Mohon tunggu...
Sayuti Melik S
Sayuti Melik S Mohon Tunggu... Buruh - Artes Liberalis

Membaca adalah melawan dan menulis adalah membunuh.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan dan Yang Tak Diharapkan

9 Juli 2022   14:46 Diperbarui: 9 Juli 2022   14:48 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan yang baik hanya akan dapat dinikmati oleh mereka yang mampu secara ekonomi. Sedangkan mereka yang lemah secara ekonomi akan makin sempit aksesnya terhadap pendidikan yang bermutu.

Masih dalam tokoh yang sama, pendidikan dan sekolah seharusnya menjadi alat dan tempat bagi anak untuk membebaskan diri dari belenggu kebodohan, juga dari belenggu penindasan. Pendidikan yang sangat kapitalistik sudah melenceng dari tujuan pendidikan kita yang sesungguhnya: Menciptakan homo yang beradab, cerdas, humanis, kritis, merdeka, susila, terampil, dll.

Pendidikan dalam hal ini, harus sejalan dengan konsepnya Tan Malaka, tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan. Jean Piaget, tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Juga yang digagas oleh John Amos Comenius yang menekankan bahwa anak merupakan karunia Tuhan kepada manusia yang karenanya, harus dirawat, dipelihara, dididik dengan baik. Semua anak dari semua tingkatan harus punya kesempatan yang sama dalam mendapatkan pendidikan.

Meskipun hakikat pendidikan merupakan hak sangat mendasar bagi manusia, namun praktik liberalisasi pendidikan hari ini menyulitkan pelajar untuk terus berpendidikan akibat sebuah sistem yang sengaja diciptakan untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dari sektor pendidikan, sehingga kata Mary Evans mengatakan, ada aspek korosif menjadikan mahasiswa sebagai pelanggan: melemahkan potensi universitas sebagai tempat menumbuhkan pemikiran.

Peter Fleming dalam bukunya Matinya Perguruan Tinggi mengatakan bahwa, ada relasi yang kuat antara neoliberalisasi pendidikan tinggi, ... Jika dulu akademisi pernah dianggap sebagai pekerjaan terbaik di dunia---yang khas dengan otonomi, keahlian, kepuasan kerja, dan panggilan hati---sekarang sangat sulit bagi kita untuk menemukan seorang dosen yang mempercayai anggapan itu.

Peter Fleming menyelami dunia yang sekarang terobsesi dengan metrik dan sangat hierarkis ini untuk menunjukkan rahasia tersembunyi dari perguruan tinggi neoliberal. Ia mengkaji komersialisasi, gangguan mental dan kecenderungan menyakiti diri sendiri, meningkatnya manajerialisme, mahasiswa yang menjadi konsumen dan penilai atas dosennya, dan individualisme kompetitif yang menunjukkan kilau gelap dari alienasi di perguruan tinggi.


Beranggapan bahwa kita sudah hampir kehabisan waktu untuk memperbaiki situasi yang ada, buku ini menunjukkan bagaimana akademisi dan mahasiswa harus bertindak sekarang jika mereka ingin membenahi sistem yang bobrok ini.

Neil Potsman pernah menulis buku Matinya Pendidikan, karena melihat kenyataan banyaknya persoalan pendidikan yang sangat menyakitkan dan menyedihkan. Dan menurut Postman, pembaruan pendidikan bisa dilakukan jika kita mengetahui bagaimana seharusnya menyekolahkan kaum muda. 

Dalam pandangan Postman proyek-proyek edukasi tidak identik dengan praktik-praktik pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah bisa jadi sangat konservatif, terutama karena skolah lebih berperan sebagai tembok pembatas dari pada ruang yang lapang untuk pergerakan pikiran. Proses pendidikan di sekolah bagi para siswa tampak sebagai sosok yang tidak mengenal belas kasihan.

Akhirnya, kecemasan akan masa depan pendidikan sudah berkali-kali dinyatakan oleh para pemikir (pendidikan). Sinisme, satire, dan kredo yang menohok kenyataan praktik-praktik pendidikan muncul tanpa henti: deschooling society (masyarakat bebas dari sekolah) dari Ivan Illich, the end of school menurut Everett Reimer, pedagogy od the oppressed dalam pandangan Paulo Freire, dan the end of education kata Neil Postman.

Ivan Illich seorang Anarkisme-radikal, mengusulkan agar lembaga sekolah dihapus saja. Sekolah telah menciptakan kesenjangan. Olehnya menurut Illhich, meskipun orang perlu belajar, tetapi tidak perlu ada sekolah. Orang dapat belajar dalam kelompok-kelompok atau sanggar-sanggar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun