Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kepala Daerah Tak Gunakan Otak dan Hati terhadap Kehidupan Masyarakatnya

21 Juli 2021   12:10 Diperbarui: 21 Juli 2021   12:22 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh : Tarmidinsyah Abubakar

Tulisan ini sengaja disampaikan pada hari raya Idul Adha sekaligus  meminta maaf kepada seluruh rakyat minimal masyarakat di daerah masing-masing. Karena kita yang berprofesi sebagai politisi belum bisa mengubah apapun untuk rakyat meskipun kita tidak pernah mengambil peran jabatan untuk itu. Tetap saja kita bersalah dan malu karena kita adalah orang-orang yang gagal dalam pekerjaan sebagai politisi. 

Begitu seharusnya kata hati terdalam seseorang yang bergelut dalam dunia politik dan kepemimpunan rakyat dalam bernegara yang tidak kunjung sejahtera sebagaimana tujuan keberadaan negara. Demikian pula maaf berikutnya kita minta kepada pribadi-pribadi Kepala Daerah,  karena penulis mengkritisi peran dan fungsi lembaga tersebut dalam pembangunan masyarakat selama ini.

Setelah kita pelajari dan merasakan hidup dalam dunia politik kita semakin merasa bahwa begitu banyak teman-teman kita pada akhirnya tidak menemui jalan yang baik untuk hidupnya baik dalam kesejahteraannya maupun dalam ketenangan dan kebahagiaanya. Sebahagian besar mereka hanya mengumpulkan uang untuk hidup dimasa paripurna jabatannya atau bisa jadi untuk masa tuanya. Kesimpulannya tidak ada yang menanggung beban dalam membangun masa depan rakyat dalam hidupnya.

Carut marut dunia politik dalam negara sebenarnya bukan karena para politisi jahat terhadap rakyat,  mengkhianati rakyat, menurut penulis para politisi juga pemimpin daerah tidak memahami membangun rakyat itu seperti apa. Meski banyak jabatan yang disandangnya, anggota DPR,  Bupati, Gubernur dan sebagainya namun sesungguhnya mereka hanya sekedar mencari pekerjaan dan jabatan tersebut tidak ubahnya sebagai direktur pabrik kerupuk cengek dalam dunia industri yang hanya berguna untuk rakyat daerah dan melalaikan mereka dengan sebatas kerupuk cengek tersebut.

Kenapa pabrik kerupuk? Ini yang kita lihat rata-rata prilaku dan kemampuan kepala daerah dalam membangun rakyat dan melihat kapasitas beban dan tanggung jawabnya terhadap rakyat. Apakah mereka pemimpin?  Non sen, mereka adalah pejabat meskipun mereka dipilih rakyat, namun karena sumber daya manusia rakyat belum mampu dalam bernegara sehingga mereka yang berjabatan menjadi TUAN tempat rakyat meminta kerupuk cengek.

Masa sih mereka tidak memahami pembangunan masyarakatnya?  Mari kita timpal dengan pertanyaan lain, bukankah kita juga pernah larut di jajah hampir empat abad oleh bangsa lain? Saat itu kakek dan nenek kita juga berangggapan bahwa mereka diberi jabatan dan gelar darah biru sebagai pemimpin rakyat dan merubah masa depan rakyat. Realitanya mereka larut dalam jajahan hingga hampir Empat Ratus Tahun dalam kebodohan suatu bangsa.

Apakah hari ini kita dijajah? Belum tentu tidak, tergantung dari posisi dan mentalitas presiden Republik Indonesia. Kalau presiden kita bodoh dan mentalitas inlanders ya pastilah bangsa ini dengan mudah dapat dijajah oleh bangsa lain baik dalam jalur kerjasama perdagangan dan jalur kerjasama politik.

Lalu kita lihat rakyat secara keseluruhan, sebenarnya seluruh rakyat Indonesia itu adalah rakyat daerah meskipun mereka berdomisili di DKI Jakarta yang Ibu Kota negara. Semua rakyat memiliki gubernur dan bupati serta Walikota masing-masing, karena itulah Rakyat Indonesia sesungguhnya masyarakat daerah yang kehidupan dalam pemerintahannya diatur oleh pemerintah daerah.

Karena itulah penulis menyebutnya kepala daerah tidak punya otak dan hati terhadap kehidupan masyarakatnya karena mereka sebahagian besar larut dalam mengadakan mobil mewah dan fasilitas mewah serta menghabiskan uang negara untuk kesenangan hidupnya, sementara rakyat hidup dalam kemelaratan dan menghadapi wabah penyakit corona.

Padahal jika saja mereka bermental pemimpin maka mereka seharusnya menseragamkan fasilitas daerah seperti mobil yang sederhana, jika perlu mereka cukup naik sepeda motor atau sepeda apalagi di daerah kota. Untuk apa kewibawaan mereka diperlihatkan dengan wibawa mobil mewah, rumah besar mewah yang berdampak pada pembodohan masyarakat dan hanya membangun kesenjangan dengan masyarakatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun