Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pelaku Usaha Kecil Gunakan Fintech, Kenyamanan Transaksi Menuju Kemapanan Investasi

31 Agustus 2020   23:08 Diperbarui: 31 Agustus 2020   23:07 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.pri pembayaran transaksi dengan scan QRIS

QR Code sumber : cermati.com
QR Code sumber : cermati.com
Seiring dengan perkembangan Fintech yang sedemikian pesat di Indonesia, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan satu kode QR pembayaran Indonesia, yakni QRIS (QR Indonesia standart). 

Sebagai pengguna yang cenderung menjadi pengabdi Fintech , saya merasakan totalitas kenyamanan pembayaran. Apapun fintech yang ada di ponsel saya, bisa digunakan untuk scabn QRIS di berbagai merchant/gerai pembelian. QRIS resmi ditetapkan sejak 1 Januari 2020.

Siapa sangka beberapa bulan setelah QRIS yang menjadi penopang technologi Fintech di Indoenesia diwajibkan, pendemi melanda. Ketidakpastian global berupaya menggoyang stabilitas sistem keuangan. Beruntung, Makroprudensial aman terjaga. 

Hal itu terbukti bahwa daya beli masyarakat masih terbilang kuat. Pemanfaatan Fintech sebagai channel pembayaran yang aman dan nyaman mengalami peningkatan sebab hampir semua lini usaha tetap bertahan melalui layanan online.

Baru-baru ini bahkan saya melihat tagline salah satu Fintech yang mengkampayekan bahwa dengan pembayaran fintech tak perlu desinfectan, sebab ini bentuk pembayaran zaman new normal kontan.

Puas sebagai pengguna Fintech untuk berbagai transaksi keuangan diam-diam saya pun mulai memutar haluan. Ya, pendemi yang belum kunjung usai membuat saya harus kreatif dan inovatif menjaga stabilitas keuangan keluarga. Tak bijak rasanya jika hanya menjadi konsumen semata. Berusaha survive dengan defensif itu butuh perjuangan finansial yang luar biasa. 

Akhirnya saya pun mulai merintis usaha. Jika sebelumnya saya pernah menjadikan UMKM sebagai "usaha musiman ketika mood" ( maaf ini hanya gurauan saja), namun akhirnya saja sadar bahwa ternyata usaha mikro kecil menengah UMKM sejati itulah tulang punggung dan ujung tombak perekonomian nasional kita yang tetap bertahan ditengah pendemi.

Kesadaran saya untuk kembali membangun semangat menjadi pelaku usaha mulai bangkit. Dengan konsep reseller produk camilan kacang Bali, saya memulai berjualan secara online. 

Meski dalam keterbatasan, namun semangat saya harus mampu melampaui batas. Alhasil 1 bulan usaha berjalan relatif lancar. Pesanan kacang Bali dari beberapa daerah mulai datang. 

Saya kirim dengan jasa pengiriman logistik dimana pembayarannya saya lakukan menggunakan Fintech, yang ternyata saya bisa mendapatkan cahsback. Tak jarang saya pun memberikan subsidi ongkos kirim kepada pemesan agar tidak berat di ongkos kiri.

Ya, Fintech memberi kenyamanan dalam bertransaksi virtual/daring. Pernah suatu ketika, ada pelanggan yang membayar pesanan melalui transaksi transfer bank. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun