Meskipun DOTS meningkatkan keberhasilan pengobatan, tantangan baru muncul: kasus putus obat yang memicu Multidrug-resistant (MDR) TB. MDR-TB resisten terhadap obat lini pertama seperti isoniazid dan rifampisin, membuat pengobatan menjadi lebih sulit, mahal, dan berisiko gagal. Untuk mengatasi ini, WHO meluncurkan strategi DOTS-Plus, yang diterapkan Indonesia sekitar tahun 2000-an. Pada tahun 2015, WHO meluncurkan program “END TB Strategy” dengan target menurunkan angka kematian TBC sebesar 90% pada 2030 dan eliminasi total pada 2050. Menyesuaikan strategi global ini, Indonesia membuat program Gerakan TOSS TB (Temukan TB, Obati Sampai Sembuh) yang berfokus pada penemuan kasus aktif, pengobatan hingga sembuh, pengendalian pada kelompok kusus, peningkatan akses layanan serta pencatatan digital.
Demikianlah perjalanan panjang penyakit tuberkulosis yang telah ada sejak zaman kuno dan masih terus diperjuangkan hingga saat ini dengan target untuk berkahir pada tahun 2050.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI