Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Botol Mungil Berisi Sabun dan Sampo Hotel, Koleksi Imut Jejak Cerita Sebuah Perjalanan

5 Mei 2021   23:53 Diperbarui: 6 Mei 2021   00:48 1708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.pri Koleksi Toileteries Hotel

Entah apa yang merasukiku, manakala mendapat kesempatan untuk stay cation alias menginap di hotel. Hal pertama yang aku cek adalah ketersediaan Toileteries berupa sabun dan shampo yang ditempatkan dalam botol mungil. Padahal sudah membawa keperluan alat mandi yang disiapkan dari rumah.

Rasa penyesalan sempat datang. Kenapa baru 5 tahun belakangan terfikir membawa pulang sabun dan sampo hotel untuk dijadikan benda kenang-kenangan ya. Padahal sejak  zaman masih kuliah hingga kerja formal dulu kerap mendapat fasilitas akomodasi hotel Bagus manakala ada tugas ke luar kota.

Alhasil sesal tiada guna, hanya bisa mengobatinya dengan telaten mengumpulkan barang 1-2 jenis toileteries untuk disimpan hingga sekarang. Biasanya semakin mahal kelas dan rate hotel, maka toileteries berupa sabun dan sampo dalam botol kecilnya pun semakin menawan bentuknya. Tersedia juga conditioner dan hand body.

Jika ditanya jumlahnya, belumlah mencapai ratusan botol sih. Sebab sebagian rusak akibat penyimpanan dan seringnya saya berpindah dari satu daerah ke daerah lain sebelumnya ( sebut saja Madiun, Magetan, Trenggalek, Kediri, Bekasi). 

Padahal beberapa diantaranya termasuk saya bawa saat saya melawat ke seperempat Raja Ampat, Papua Barat tahun 2015. Pun saya membawa beberapa botol sampo dan sabun hotel yang terbilang mewah di kawasan Seminyak Bali saat terpilih   10 besar peserta explore Ubud Kompasiana - Kementerian Pariwisata di tahun yang sama.

Beberapa lainnya saya dapat dari hotel di kawasan Yogyakarta, Solo, Semarang, Banyuwangi, Surabaya, Malang dan Jakarta. Setidaknya botol-botol imut tersebut menjadi jejak perjalan selama ini. Mengingatkan cerita bahwa pada suatu waktu saya pernah singgah di sebuah kota hanya dengan memandangnya.

Tak perlu perawatan khusus dalam mengoleksi toileteries hotel. Selama kemasan belum dibuka, akan lebih aman menyimpannya dalam kotak. Hanya saja jika tidak hati-hati menaruhnya, adakalanya isi botol meleleh keluar dan menjadikan lengket botol-bot yang lain. Saya sendiri selama ini jarang menggunakan sampo/sabun hotel  untuk kebutuhan sehari-hari. Cukup disimpan sebagai koleksi saja.

Tagline Green Hotel Save The Earth, Membuat Koleksi Ini Sulit Bertambah. 

Santai dalam mengoleksi, demikian semangat yang saya tanamkan agar saya tidak berlebihan sehingga harus berburu ke hampir semua penjuru. Terlebih stay cation di hotel ala saya hanya dilakukan jika memang ada acara atau perjalanan ke luar kota. 

Saya juga memasang rambu-rambu dalam mengoleksi toileteries. Bukan pada target kuantitas semata, melainkan cenderung pada kualitas. Artinya, jika saya menginap di satu hotel cukup maksimal 2-4 botol saja akan saya bawa. Sehingga jarang saya meminta tambahan toileteries  pada cleaning servis.

Sayangnya kini, banyak hotel menerapkan Go Green dan save the earth management sehingga kebutuhan toileteries tamu hotel disediakan tidak dalam bentuk sekali pakai. Alhasil jarang ada botol-botol mungil berisi sampo/sabun yang bisa dibawa pulang. Pada umumnya tersedia mini dispenser sabun/sampo yang menempel di dinding kamar mandi kamar hotel.

Satu sisi sempat merasa kecewa pastinya koleksi Sabun/sampo hotel saya akan sulit untuk bertambah. Sisi lain, saya sadar bahwa itu semua demi kebaikan dan masa depan bumi, planet yang kita tinggali agar lebih baik segala sesuatunya. 

Dengan meniadakan botol-botol berisi sabun/sampo itu berarti mengurangi sampah plastik yang akan membantu lingkungan hidup jauh lebih baik bagi sekian generasi ke depan. Kita pun harus mendukung sebagai upaya bersama menumpuknya sampah plastik yang beresiko terhadap bumi dan perubahan iklim.

 Jika saja boleh memberi masukan pada manajemen hotel, tidak ada salahnya agar tetap menyediakan toileteries berbayar alias bisa didapat tapi tidak cuma-cuma. Para tamu hotel yang menginginkan sampo/sabun dalam botol mungil bisa menghubungi receptions dan membayar deposit seharga sabun/sampo sebagai cendera mata yang bisa dibawa pulang.

Dok.pri saya mengabadikan koleksi toileteries milik mbak Tity
Dok.pri saya mengabadikan koleksi toileteries milik mbak Tity
Bertemu Traveller dan Staycationers, Dari Barter Hingga Ambil Aja 

Bagi kalangan Traveller, cenderamata sabun/sampo hotel terlebih dari beberapa negara pastinya menjadi kenangan tersendiri. Begitu juga bagi para blogger lifestyle yang kerap mendapat kerjasama untuk review melalui aktifitas staycation.

Tanpa sengaja saat saya mengunggah foto koleksi saya ini direspon oleh beberapa kompasianer diantaranya Mbak Gaganawati Stegman yang bermukim di Jerman, mbak Tity kompasianer lawas yang juga seorang Traveller. Maka  bertandang ke kediaman mbak Tity sembari barter toileteries pun saya lakukan. Ahahahha padahal mbak Tity mempersilahkan saya untuk mengambilnya saja.

Sebagian koleksi milik mbak Ety Budiharjo yang saya foto. Dok.pri
Sebagian koleksi milik mbak Ety Budiharjo yang saya foto. Dok.pri
Begitupun saat saya bertandang ke rumah salah satu blogger yang doyan staycation di hotel, tak tanggung-tanggung blogger salah satu akun medsosnya bermana DoyanNgamar itu langsung mempersilahkan saya untuk memilih toileteries miliknya. Ambil ajaa, begitu dia membuat saja girang bukan kepalang.

Begitulah, cerita saya tentang koleksi barang. Mungkin tak memiliki nilai ekonomis sama sekali, namun menyimpan kenangan perjalanan tersendiri. Ssssttt adakah yang punya koleksi sama dengan saya? Barter yukkk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun