Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Bless The Mess"

26 Januari 2019   12:02 Diperbarui: 26 Januari 2019   15:36 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini saya hanya ingin berpesan kepada seseorang yang gemar sekali berprasangka. Yang secara tidak langsung mendewakan pikirannya sendiri. Walaupun jika saya berkata demikian, mungkin statement tadi juga menjadi bagian dari saya pribadi. 

Saya pribadi cuek dengan berbagai prasangka. Toh, kalian hanya ngiro-iro tulisan ini sebagai sebuah hasil pemikiran saya. Disaat saya sendiri tidak pernah mengerti apa maksud dari kata-kata yang berserakan ini.

Kata-kata itu tak lebih bagai manusia-manusia istiqamah yang berada di Lapangan Danurojo, Jamus, Ngluwar, Magelang pada malam hari ini. Mereka sungguh berdatangan dengan segala perbedaan layaknya susunan huruf, bentuk dan pelafalannya. 

Tapi mereka semua berkumpul di sini, membersamai Cak Nun dan Kiai Kanjeng untuk bersama-sama merangkai kata menjadi sebuah kalimat agar menjadi sebuah makna. Dengan kertas tema "Urip iki Urup", kata-kata yang tervisualisasikan seperti para ibu-ibu bersama anak balitanya, adek-adek KIZANO(Kids Zaman Now), bapak beserta keluarganya, atau para jomblowan yang selalu mencari kesempatan untuk melempiaskan kesepiannya dalam ruang ini, dan banyak lagi kata-kata yang bermanifestasi menjadi manusia-manusia dengan berbagai macam variasi, yang tidak mungkin bisa dideskrepsikan secara rinci satu per satu. Ini adalah salah satu makna yang akan tersaji.

Untuk menghidupkan apa yang urip menjadi ngurupi, alam seakan memang memberi kode sendiri dengan apa yang tuan rumah jadikan tema pada malam ini. Inilah yang harusnya diperhatikan kepada semuanya, bahwasanya kita mesti selalu meminta izin kepada alam. 

Setidaknya menyapa, dengan cara yang bisa berbeda-beda. Khusus Ruh yang sangat pendiam ini tidak bisa 'hanya' dilihat dengan mata wadak saja, harus mengajak mata pikiran bahkan mata hati. Melalui tulisan ketidakjelasan selalu saya sisipkan salam dan sapa kepadanya. 

Mungkin terlihat tidak penting, tapi akan sangat terasa sekali perbedaannya jika kita sering menyapa alam. Apa salahnya kita menghormati Ruh yang lebih tua? Malam ini, alam sangat terlihat ingin bermesraan dan lebih intim dengan seluruh peserta maiyah. 

Buliran air yang dikirim langit mendekap kami, memberikan pesan tentang dingin. Dimana manusia sekarang terlalu congkak untuk lebih memesrai dingin, yang telah banyak mengenalkan manusia pada nyamannya kehangatan. Hingga banyak dari mereka sekarang berlari menuju kehangatan.

Acara yang diselenggarakan oleh Bapak Ipin ini memang menarik, serta sebagai sebuah wujud syukur atas kelahiran putranya Janatra Gibran. Dibuka oleh Kiai Kanjeng dengan Lagu 'Pambuko' yang dengan mistisnya selalu menghasilkan energi yang bikin merinding bagi para pendengarnya. 

Ditambah dengan hadirnya Ibu Novia yang mendampingi setelah cukup lama sudah absen menambah daya kemesraan pada malam hari itu. Apalagi dengan bumbo gombal mode Simbah,"Jika Mba Via memberi ilmu, maka aku akan memberi cinta." ungkap Simbah. Bahagia!

Di awal acara ini Simbah melontarkan pertanyaan kepada jamaah,"menurut kalian saya melakukan kegiatan seperti ini sampai acara ke 4040 di Ngluwar ini untuk apa?" Ketika Simbah melontarkan pertanyaan-pertanyaan seperti ini menjadi daya tarik tersendiri, khususnya saya. Karena jawaban-jawaban reflektif para jamaah yang terlontar tanpa mic menjadi indikasi sendiri sudah berapa lama mereka ikut sinau bareng. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun