Bahasa bersifat dinamis. Sifat bahasa yang dinamis merujuk pada kemampuan bahasa untuk terus berubah, berkembang, dan beradaptasi seiring waktu. Sifat ini menggambarkan bahwa bahasa tidak diam dan statis, melainkan selalu bergerak dan berevolusi seiring perubahan sosial, budaya, teknologi, dan konteks komunikasi (https://lmsspada.kemdikbud.go.id/mod/page/view.php?id=113467#:~).
Salah satu kosakata yang saat ini muncul dalam bahasa media sosial adalah ngadi-ngadi. Kata ini memiliki makna mengada-ngada atau membayangkan suatu hal yang belum terjadi. Kata ini memiliki arti yang luas sesuai situasinya, ngadi-ngadi bisa juga diartikan banyak tingkah, kebanyakan gaya, ngelunjak (https://efyei.com/arti-ngadi-ngadi/).
Berdasarkan referensi di atas, ngadi-ngadi dibentuk dari kata mengada-ngada. Pertanyaannya, benarkah bentuk kata mengada-ngada? Apakah kata tersebut masuk dalam KBBI VI Daring?
Bila kita membuka KBBI VI Daring, terdapat penjelasan sebagai berikut,
- mengada-ada: berkata (meminta, berpikir) yang bukan-bukan; membuat-buat; melebih-lebihkan; mempersangat; membohong; membual; menyusahkan (karena selalu meminta dan sebagainya yang bukan-bukan)
- mengada-ngada: entri tidak ditemukan.
- ngadi-ngadi: entri tidak ditemukan
Dari tiga bentuk kata yang ada, mengada-ngada, mengada-ada, dan ngadi-ngadi, bentuk yang dibakukan dalam KBBI VI Daring adalah mengada-ada.
Bila kita cermati kata dasar mengada adalah ada. Kata kedua yang diulang adalah kata dasar. Hal yang sama kita dapatkan dalam kata mengolok-olok. Kata dasar mengolok adalah olok. Jadi bentuk yang benar adalah mengolok-olok, bukan mengolok-ngolok.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk yang dibakukan adalah mengada-ada, bukan mengada-ngada.
Referensi
KBBI VI Daring
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI