Mohon tunggu...
Tatiana Dayana
Tatiana Dayana Mohon Tunggu... Buruh - Makhluk Neverland

Aku bukan penikmat rindu, kopi, senja. Aku penikmat Kamu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hidup Manusia

25 Juni 2019   03:07 Diperbarui: 27 Juni 2019   01:01 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terima kasih segala kekecewaan yang merenggut kebahagiaan. Setelah berkawan dengan kesepian dan kesunyian. Setelah dipeluk erat kebimbangan, membuyarkan harapan dan dihantui bayang-bayang impian yang enggan digapai. Setelah dianggap hina dina sebagai manusia yang berada dikeputusasaan. Setelah tidak lagi bersandar pada kegelapan malam bersama sebotol minuman. Setelah beranjak dari fase yang begitu terpuruk, tanpa arah dan tujuan hidup. 

Memang, signifikan sekali fana ini melempar manusia ke lembah kekelaman. Memang, sungguh mati atas nama semesta ingin rasanya beranjak dari kehidupan. Memang, sumpah serapah seperti obat setelah koyaknya nubari. Terlena dipangku dan ditimang-timang kehampaan yang seolah memanjakan namun mematikan. Memang mematri kebencian untuk kenangan akan berujung penyesalan.

Bertarung melawan ego ditengah-tengah keramaian, adalah satu-satunya cara menyembuhkan kepedihan. Percayalah Tuan dan Puan, kemenangan akan menemui arah pulangnya jika perperang membawa pedang keberanian. Jika Tuan dan Puan percaya dengan senja yang menyajikan petang. Jika Tuan dan Puan percaya dengan malam yang selalu menyajikan gelap. Mengapa Tuan dan Puan selalu mengingkari jika pagi membuktikan terang dengan sinar matahari ? Mengapa Tuan dan Puan selalu mengingkari jika sehabis hujan akan datang pelangi ?

Hidup ini serba pilihan. Jika memilih menikmati senja niscaya akan datang petang. Jika memilih menikmati malam niscaya akan datang kegelapan. Jika memilih bangun pagi niscaya ada terang yang mencerahkan  hari. Wahai mahkluk bumi, bukankah salah memilih memang suatu kebodohan? Namun, bukankah lebih bodoh lagi jika terus-menerus bertahan pada kekecewaan? 

Hidup ini sebuah perjalanan. Pemandangan dikiri-kanan jalan cukup dinikmati. Menepilah jika lelah, tetapi jangan menetap cukup singgah. Berada dipersimpangan, berarti memilih arah. Jika tersesat, bukankah dapat mencari jalan pintas? Jalan tidak selalu mulus bahkan lurus. Ada tikungan, ada tanjakan, ada persimpangan. Sesekali juga ditemukan kebuntuan, tetapi bukankah dapat berbalik arah. Teruslah mencari arah jalan yang benar hingga sampai ke tujuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun