Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Essai | Perjalanan

28 September 2018   10:41 Diperbarui: 28 September 2018   11:17 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita takut disangka kuper, gak gaul, atau takut dianggap salah oleh banyak orang. Kita sering melihat yang tampak oleh mata saja. Kita sering lupa oleh mata hati, dimana kita bisa lebih banyak melihat lebih luas lagi dimana lebih banyak orang-orang langit memandang.

Anggap saja semua hanyalah khayalan jika kalian tidak bisa memandangnya secara kasat mata. Disaat kita disuruh percaya kepada yang ghaib. Menatapnya dengan iman. Ketika anda akan dihadapkan dengan sesuatu yang berakibat kepada prasangka negatif yang akan tersemat di rupa anda, di saat orang lain sedang membutuhkan bantuanmu.

Sedang prasangka itu datang dari orang-orang disekitarmu, dan orang yang akan anda bantu sama sekali baru di kehidupanmu. Menyelamatkan prasangka diri anda atau yakin terus membantu dengan pengorbanan harga diri?

Sebegitu pentingkah harga diri anda dibandingkan dengan harga sebuah kehidupan? Ataukah ini salah satu cara Tuhan untuk menempeleng (menyadarkan) kita, bahwa kita sejatinya tidak punya harga diri. Bahwa kita itu fana, kosong. Semua itu hanyalah pertunjukan sandiwara yang selalu saja mereka coba untuk saling mengolok-olok satu sama lain. Saling berebut puncak tangga kebenaran.

Apalagi kalau anda mengira bahwa kalian ge-er akan mendapatkan kenikmatan surga, dengan pola hidup yang sekarang anda sedang nikmati sebagai sebuah pencapaian atas usaha anda. Padahal, belum datang sebuah ujian yang sama atau mungkin lebih berat dari para pendahulu kita.

"ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata,'kapankah datang pertolongan Allah?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat." (QS 2:214)

Sekarang kita hidup di zaman dimana musuh sama sekali tidak memperlihatkan diri. Zaman dimana orang-orang berlomba saling memunafikkan diri. Demi sebuah image. Demi sebuah kebenaran versinya sendiri/kelompoknya. Demi sebuah harga diri. Jelas tantangan zaman ini tidak perlu dibandingkan dibanding zaman para sahabat Rasul. Karena di tiap generasi memiliki kapasitasnya sendiri.

Di saat tantangan zaman sangat kompleks kamu masih bisa egois mencari kenikmatan demi ekisitensi ataupun harga diri? Berapa banyak kenikmatan yang telah kau dustakan hingga kau tega menumpuk, menghamburkan bondo-mu disaat kanan kirimu sedang menahan kelaparan? Kamu buta apa membutakan diri? Atau ini memang suatu kewarasan pikir zaman now?

"Tapi kan yang penting aku rajin sembahyang, zakat, bahkan puasa." (sambil mikir quote buat insta story)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun