Fakta tentang kelebihan bambu tersebut antara lain: memiliki kapasitas penyerapan Karbon (CO2) yang sangat tinggi, yaitu lebih dari 40 ton karbon dioksida per hektar setiap tahun; batang bambu tumbuh lebih cepat dibanding kayu 3-5 tahun dewasa, dipanen dalam 4-7 tahun, tumbuh sampai 1 m/hari; Budidaya bambu terbukti meningkatkan kandungan karbon organik dan status nutrisi tanah yang tersedia (Nitrogen, Fosfor, Kalium), menjadikannya ideal untuk restorasi tanah dan daur ulang nutrisi di lokasi. (sumber: Chong Li, 2021; Chunyu Pan, 2023; Ming Chen,2022; Aniket S Gaikwad,2022; Michael Awotwe-Mensah, 2023 dalam paparan materi DITJEN INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN yang disampaikan dalam Forum Bumi 18 September 2025)
Keberadaan rumpun bambu Legok dalam menjaga pilar kesejukan alam terekam jelas melalui kesahajaan masyarakatnya. Terlihat bangunan rumah yang memanfaatkan bambu sebagai bahan yang mudah didapat, hemat serta kuat di tengah rumpun bambu yang menjulang.
Di balik kesan "angker", justru masyarakat asli Legok telah bermukim sekian lama dalam geliat ekonomi lokal mencipta aneka produk anyaman bambu yang multi guna dan bernilai ekonomi meski harganya belumlah tinggi.
Inovasi kerajinan berbahan dasar bambu pun harus terus ditingkatkan khususnya dikalangan generasi muda sebagai langkah mencetak para pegiat eco bamboo-preuner.
Bambu di kawasan Legok secara spesies dan jumlah belum tersentuh kebijakan secara holistik. Hal tersebut terlihat dari data yang disajikan dalam Kecamatan Legok Dalam Angka 2024.
Laporan tahunan tersebut tidak menyebut secara spesifik kuantitas kebun bambu, justru disebut beberapa jenis hasil pertanian dan perkebunan buah.
Pengelolaan lahan bambu menjadi hak keluarga dan individu yang memang memiliki kemampuan menganyam sebagai kreatifitas usaha rumahan.
Sebut saja misalnya keluarga perempuan pembuat anyaman yang saya sebut sebagai Mak Ambu. Perempuan yang berusia senja tersebut masih menekuni anyaman berupa tampah.
Namun saat ditanya apakah ada anyaman yang bisa dibeli secara langsung, dengan bahasa Sunda-Banten yang kental, Mak Ambu menerangkan bahwa harus pesan terlebih dulu.Â
Tidak setiap perajin setiap hari akan memproduksi anyaman, kecuali ada pesanan dalam jumlah banyak. Biasanya bakul atau tampah dibeli oleh pengepul di pojok desa.