Mohon tunggu...
Tania Tan
Tania Tan Mohon Tunggu... Mahasiswa - You can if you think you can.

Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prodi Ilmu Komunikasi Angkatan 2019

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kampanye Coca-Cola: "Share A Coke" or "Share A Pollution"

29 Maret 2021   18:58 Diperbarui: 29 Maret 2021   19:04 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar dari ecommerce

Postmoderenisme merupakan kritik atas budaya populer yang dibentuk masyarakat modern. Hidayat, M. (2019) dalam jurnalnya mengatakan salah satu kritik postmoderenisme adalah segala sesuatu yang diasosiaikan dengan modernitas atau reaksi melawan moderenisme. Maka dari itu, Culture Jamming merupakan salah satu pemikiran yang lahir dari postmoderenisme.

Culture Jamming Pada Coca-Cola

Ketika Coca-Cola mejadi sebuah budaya populer yang dikonsumsi masyarakat secara luas, maka muncul sebuah kritik dalam bentuk Culture Jamming yang diasosiasikan pada kampanye "Share A Coke" yang dibuat oleh Coca-Cola Company. Tujuan awal kampanye ini tentu saja untuk menarik lebih banyak konsumen dan mendapat keuntungan yang meningkat tajam ketika kampanye ini sempat menjadi sebuah trend dikalangan masyarakat. Kritik tersebut dibuat dalam bentuk sarkasme terhadap kampanye "Share A Coke" menjadi "Share A Coke With Pollution" dan "Share A Coke With Obesity." 

Kritik ini tentu saja bentuk dari Culture Jamming yang hadir untuk memberikan kritik terhadap budaya populer dan kapitalis. Protes ini digunakan oleg geraka sosial anti-konsumeris. Kritik ini hadir karena melihat bahwa perusahaan ini hanya mengambil keuntungan yang diperoleh oleh kapitalis atau pemilik modal.
Gerakan anti-konsumeris melihat bahwa tingkat konsumsi yang terlalu tinggi terhadap produk Coca-Cola memberikan dampak yang cukup buruk bagi kesehatan dan lingkungan yang tidak diperhatikan oleh kapitalis. Selain menjadi brand minuman terbesar di dunia, 

Coca-Cola juga dinobatkan sebagai brand paling berpolusi di dunia dalam audit sampah plastik. Coca-Cola menyumbang sebanyak 11.732 sampah plastik yang dikumpulkan oleh organization's volunteers Nace,T (2019). Jumlah tersebut membuat brand ini berada pada peringkat pertama brand dengan populasi sampah plastik terbanyak menurut forbes.com.

Selain itu tingkat konsumsi yang berlebihan mengakibatkan jumlah penyakit diabetes dan obesitas meningkat. Adrian, K (2016) mengatakan bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa minuman bersoda yang mengandung gula mampu meningkatkan risiko berkembangnya penyakit diabetes tipe 2.

Hal-hal seperti inilah yang dikritik oleh apa yang kita sebut dengan Culture Jamming. Kritik diberikan untuk membuka kesadaran masyarakat untuk tidak hidup konsumtif dan berlebihan. Karena hal tersebut hanya akan menguntungkan kapitalis dan pemilik modal tanpa mempertimbangkan dampak yang mereka berikan.
 
 
Daftar Pustaka
Hidayat, M. A. (2019). Menimbang Teori-Teori Sosial Postmodern: Sejarah, Pemikiran, Kritik Dan Masa Depan Postmodernisme. Journal of Urban Sociology, 2(1), 42-64.

Putri, L. A. (2011). Culture Jamming Versus Popular Culture.

Cocacola.id(n,d). Berapa banyak minuman yang dijual The Coca-Cola Company di seluruh dunia setiap harinya?. Diakses pada 29 Maret 2021, dari sini

Djumena, E. (2015).Kompas.com. Ada 70 Nama Indonesia di Kemasan Coca-Cola, Ini Nama-namanya. Diakses pada 29 Maret 2021, dari sini.

Nace, T. (2019).Forbes. Coca-Cola Named The World's Most Polluting Brand in Plastic Waste Audit. Diakses pada 29 Maret 2021, dari sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun