Mohon tunggu...
Tasya Hervani
Tasya Hervani Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Setitik Tinta Sejuta Cerita, Selamat Membaca!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jenis dan Penyebab dari Inflasi

17 Januari 2024   08:44 Diperbarui: 17 Januari 2024   08:49 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Domestik inflation Yaitu Inflasi yang bersumber dari dalam negeri. Misalnya, Permintaan meningkat untuk barang tertentu, maka terjadi demand full inflation yang berasal dari dalam negeri.atau terjadi kenaikkan harga produksi yang diimpor, maka terjadi cost push inflation yang bersumber dari luar negeri atau impor cost push inflation.

Foreign atau imortet inflation Yaitu inflasi yang bersumber dari luar negeri. Misalnya, terjadi lonjakan ekspor secara terus menerus, maka terjadi demand Full inflation yang berasal dari luar negeri atau terjadi kenaikkan harga, factor produksi yang diimpor, maka terjadi cost push inflation yang bersumber dari luar negeri atau importet cost push inflation

INFLASI MENURUT SEBABNYA

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Yakni indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Secara umum, ada beberapa faktor penyebab terjadinya inflasi, antara lain:[1]

Meningkatnya jumlah permintaan atau demand pada suatu jenis barang tertentu. Saat permintaan naik, namun stok atau suplai terbatas, pasti akan terjadi lonjakan harga.

Biaya produksi sebuah barang atau jasa mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan harga bahan baku maupun upah pekerja. Dari situlah, produsen akan mengambil tindakan mengerek harga jual barang atau jasa.


Saat jumlah uang yang beredar di masyarakat cukup tinggi. Ketika jumlah uang yang ada di masyarakat meningkat hingga dua kali lipat, harga barang pun akan mengalami peningkatan yang setara. Hal ini disebabkan karena kenaikan daya beli masyarakat, tetapi stok barang tetap statis.

Secara umum, berdasarkan penyebabnya inflasi terbagi ke dalam 3 macam, yakni:

  • tarikan permintaan (demand-pull inflation). Inflasi ini timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian.
  • dorongan biaya (cosh-push inflation). Inflasi ini timbul karena adanya depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.
  • ekspektasi inflasi. Inflasi ini dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan dan penentuan upah minimum regional.

Salah satu peristiwa moneter yang hampir dijumpai di seluruh negara di dunia adalah inflasi. Perkembangan inflasi di Indonesia sangat flutuaktif. Hal ini dapat terlihat dari kinerja pemerintah dan Bank Indonesia yang berusaha menjaga kestabilan inflasi. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif pada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. [2]

Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau mengakibatkan kenaikan, sebagian besar dari harga barang-barang lain. Inflasi merupakan kenaikan harga-harga umum secara berkelanjutan, yang merupakan salah satu variabel ekonomi makro penting, karena mempengaruhi kesejahteraan penduduk suatu negara. Inflasi yang tinggi mengimplikasikan penurunan daya beli, sehingga kemampuan masyarakat untuk menikmati barang dan jasa semakin berkurang, dengan kata lain kesejahteraan berkurang. Sehubungan dengan itu, para pembuat kebijakan di negara-negara seluruh dunia berusaha sebisa mungkin mengendalikan inflasi.

Secara empirik, pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari krisis tahun 1997-1998 yang mengakibatkan terganggunya sektor riil. Krisis ini diawali dari krisis di sektor moneter (depresiasi nilai tukar rupiah dengan dolar) yang kemudian merambat kepada semua sektor tanpa terkecuali[3]. Tingkat Inflasi ketika itu sebesar 77,60% yang diikuti pertumbuhan ekonomi minus 13,20%. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun