Mohon tunggu...
Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kekompakan dan Kebersamaan dengan Keluarga Besar

25 April 2021   05:06 Diperbarui: 25 April 2021   05:24 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika seseorang menikah, penyesuaian diri bukan hanya dilakukan dengan pasangan masing-masing tetapi juga dengan keluarga dari kedua pihak. Hal ini harus dilakukan, agar kita bisa diterima dengan baik oleh keluarga besar.  Walaupun awalnya akan terasa sulit, tetapi lama-kelamaan akan menjadi terbiasa. 

Saya berasal dari keluarga kecil hanya memiliki satu kakak dan satu adik sehingga tidak terbiasa dengan suasana yang ramai di rumah. Sedangkan suami merupakan anak bungsu dari delapan bersaudara. Kakak ipar yang tinggal di Cianjur ada tiga orang sedangkan yang lain tinggal di Serang, Tangerang Selatan, dan Kuningan.

Beberapa tahun sampai sebelum Pandemi COVID-19, kebiasaan di keluarga besar suami yaitu merayakan hari raya Idulfitri bersama di Cianjur. Semua kakak ipar akan datang bersama keluarganya, sebagian ada yang datang sebelum Idulfitri dan ada juga yang datang sehari setelahnya.

Saya dan suami biasanya berangkat dari Sukabumi ke Cianjur pada keesokan harinya. Pertama kali berkumpul dengan keluarga besar suami terus terang saya merasa kaget, karena di rumah terbiasa sepi. Berkumpul bersama di rumah dengan 30 orang yang terdiri dari kakak ipar bersama anak-anaknya bahkan ada yang sudah punya cucu, merupakan hal yang baru bagi saya.

Keluarga besar suami sangat kompak ketika berkumpul, walaupun tidak pernah ada pembagian tugas tetapi masing-masing bisa menempatkan diri. Ketika pagi-pagi, kakak ipar yang laki-laki ada yang bersih-bersih rumah dan ada yang mencuci baju. Sedangkan yang perempuan ada yang pergi belanja ke pasar dan sebagian ada yang memasak di dapur.

Momen makan bersama sangat seru, kami menggelar tikar di ruang tengah dan menikmati makanan secara bersama-sama. Setelah selesai, tanpa ada yang menyuruh ada yang membereskan bekas makanan dan ada yang langsung mencuci piring.

Bila bosan dengan makanan biasa, siangnya kami akan memasak nasi liwet dan membakar ikan nila. Yang bertugas untuk membakar ikan adalah suami dan kakak ipar yang laki-laki sedangkan yang memasak nasi liwet beserta pelengkapnya adalah kakak ipar yang perempuan dan saya ikut juga membantu.

Khusus untuk makan nasi liwet, disajikan mengunakan alas daun pisang dan makannya di teras rumah. Kegiatan makan bersama ini menambah rasa kebersamaan dan keakraban antar anggota keluarga.

Ziarah ke kuburan orang tua dan bershilaturahmi ke rumah tetangga ataupun saudara juga dilakukan bersama-sama. Sehingga oleh tetangga dan saudara, keluarga besar suami sering mendapat sebutan keluarga yang kompak.

Setelah beberapa hari menikmati momen berkumpul bersama, kami akan pulang ke rumah masing-masing. Pada saat datang ke Cianjur, setiap keluarga membawa oleh-oleh ciri khas daerah masing-masing. Tuan rumah yang bertugas mengaturnya, setiap keluarga akan mendapatkan oleh-oleh yang di bawa oleh keluarga yang lain dan dimasukan ke dalam dus. Kemudian dusnya akan diberi nama, supaya tidak ada yang membawa kembali oleh-oleh yang di bawanya dari rumahnya.

Walaupun mertua sudah meninggal tahun 2009, kami masih berkumpul bersama di Cianjur pada saat Idulfitri. Lokasinya berpindah ke rumah kakak ipar nomor tiga, tapi kebersamaan dan kekompakannya masih sama.

Hanya pada tahun 2016 sudah ada perubahan, kakak ipar yang rumahnya di Kuningan sudah meninggal dan suaminya setahun kemudian menikah lagi. sehingga pada tahun tersebut sampai tahun 2019 yang berkumpul hanya tujuh keluarga saja. Tetapi komunikasi dengan keluarga yang ada di Kuningan masih dilakukan, dan kami penah sekali berkunjung ke rumahnya tiga tahun yang lalu.

Pada saat itu kami melakukan kunjungan ke kampung halaman mertua di Cimahi Bandung dan Sumedang menemui paman atau bibi yang masih ada dan anak-anaknya. Kemudian dilanjutkan berkunjung ke Cirebon dan Kuningan. Berkunjung ke kampung halaman mertua kami lakukan setiap dua tahun sekali untuk menjaga shilaturahmi supaya anak dan cucu bisa kenal dengan saudara-saudara.

Karena adanya Pandemi COVID-19 untuk tahun kemarin dan tahun ini kami merayakan Idulfitri di rumah masing-masing, sehingga shilaturahmi hanya dilakukan secara online saja. Walaupun dua tahun ini kami tidak bisa berkumpul bersama, tetapi kekompakan masih bisa dilakukan dalam bentuk yang lain.

Bila ada keluarga ataupun kerabat lain yang menikahkan anaknya ataupun ada yang sakit dan meninggal, maka suami dan semua kakak ipar akan mengumpulkan dana sesuai dengan kemampuan masing-masing. Biasanya suami yang bertugas sebagai kolektor dan menghubungi kakak-kakaknya.

Pada saat keadaan normal, siapa saja yang memiliki waktu luang akan datang langsung mewakili pihak keluarga. Tetapi selama Pendemi ini maka dana yang terkumpul akan diberikan dengan cara ditransfer.

Ada juga salah satu kakak ipar yang sudah setahun terkena PHK, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan cara berjualan tetapi usahanya belum berkembang sampai hari ini. Suami, kakak ipar dan keponakan yang sudah bekerja setiap bulan selalu menyisihkan sedikit penghasilannya untuk membantunya.

Selama 16 tahun menikah, saya tidak pernah menemukan adanya sibling rivalry ataupun perselisihan antara suami dengan ketujuh kakaknya. Karena sudah terbiasa berbagi bersama dalam segala hal sejak kecil, sampai sekarang suami dan semua kakak kandungnya masih tetap kompak, saling membantu dan saling mendukung dalam keadaan apapun. Semua tidak terlepas dari peran kedua orang tua yang sudah mendidik anak-anaknya dengan baik. 

Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun