Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Rumpun Bambu Legok - Kabupaten Tangerang, Pilar Kesejukan Alam dan Potensi Ekonomi Lokal di tengah Beton yang Menjulang

5 Oktober 2025   18:18 Diperbarui: 5 Oktober 2025   19:04 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumpun Bambu di Desa Legok Pilar Kesejukan Alam sekaligus Potensi Ekonomi Lokal Masyarakat Tradisional (dok.Pri)

Perlu kiranya ada intervensi dari pelbagai pihak baik pemerintah , swasta dan stakeholder yang memiliki visi misi menjaga bambu lestari agar masyarakat Legok bisa lebih bersemangat dalam mempertahankan, menambah dan memiliki pengetahuan lebih tentang manfaat bambu bagi anak cucu mereka. Dalam hal ini Kehati bersama mitra terkait  baik dari kalangan perbankan atau mitra kolaboratif bisa memberikan upskilling dan pendampingan kebijakan ke lembaga permintah baik daerah hingga kementerian terkait. 

Rumpun Bambu di Legok yang butuh Rehabilitasi agar tetap mampu menjadi pilar kesejukan di tengah betonisasi.(dok.Pri)
Rumpun Bambu di Legok yang butuh Rehabilitasi agar tetap mampu menjadi pilar kesejukan di tengah betonisasi.(dok.Pri)

Rumpun bambu di kawasan legok memang belumlah masuk dalam  perjalanan konservasi bambu di Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, NTB hingga NTT yang berlangsung dari tahun 2012 hingga 2023. Meski terbilang kecil, namun langkah konservasi itu sangat penting, khususnya menyangkut edukasi , rehabilitasi dan peningkatan kapasitas kerajinan masyarakat tradisional untuk meningkatkan kesejahteraan. Antisipasi terhadap beberapa rumpun bambu yang mulai rusak sangat dibutuhkan.  Upaya untuk menggandeng mereka yang menjadi lokomotif modernisasi pembangunan kawasan sekitar legok dengan bangunan superblok harus dimulai memalui gerakan 1 rumah 1 batang bambu. Hitungan ini menjadi langkah kecil mengingat Legok berada di balik kawasan perumahan modern yang dibangun oleh developer yang harus dilibatkan dalam upaya mengurangi dampak karbon dengan konservasi bambu. Peraturan derah di tingkat lokal diharapkan bisa menjadi payung hukum yang mengingat agar konservasi bambu di Legok bisa maksimal adanya.

Sedikit jumlah bambu di kawasan Legok ini menjadi tumpuan sungai Ci Manceuri tidak  meluap saat hujan deras. Akar Bambu menjadi sumber resapan air yang dapat diandalkan dan mampu menahan gerusan air. Disamping bisa menjaga agar air tetap memiliki kualitas yang bagus. Hal tersebut sempat diceritakan oleh pekerja yang tinggal di perbatasan Pagedangan- Legok bahwa udara di kawasan Legok masih terbilang sejuk, begitupun air tanahnya masih jernih meski banyak pabrik yang mengelilingi.  Rumpun bambu Legok menjadi pilar kesejukan alam yang harus dipertahankan.

Ambu (Ibu) Perajin Anyaman Bambu di Legok yang tidak setiap hari memproduksi Bakul (dok.Pri)
Ambu (Ibu) Perajin Anyaman Bambu di Legok yang tidak setiap hari memproduksi Bakul (dok.Pri)

Langkah kolaboborasi di tingkat pemangku kepentingan setingkat menteri harus pula diperkuat untuk mewujudkan ketahanan ekosistem dan landskap, penguatan ekonomi berbasis ekosistem budaya lokal terlebih upaya kongkrit mitigasi perubahan iklim.  Kiranya SKB 3 Menteri mampu memperkuat langkah konservasi, maka Ambu (Ibu) perajin anyaman bambu , dan segenap generasi muda menanti kolaborasi antara Kementerian KLH- Kementerian Perindustrian dan Menko PMK untuk bersama pegiat konservasi bambu memperkuat kota satelit di sekitar Jakarta, salah satunya Kabupaten Tangerang sebagai kota seribu Industri . Biar bagaimanapun rumpun bambu legik harus lebih rimbun dari beton-beton yang menjulang. Agar harmoni alam tak lekang oleh  arus zaman.

salam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun