Mohon tunggu...
Taofik KHidayat
Taofik KHidayat Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Panen Jagung di Media, Bukan Ladang

28 November 2018   16:22 Diperbarui: 28 November 2018   16:24 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi panen jagung (credit: krjogja.com)

Sumber gambar

Masih ingat dengan lagu Koes Plus, yang liriknya "Tongkat Kayu dan Batu Jadi Tanaman"?

Walaupun tidak benar-benar mirip, tapi kondisi di Indonesia memang se-ajaib itu. Kali ini, keajaibannya terjadi di komoditas jagung.

Ada yang bilang, jagung di Indonesia, dipanen di media massa dan media sosial. Anggapan nyeleneh itu muncul dari mulut pengusaha pakan yang kebingungan dengan klaim Kementerian Pertanian (Kementan) bahwa produksi jagung di Indonesia tahun 2018 ini surplus hingga 12 juta ton.

Karena di lapangan, para pengusaha pakan ternak itu tidak bisa menemukan jagung sebanyak itu. Jagung langka. Harganya mahal. Malah Pemerintah  menuduh para pengusaha mengijon jagung petani, hingga peternak kesulitan memperoleh jagung untuk pakan. Belakangan, Pemerintah sendiri yang datang ke pengusaha, ingin meminjam stok jagung 10 ribu ton untuk dibagikan pada peternak rakyat yang sulit memperoleh jagung.

Pinjaman itu menunjukkan kenyataan bahwa Kementan tidak punya jagung seperti yang disebut-sebut surplus hingga belasan juta ton. Bahkan, impor jagung 100 ribu ton juga diperkirakan tidak akan menyelesaikan masalah tingginya harga jagung. Pasalnya, kebutuhan jagung dalam negeri, untuk pakan ternak, sekitar 800 ribu ton per bulan.

percakapan ayam (meme olahan pribadi)
percakapan ayam (meme olahan pribadi)
Habis bingung, terbit kerugian. Alasannya, 10 ribu ton stok jagung yang dipinjam dari pengusaha pakan, bisa membuat mereka menderita kerugian.

Sumber info (https://katadata.co.id)

Bagi pengusaha pakan, stok jagung adalah aset. Bila jagung itu dipinjam ketika harganya Rp 6000 per kg, dan dikembalikan ketika harganya Rp 4000 per kg, maka ada selisih Rp 2000. Bila dikalikan dengan total stok jagung yang dipinjam, yakni 10 ribu ton, total jenderal para pengusaha bisa rugi Rp 20 milyar karena selisih harga tadi.

Untungnya para pengusaha, sejauh ini, tidak menghitung untung-rugi. Mungkin mereka masih punya hati nurani. Terutama simpati untuk para peternak rakyat. Karena harga jagung yang mahal serta sulit didapat, harga pakan ternak ikut naik. Akibatnya, harga telur dan daging ayam pun meroket.

Akibatnya, saat ini peternak ayam petelur dan pedaging lebih banyak menggunakan gandum daripada jagung untuk bahan baku produksi. Padahal, dengan memakai jagung, pakan ternak tidak perlu ditambahkan zat adittif untuk bisa membuat kaki ayam terlihat kuning.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun