Sejak saat itu Gendis memakai alat bantu pendengaran, dan mengikuti terapi wicara agar kemampuan mendengar dan berbicaranya berkembang. Gendis juga dilatih oleh ibunya di rumah, dengan membuat sendiri berbagai macam media agar bisa berbicara dan memahami konsep kata-kata yang diucapkannya.
Perjuangan ini membuahkan hasil setelah 5 tahun, dan Gendis bisa sekolah di TKIT dan SDIT walaupun sebelumnya ada beberapa sekolah yang menolak dan menyarankan untuk disekolahkan di SLB.
Saat ini Gendis sudah duduk bangku SMP, terlihat normal seperti anak-anak lannya. Sudah pandai membaca dan bercerita, bisa mengaji dan sudah hafal Al-Qur'an juz ke-30 dengan cukup baik.
Ternyata seseorang yang mengalami keterbatasan dalam mendengar, bisa mengalami tumbuh kembang dengan baik karena mendapatkan bimbingan yang tepat sejak dini dari kedua orang tua dan keluarganya.
Berkat kasih sayang Ibu  dan keluarga yang selalu semangat membimbingnya, Gendis bisa tumbuh dan berkembang menjadi gadis yang normal sehingga tidak lagi mengalami dunia yang sunyi.
Wasana Kata
Membaca kisah-kisah yang ada di buku ini, saya merasa terharu. Ibu Nina bisa menyajikan cerpen dengan cerita yang mengalir, konflik-konflik yang disajikan sangat menarik dan alur ceritanya sangat hidup seperti yang benar-benar terjadi.
Bahasa yang digunakan dalam cerita mudah dipahami, bisa dibaca oleh semua kalangan baik remaja ataupun dewasa. Buku ini memiliki ketebalan 96 halaman, sehingga bisa selesai satu hari membacanya.
Hikmah yang terkandung dalam buku ini yaitu seorang wanita harus menjadi pribadi yang tangguh, sehingga bisa tabah menghadapi setiap ujian hidup yang datang. Selalu memiliki harapan dan jangan menyerah dengan keadaan, tetapi harus bisa bangkit kembali ketika mengalami keterpurukan.
Selamat untuk Ibu Nina atas lahirnya buku solo yang perdana ini, semoga bisa lahir kembali karya yang selanjutnya. Terima kasih telah membaca artikel ini, mudah-mudahan bermanfaat.
Cibadak, 18 Januari 2022
Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana