Mohon tunggu...
Sarung ireng
Sarung ireng Mohon Tunggu... Penulis - Riil

🏰Pp. Al-amien Ngasinan Kediri IAIN KEDIRI, jurusan Hukum Keluarga Islam "Jika kau mengatakan wanita itu lemah maka aku mengatakan wanita adalah Raja bukan Ratu"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lahirnya Nabi Mengangkat Derajat Wanita

14 Februari 2019   10:11 Diperbarui: 14 Februari 2019   10:46 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Wanita hakikatnya merupakan seorang yang mulia. Bahkan juga bisa disebut sebagai panjere dunyo atau dalam bahasa indonesia berarti intinya dunia. Dalam dunia ini jika wanita tak berperan mungkin tidak akan ada keindahan, perubahan dan eksistensi dalam dunia. Tanpa seorang wanita mungkin dunia ini tidak akan berjalan seerti semestinya, tanpa wanita laki-laki juga tidak akan mempunyai sifat sabar dan romantis mungkin hee...hee.. 

Berbicara mengenai wanita, ada suatu cerita pada zaman khalifah umar bin khatab r.a. Ada seorang kepala suku yang tampan juga panglima perang yang gagah dan kaya tapi mempunyai seorang istri yang cerewet. Dalam hatinya berbicara "kurang apa diriku, sudah tampan, kaya, seorang kepala suku tapi istriku masih saja cerewet terhadapku, rasanya ingin aku menukar tambah". 

Seketika itu Abu Dzar ingat dengan seorang yang juga kuat gagah berani tidak pernah kalah dalam berperang yaitu Khalifah Umar bin Khatab. Abu Dzar berfikir pasti dia bisa mengatasi bagaimana caranya menaklukan seorang wanita yang cerewet. Karena kuatnya itu yang menyebabkan Abu Dzar ingin curhat kepada Umar bin khatab dan kemudian dia sowan pergi kerumahnya. 

Na'asnya belum sampai masuk rumah atau didepan pintu Abu Dzar mendengar seorang wanita ngomel-ngomel dan ternyata yang diomeli adalah Umar bin Khatab. Sang Khalifah pun tetap terdiam ketika diomeli, ketika selesai kemudian Umar membuka pintu  dan ternyata ada Abu Dzar didepan pintu. Kemudian ditanyalah oleh Khalifah Umar" ada apa gerangan sehingga menjadikan kang Abu bertamu kesini? . 

Jawab Abu Dzar dengan malu" gak jadi wahai Amirul Mu'minin, sebenarnya saya kesini tadi hendak curhat kepada engkau wahai amirul.Tapi ketika sampai dirumahmu aku mendengar engkau juga lagi di omeli oleh istrimu dan engkau hanya terdiam". Pada waktu itu umar pun mnjawab "oh iya aku tidak pernah membantak dan aku pasti terdiam. Karena kemarahan istriku tak sebanding dengan kasih sayangnya padaku, keluargaku, dan anak-anakku". Khalifah yang terkenal tegas kuat saja masih meninggikan derajat dan diam ketika dihadapan wanita. Terus bagaimana dengan kita yang tak mempunyai preatasi apa-apa?

 Memang tidak logis kan? Kalau masih kurang penjelasan saya ibaratkan saja wanita seperti ibu ayam yang kalau dalam bahasa jawa disebut ayam babon. Tugas seekor ayam  babon ini berat ketika bertelur apa lagi sudah sampai masa mengerami. Stiap harinya puasa, sedikit makan dan lebih mementingkan untuk mengerami telurnya (bertapa) sampai meneta. 

Bayangkan saja jika ayam ini gila gak mau mengerami telurnya, suka bermain dengan ayam jago. Mungkinkah telurnya akan menetas?  Kan tidak, ya jadi sebuah sistem pendidikan ayam pun juga ada yang patut kita contoh. Bukankah juga Allah menciptakan semua yang ada dijagad raya ada fungsinya semua ya.

Oke, setelah kita bercerita sekarang kita pergi pada zaman dahulu dimana di negara Arab wanita itu tidak ada harganya bahkan  bisa diwariskan. Pada saat itu wanita terdiskriminsi karena dulunya bangsa arab sering berperang dan yang dibutuhkan dalam berperang adalah seorang laki-laki bukan wanita. Maka dari itu dulu peran seorang wanita hanya disia-siakan. Juga ada ketika lahir seorang bayi wanita maka akan dikubur hidup-hidup. Ada juga yang mengatakang bahwa harga wanita lebih murah dibanding segenggam pasir. 

Dengan datang dan dilahirkanya baginda Nabi Muhammad Saw juga membawa cahaya pada kaum wanita. Sehingga kedudukan kaum wanita menjadi sentral. Jika paham   yaitu Islam dimanapun harus menciptakan keamanan dan ketentraman dan rosulullah membuat variabel dengan menyatakan   yang bahwasanya variabelnya wanita dalam negara sebagai tiang, maka wajib hukumnya mendidik perempuan. 

Sebab nasibnya bangsa dan negara ada wanita. Adanya seorang pemimpin, adanya seorang laki-laki itu asalnya dari wanita. Jika wanita tidak mau menggunakan hak dan menjalankan kewajibanya untuk melahirkan anak apa yang bisa dilakukan seorang laki-laki. Baik buruknya manusia itu tergantung seorang wanita. Seperti alasan Khalifah Umar ktika ditanyai mengapa terdiam dihadapan istri padahal dihadapan 10 singa Umar mampu mengalahkanya sendirian. 

Mengapa umar hanya terdiam disaat istrinya mengomeli dirinya? Apa karena takut? Oh ternyata tidak. Karena Khalifah Umar benar-benar sadar bahwasanya nasibnya anak-anak nanti tergantung istrinya. Bahkan ktika seorang wanita ini menyusui anaknya jika dalam keadaan hatinya sakit maka air susu yang terkandung didalamnya akan panas seperti santan yang mblondo. Dan kelak besarnya anak nanti menjadi anak yang kurang cerdas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun