Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat
Penuh selaksa makna
Kla Project - Yogyakarta
*****
Aku menyusuri sepanjang jalan Malioboro dengan santai. Malioboro kini, sama seperti Malioboro ketika kutinggalkan tiga tahun lalu. Hanya saja, kali ini, karena dalam masa new normal, para wisatawan harus mematuhi protokol kesehatan.
Sekumpulan anak muda bergantian mengambil foto diselingi canda tawa dan tentu saja, memakai masker. Uniknya di sepanjang jalan Malioboro, aku mendapati tempat cuci tangan berbentuk gentong yang dibungkus dengan batik.
Jam yang melingkar di tangan kiriku menunjukkan pukul 19.20 WIB, masih banyak waktu untuk menikmati suasana di tempat wisata yang menjadi ikonik kota Yogyakarta.Â
Jalan yang membentang dari Tugu Yogyakarta ini dibangun pada abad ke-19 dan didesain sebagai kawasan pusat perekonomian dan pemerintahan.Â
Malioboro sudah terkenal sejak jaman kolonial dan menjadi daya tarik wisatawan karena merupakan pusat wisata kuliner dan belanja.
Beberapa kali tukang becak menawarkan jasanya kepadaku untuk mengantar berkeliling Yogya. Aku menolak dengan sopan tawaran mereka karena aku ingin menikmati setiap sudut kota Yogyakarta. Ya, kota yang begitu banyak menyimpan kenangan tentang sosok yang mengisi hatiku.Â
Tiap sudut yang kulalui, seakan menyapaku dengan ramah, mengingatkanku pada senyum manisnya.Â
Hai, gadis, apa kabarnya kini? Apakah dia masih menyimpan rapat namaku di sudut terdalam hatinya? Mengapa hingga kini dia enggan beranjak dari palung hatiku?