Mohon tunggu...
Tanto Wiji Nugroho
Tanto Wiji Nugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa - tukang ketik

senang berbagi hal random

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dihantam Pandemi, Apa Kabar Carica?

16 Oktober 2021   15:00 Diperbarui: 16 Oktober 2021   15:03 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketika kita pergi berlibur, tentunya membawa pulang oleh-oleh khas suatu daerah adalah suatu hal yang sudah seperti keharusan. Seperti halnya wilayah lainnya, Wonosobo memiliki oleh-oleh khasnya tersendiri, carica. 

Carica adalah buah endemis yang hanya dapat kita temukan di daerah Dieng saja. Industri pengolahan carica, terutama dalam bentuk manisan, sudah menjadi suatu barang khas yang tidak mungkin asing lagi bagi wisatawan.

Sayangnya, pandemi COVID-19 juga membawa dampak tersendiri bagi pengusaha. Akibat adanya penerapan PPKM berkelanjutan dan penutupan area wisata, membuat omset penjualan manisan carica juga ikut menurun. 

Ibu Fitri misalnya, salah satu pedang carica menuturkan, selama pandemi COVID-19, penjualan carica terasa sangat menurun dibandingkan hari-hari biasa. 

Wisatawan yang sebelumnya datang ke Wonosobo untuk menikmati waktu liburan pun jumlahnya menurun, sehingga permintaan carica sebagai buah tangan pun ikut merasakan dampaknya.

Selain permintaan dari wisatawan yang menurun, permintaan dari penduduk lokal pun berkurang jumlahnya. Masyarakat lebih mengetatkan anggaran belanjanya. Padahal, carica kaya akan vitamin C dan serat pangan yang sangat bagus bagi kesehatan dan mampu meningkatkan sistem imun tubuh. Lalu, langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk menghadapi keadaan ini?

Ada beberapa strategi pemasaran yang sudah dilakukan untuk mengantisipasi sepinya wisatawan. Pertama, dengan memanfaatkan penjualan secara online. 

Dengan adanya tren WFH (Work from Home) dan banyaknya warga Wonosobo yang menjadi tidak bisa pulang kampung, membuat mereka memanfaatkan jasa e-commerce untuk tetap merasakan nikmatnya manisan buah carica khas Wonosobo. 

Dari yang sebelumnya penjualan lebih banyak mengandalkan jalur offline, belanja online adalah solusi untuk mengatasinya.

Kedua, mengurangi jumlah produksi. Langkah ini perlu diambil karena mau tidak mau, produsen harus menelan pil pahit bahwa permintaan atas manisan carica juga ikut menurun. 

Tentu saja manisan carica mampu bertahan untuk waktu yang lama. Tetapi, demi mengantisipasi kemungkinan terburuk, maka satu-satunya jalan yang bisa dilakukan produsen adalah dengan mengurangi jumlah produksi untuk tetap menjaga kualitas.

Ketiga, dan yang paling penting adalah dengan selalu menjaga kualitas produk. Tidak ada seorangpun yang suka merasa dikecewakan, begitu juga peminat carica yang sudah pernah merasakan lezatnya sihir buah ini. 

Meskipun mereka tidak dapat pulang kampung, tetapi setidaknya manisan carica bisa dijadikan sebagai obat kangen terhadap kampung halaman. Penjualan carica kemasan plastik pun menjadi incaran tersendiri, demi memotong biaya pengiriman. 

Tetapi, walaupun carica dalam kemasan kaca merupakan suatu icon khas tersendiri, carica dalam kemasan plastik tentunya tidak mengurangi rasa dari produk itu sendiri.

Tentunya, dukungan dari pemerintah terkait sangat dibutuhkan oleh produsen dan penjual carica. Karena makanan khas Wonosobo ini, sudah turut serta dalam memajukan UMKM daerah dan menunjang perokonomian rakyat di masa yang sedang serba sulit ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun