Sampai di sekolah pak guru Mudih terlambat tiba. Dua puluh lima menit dari yang seharusnya. Tergesa-gesa memarkir motor Supra X 125 keluaran 2005 miliknya. Hampir terguling, standar belum menancap tepat di tanah kering.
      Bukan hanya persoalan terlambat datang yang membuatnya tegang. Itu dia di sana, kepala sekolah berdiri tegak seorang diri di lapangan seperti tonggak. Pak Maman, kepala sekolah SMA Bahagia Selamanya, tanpa senyuman. Memandangnya tajam dengan diam-diam. Wajahnya tampak murka, ada amarah mau tumpah, seketika melihat pak guru Mudih terlambat tiba.
      Setengah berlari, pak Mudih segera menghampiri. Menyalami pak kepala sekolah yang mengerenyitkan dahi. Ah, beliau tak akan peduli betapa macet di jalanan tadi.
Dengan bergegas, ia masuk kelas.
     Akan tetapi, aneh sekali! Reaksi anak-anak pagi ini: semuanya terdiam sunyi. Mereka terkesiap. Darah mereka seolah terhisap oleh makhluk asing yang tiba-tiba hinggap.
     Apa sarapan mereka? Atau salah minum obat? Pikir pak Mudih, sedikit merasa geli.
      Kemudian ia tak mau peduli. Duduk di kursi. Mengambil buku presensi. Mengecek kehadiran dengan memanggil nama siswa-siswi, penuh semangat pagi.
      Sungguh mengherankan! Setiap anak yang dipanggil namanya, menjawab "hadir!" dengan diakhiri senyuman. Beberapa diakhiri dengan tawa tertahan. Seperti ada pada diri pak guru Mudih itu sesuatu yang menggelikan. Ia menggeleng-geleng kepala keheranan.
      Pak guru Mudih mulai bicara. Dimulai dengan menyapa kabar murid-muridnya. Mengingatkan materi pelajaran sebelumnya, dengan bertanya. Selanjutnya menyampaikan materi hari ini sesuai rencana. Kemudian tujuan belajar dan manfaatnya. Lalu rencana kegiatan sesuai model belajarnya.
      Hanya saja, sambil ia berbicara, anak-anak mulai menertawakannya. Cekakak di sana. Cekikik di sini. Suara huhuhu di situ. Senyam-senyum malu-malu.