Mohon tunggu...
tatyaekaputri
tatyaekaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Ekonomi Syariah Institut Pertanian Bogor

Mahasiswa yang menulis topik seputar Dunia Ekonomi Syariah

Selanjutnya

Tutup

Financial

Manajemen Risiko Berbasis Syariah : Strategi Bank Syariah Indonesia Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi

16 Maret 2025   21:06 Diperbarui: 16 Maret 2025   21:06 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : ai-generated

Setiap hari adalah kesempatan baru untuk dijalani, tetapi kehidupan juga dipenuhi dengan ketidakpastian. Kita menghadapi berbagai perubahan setiap harinya, termasuk dalam aspek ekonomi. Melemahnya nilai rupiah, kenaikan harga barang, dan berkurangnya daya beli masyarakat adalah beberapa tantangan yang harus kita hadapi. Dalam konteks ini, bank  sebagai penggerak utama roda perekonomian harus mempertimbangkan risiko-risiko yang muncul akibat ketidakpastian ekonomi yang terus berkembang.

Ketidakpastian ekonomi semakin meningkat setiap harinya. Ekonomi Indonesia tahun 2024 tumbuh sebesar 5,03 persen, melambat  dibanding capaian tahun 2023 yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,05 persen (c-to-c). Namun, walaupun terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, perbankan syariah Indonesia tetap mencatatkan kinerja positif pada tahun 2024 dengan jumlah aset Rp980,3 triliun. Bank Syariah Indonesia atau dikenal dengan BSI, sebagai salah satu bank syariah terbesar di Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 15,5% atau setara dengan Rp408,61 triliun. Dengan kondisi perekonomian yang melambat, Bank Syariah Indonesia tetap menunjukkan kinerja positif yang ditunjukkan dengan pertumbuhan aset. Lantas, bagaimana Bank Syariah Indonesia melakukan hal tersebut?


Keberhasilan Manajemen Risiko dan Aset dengan Prinsip Syariah

Manajemen risiko dalam keuangan syariah merujuk pada pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko yang mungkin dihadapi oleh lembaga keuangan syariah, sambil tetap mematuhi prinsip-prinsip syariah. Dalam sistem keuangan syariah, manajemen risiko berfokus pada penghindaran praktik riba (bunga), gharar (ketidakpastian berlebihan), dan maysir (spekulasi). Hal ini mendorong perbankan syariah untuk menggunakan model bagi hasil (profit-loss sharing) dalam transaksi yang dilakukan, di mana risiko tidak hanya ditanggung oleh pihak bank, tetapi juga dibagi dengan nasabah.

Dalam skema profit-loss sharing, terdapat beberapa akad yang diterapkan, di antaranya adalah mudharabah, yaitu akad bagi hasil, dan wakalah bil ujrah, yang merupakan pengelolaan dana berdasarkan fee-based service untuk menghindari fluktuasi bunga Di samping itu, untuk memastikan stabilitas keuangan, perbankan syariah juga memanfaatkan instrumen non-riba lainnya, seperti sukuk, yang berfungsi untuk menjaga likuiditas bank syariah. Sukuk digunakan untuk mendapatkan modal tanpa melibatkan unsur suku bunga dalam praktiknya. Berbagai instrumen lain juga dilibatkan dalam manajemen risiko dan aset perbankan syariah guna memitigasi risiko yang dapat dihadapi di masa depan.


Bagaimana BSI melakukan pertumbuhan aset di masa pertumbuhan ekonomi yang melambat?

Bank Syariah Indonesia (BSI) menerapkan berbagai strategi untuk menumbuhkan aset di tahun 2024, dengan fokus pada manajemen risiko dan diversifikasi aset. Salah satu langkah utama adalah alokasi 60% pembiayaan ke sektor riil, termasuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), agribisnis, serta energi terbarukan. Data dari OJK menunjukkan bahwa hingga akhir 2024, total aset BSI mencapai Rp 409 triliun, tumbuh 15,55% secara year-on-year. Strategi ini tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi lokal tetapi juga memperkuat posisi BSI di pasar perbankan nasional.

Dalam konteks manajemen risiko, BSI telah berhasil menjaga kualitas asetnya dengan mengurangi cost of credit dari 1,14% menjadi 0,83%, serta meningkatkan cash coverage hingga 155,01%. Hal ini mencerminkan efisiensi yang lebih baik dalam pengelolaan risiko kredit. Selain itu, BSI juga menerapkan inovasi teknologi seperti penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk memprediksi risiko kredit, yang membantu dalam pengambilan keputusan pembiayaan yang lebih tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun