar tidak terpengaruh. 

Bolehkah 5 urutan nilai dalam tobo atu dibolak-balik? Menurut Simbah sendiri nilai di dalam lagu tombo ati bukan sebuah urutan, melainkan hamparan. Masing-masing manusia boleh mempunyai pengalaman untuk memaknai nilai mana yang akhirnya jadi lebih disukai. 

Misalnya, jika nilai nomer lima tentang dzikir wengi ingkang suwe menjadi nomer satu itu bukan menjadi suatu masalah asalkan hal itu baik terutama bagi dirinya sendiri. Jadi jelas urusannya disini bukan boleh atau gak boleh.

Kembali lagi ke kalimat thoyyibah, Cak Nun mengajak jamaah untuk mengangkat tangan ketika satu kalimat thoyyibah yang paling disukai disebutkan. Langsung saja menurut real count versi juri-juri diamping kanan kiri simbah, kata alhamdulillah ternyata menjadi kalimat yang paling disukai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun