Perdagangan manusia merupakan salah satu bentuk kejahatan transnasional yang terus meningkat secara global. China menjadi salah satu negara dengan tingkat perdagangan manusia yang tinggi, baik sebagai negara asal, transit, maupun tujuan. Berdasarkan laporan U.S. Department of State (2024), China dikategorikan sebagai negara dengan tingkat perdagangan manusia yang mengkhawatirkan. Perdagangan manusia di China tidak hanya melibatkan eksploitasi tenaga kerja dan perdagangan seks, tetapi juga mencakup praktik seperti perbudakan modern dan eksploitasi anak. Dalam konteks ini, perdagangan manusia menjadi isu keamanan non-tradisional yang berdampak besar terhadap keamanan manusia (human security).
Perdagangan manusia di China memiliki dinamika yang kompleks. Fenomena ini melibatkan berbagai aktor, baik individu, kelompok kriminal, maupun jaringan internasional. Europol (2024) melaporkan bahwa jaringan perdagangan manusia asal China telah beroperasi di berbagai negara, termasuk Spanyol dan Kroasia, dengan modus operandi yang semakin canggih. Bentuk perdagangan manusia yang umum di China meliputi perdagangan perempuan untuk eksploitasi seksual, perdagangan anak untuk adopsi ilegal, serta eksploitasi tenaga kerja yang sering kali melibatkan pekerja migran ilegal.
Beberapa faktor utama menyebabkan tingginya angka perdagangan manusia di China:
-
Ketimpangan Sosial dan Ekonomi: Kesenjangan ekonomi antara daerah perkotaan dan pedesaan menciptakan kerentanan bagi individu yang ingin mencari kehidupan yang lebih baik.
Kebijakan Kependudukan: Kebijakan satu anak yang pernah diterapkan di China menyebabkan ketidakseimbangan gender, yang pada akhirnya meningkatkan permintaan terhadap perdagangan perempuan untuk pernikahan paksa.
Korupsi dan Kelemahan Hukum: Meskipun pemerintah China telah meningkatkan upaya penegakan hukum, masih terdapat celah hukum dan praktik korupsi yang memungkinkan perdagangan manusia tetap berlangsung.
Globalisasi dan Mobilitas Penduduk: Perdagangan manusia semakin meningkat seiring dengan kemudahan perpindahan penduduk yang memungkinkan jaringan kriminal beroperasi lintas negara.
Perdagangan manusia di China tidak hanya terjadi dalam lingkup domestik, tetapi juga melibatkan jaringan kriminal internasional. Europol (2024) melaporkan adanya sindikat perdagangan manusia yang berbasis di China dan beroperasi di berbagai negara Eropa. Kelompok-kelompok ini menggunakan berbagai metode, seperti pemalsuan dokumen, pemerasan, dan perdagangan melalui jalur ilegal. Perdagangan manusia sering kali dikaitkan dengan bentuk kejahatan lain, seperti penyelundupan narkotika dan pencucian uang, yang semakin memperumit upaya pemberantasan kejahatan ini
Keamanan nontradisional mencakup isu-isu yang tidak berkaitan langsung dengan ancaman militer, tetapi memiliki dampak signifikan terhadap stabilitas suatu negara. Perdagangan manusia di China dapat dikategorikan sebagai ancaman keamanan nontradisional karena merugikan individu dan masyarakat secara luas. Dalam konteks ini, konsep human security menjadi relevan dalam memahami dampak perdagangan manusia.
Human security berfokus pada perlindungan individu dari ancaman yang dapat membahayakan kehidupan dan kesejahteraan mereka. Konsep ini mencakup berbagai aspek, seperti keamanan ekonomi, pangan, kesehatan, lingkungan, dan hak asasi manusia. Dalam konteks perdagangan manusia di China, human security terancam dalam berbagai aspek: