Mohon tunggu...
tatien poenya
tatien poenya Mohon Tunggu... Guru - Penyuka alam, senja dan embun pagi

Penyuka alam, senja dan embun pagi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Semangat Pagi dengan Saling Peduli

18 Oktober 2023   07:08 Diperbarui: 18 Oktober 2023   07:28 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Apa yang kamu lakukan ketika terbangun di pagi hari? Setelah sebelumnya terlelap sebab aktivitas yang terasa sangat melelahkan.

Jika kamu terbangun teringat tumpukan pekerjaan yang memang belum terselesaikan, atau terbayang bagaimana macetnya perjalanan menuju tempat bekerja, atau hanya rutinitas harian yang sudah reflek saja kita lakukan, bangun, mandi, sarapan, berangkat bekerja. Lalu pulang, mandi, makan dan kembali beristirahat. Begitu juga ke esokan harinya kita melakukan rutinitas yang sama.

Ketika saya terbangun di pagi hari dengan rutinitas yang sama, rasa lelah dan bosan terkadang menghampiri. Teringat betapa egoisnya diri yang hanya memikirkan masalah pribadi, seakan kita orang yang paling menderita, paling merasa kesulitan dan berbagai persoalan hidup lainnya. Teringat ucapan para guru tentang satu hadis,

"Barang siapa yang bangun pagi tetapi dia tidak memikirkan kepentingan umat Islam maka dia bukan umatku ( umat Nabi Muhammad saw )." -- HR. Muslim".

Hidup bukan hanya melulu tentang 'aku, atau saya'. Ada hal lain yang memerlukan perhatian kita, empati kita. Paling tidak, ketika tangan kita tak sampai untuk membantu saudara kita di belahan bumi manapun, yang sedang kesulitan, yang sedang tertindas, dan terdzolimi paling tidak kita teringat untuk menengadahkan kedua tangan kita dan melantunkan bait-bait doa-doa kita untuk keselamatan mereka, untuk kemenangan mereka. Sekecil apapun peran kita untuk membantu mereka, paling tidak kita tau berada di pihak mana kita berada.

Teringat kisah burung pipit yang membawakan setetes air di paruhnya yang kecil, untuk membantu memadamkan api yang hendak membakar Nabi Ibrahim AS, akibat kedzoliman raja Nambrud. Ketika ditanya mengapa harus repot membawa setetes air yang sudah pasti tidak dapat memadamkan kobaran api, si burung kecil itu berkata, tetesan air yang dibawa mungkin tidak berarti, tapi Allah tidak menyukai jika ada yang hanya berdiam diri dan berpangku tangan melihat kedzoliman di depan matanya. Satu hal lagi, tetesan air yang di bawa di paruh kecilnya itu membuktikan keberpihakannya, ada di mana. 

Tetap semangat, Apapun resah yang kita rasakan, atau kesulitan yang sedang menghimpit kita, ingat kita tidak sendiri. Saling mendoakan dalam kebaikan, saling peduli, siapapun kita, di manapun kita berada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun