Mohon tunggu...
Taslim Buldani
Taslim Buldani Mohon Tunggu... Administrasi - Pustakawan di Hiswara Bunjamin Tandjung

Riang Gembira Penuh Suka Cita

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengenal BI sebagai Penjaga Stabilitas Sistem Keuangan

25 Juni 2019   23:28 Diperbarui: 26 Juni 2019   00:10 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 1998 Indonesia pernah terjerumus dalam kubangan krisis ekonomi hebat. Tidak hanya meluluhlantakkan pondasi perekonomian nasional, krisis melebar menjadi krisis sosial dan politik. 

Krisis sebenarnya bermulai dari Thailand. Kegagalan pemerintah Thailand dalam menstabilakn gejolak nilai tukar Baht terhadap dollar Amerika Serikat menjadi cikal bakal terjadinya krisis di negara Asia lain. 

Investor yang semula menaruh harapan besar terhadap pertumbuhan ekonomi Asia, menarik uang dan menjual asetnya yang berada di kawasan Asia termasuk Indonesia.

Nilai 1 USD yang pada 1997 berada pada kisaran Rp2.000 melonjak hingga menembus angka Rp16.000 pada Juni 1998. Akibatnya, banyak perusahaan yang memiliki utang luar negeri bertenor pendek yang tidak dilindungi gejolak nilai tukar mengalami kerugian dan bangkrut. PHK pun tak terelakan.

Banyak bank yang ditutup pemerintah karena dinilai tidak sehat. Antrian masyarakat yang mengular untuk menarik uang di mesin ATM atau kantor bank yang masih beroperasi menjadi pemandangan sehari-hari. Industri perbankan hancur lebur dibuatnya.

Seolah tak mau ketinggalan, harga kebutuhan pokok turut melonjak tajam. Naiknya harga barang dan jasa terekam dalam catatan tingkat inflasi yang naik tajam hingga menyentuh angka 77.60% (1998). Tahun 1997 angka inflasi tercatat hanya 11.10%.

Kerusuhan dan penjarahan terjadi di Jakarta dan sekitarnya yang mengakibatkan kerugian harta benda dan jiwa. Puncaknya Presiden Soeharto terpaksa lengser dari jabatanya setelah berkuasa selama 32 tahun.

Kenapa dan Bagaimana Krisis Bisa Terjadi?

Krisis antara lain disebabkan oleh adanya risiko sistemik. Risiko sistemik yang terjadi di satu negara bisa menjalar ke negara lain. Kegagalan suatu bank bisa berimbas ke bank lain.

Secara teori terjadinya risiko sistemik disebabkan oleh bertemunya Shock (gangguan) dan Vulnerability (kerentanan).

Dalam krisis moneter 1998, yang menjadi shock atau gangguan adalah peningkatan volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan kaburnya investor asing. Sedangkan Vulnerability atau kerentanannya adalah dalam bentuk tingginya jumlah utang luar negeri korporasi bertenor pendek yang tidak dilindungi gejolak nilai tukar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun