Mohon tunggu...
Taslim Buldani
Taslim Buldani Mohon Tunggu... Administrasi - Pustakawan di Hiswara Bunjamin Tandjung

Riang Gembira Penuh Suka Cita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Bayi Icha, Petugas Transjakarta dan Dewi Persik

12 Desember 2017   17:28 Diperbarui: 12 Desember 2017   18:50 1484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Talk To My Hand (dokpri)

Nama bayi itu Icha Selfia. Umurnya akan genap 7 bulan pada tanggal 21 Desember nanti. Tapi harapan orang tuanya untuk melihat Icha tumbuh besar sekarang sudah musnah. Icha meninggal Ahad lalu karena sakit muntah dan berak (muntaber) yang dideritanya.

Sejatinya kematian adalah hal biasa, tapi tidak dengan kematian Icha. Jumat malam, dua hari sebelum meninggal, Icha terlihat sakit. Orang tuanya membawa Icha ke tukang urut di dekat rumah. Melihat kondisi bayi, tukang urut menyarankan orang tua Icha, Emiti, membawa bayinya tersebut ke puskesmas. 

Keesokan harinya, Emiti membawa Icha ke Puskesmas Sidamulya Desa Wanasari, Berebes. Perjalanan sejauh 1.5 km ditempuhnya dengan berjalan kaki. Tapi sesampai di puskesmas petugas tidak melayaninya sama sekali. Sebabnya, Emiti tak mengantongi Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk Icha. Dia hanya membawa KTP dan kartu Jamkesmas miliknya.

Tidak menyerah, Emiti membawa Icha ke bidan di dekat rumahnya. Sayang bidan tersebut sedang tidak ada. Emiti pun pulang membawa Icha dengan hanya menggenggam obat warung di tangan.

Sabtu pun berganti Minggu. Jam mununjukkan pukul 10.00 pagi. Kabar duka yang tak diharpkan itu pada akhirnya datang. Icha Selfia, anaknya Emiti yang tinggal di Desa Sidamulya, Kecamatan Wanasari, Berebes, dinyatakan telah meninggal dunia akibat sakit muntaber yang dideritanya.

***

Sekarang kita ke Jakarta. Kota yang mulai bangga dengan TransJakarta (TJ)-nya. 

Beberapa hari lalu dunia maya dihebohkan oleh video Dewi Persik (DP) dan suaminya yang berselisih dengan Petugas TJ. Pasalnya mobil yang dikendarai DP menerobos jalur khusus bus TJ yang memang wajib steril dari kendaraan lain.

DP berdalih, dia menerobos jalur TJ bukan tanpa alasan. Salah satu penumpang dimobilnyanya mengalami sesak nafas. Asmanya kambuh, katanya. Si Sakit harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. DP pun menganggap wajar menerobos jalur TJ dengan alasan darurat.

Tapi petugas TJ bergeming. Dia tetap tidak mengizinkan mobil DP masuk jalur busway. Terlebih perilaku yang ditunjukan oleh suami DP dinilai arogan.

Polemik pun semakin hari semakin panas. Pihak TJ dan DP masing-masing merasa benar. Berikut adalah beberapa judul berita online untuk menggambarkan panasnya polemik diantara mereka:

Dewi Perssik Terobos "Busway", Dirut Transjakarta: Petugas Saya Laksanakan Tugas dengan Baik (27/11/2017)

Kadishub DKI: Kalau Dewi Perssik di Ambulans, Boleh Lewat Busway (26/11/2017)

Petugas Transjakarta Laporkan Dewi Perssik ke Polisi (4/12/2017)

Suami Dewi Perssik Adukan Petugas TransJakarta ke Polisi (5/12/2017)

Polisi Tantang Dewi Perssik Jujur Akui Siapa Pengawalnya (6/12/2017)

Terobos Busway, Polisi Akhirnya Akui Kawal Dewi Perssik (7/12/2017)

Saya tentunya tidak ingin terjebak pada polemik dan berhasrat untuk memilih pihak. Saya hanya fokus pada Si Sakit yang haknya untuk mendapatkan pertolongan secara segera jadi terabaikan. 

Saya sebagai penderita asma tahu betul bagaimana rasanya tersiksa karena asma. Sakit ini jelas bukan sakit ringan seperti sakit flu biasa. Bahkan sebagian penderita asma ada yang menemui ajal karena bernasib "sial" (tidak lekas tertolong).

Dalam hal ini apa yang dilakukan oleh petugas TJ, yang kemudian dibela oleh Dirut Transjakarta, dan Kadishub DKI menurut saya sama saja seperti petugas Puskesmas Sidamulya. Mereka bergeming pada aturan yang ada bahwa selain bus Transjakarta, ambulan, mobil pemadam, dan pejabat berpelat RI tidak layak masuk jalur TransJakarta. Mereka seolah menutup mata dengan adanya kemungkinan bahwa orang sakit juga bisa saja dibawa dengan angkot, mobil pribadi, motor, atau bajaj sekalipun. 

Kekakuan sikap seperti yang ditunjukan oleh petugas TJ, Dirut Transjakarta, dan Kadishub DKI adalah sama dan sebangun dengan kekakuan petugas Puskesmas Sidamulya. Kekakuan sikap yang membuat nyawa Icha Selfia melayang!

***

Petugas Puskesmas Sidamulya dan petugas TJ sejatinya adalah ujung tombak pelayanan publik. Mereka sepantasnya diberikan pemahaman dan pelatihan yang memadai bagaimana memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Mereka sepantasnya dididik untuk "pintar" membaca situasi dan berani mengambil diskresi.

Kunci pelayanan kepada masyarakat ada pada bagaimana menjalin komunikasi. Sekiranya petugas TJ mendatangi mobil DP dan memberikan penjelasan dengan baik, mungkin feedback atau pesan yang diterima menjadi lebih baik pula. Kesetaraan persepsi tentu akan mudah terlaksana. Sehingga proses komunikasi dipastikan tidak harus saling gontok-gontokan.

Dewi Perssik dan suaminya dalam hal ini saya anggap juga tidak bijaksana. Menghadapi keadaan darurat seharusnya lebih mengedapkan akal sehat. Caci-maki seperti yang diakui petugas TJ seharusnya haram untuk dilakukan. Terbukti, Si Sakit juga akhirnya yang dirugikan.

Jadi, bagi masyarakat yang menghadapi situasi darurat seperti membawa orang sakit atau kecelakaan, jika tidak menggunakan ambulan, hendaknya sebisa mungkin meminta bantuan pengawalan dari kepolisian (tasbul). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun