Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menuai Benih Kebangsaan dari Pilpres Tahun 2004

10 Agustus 2018   04:33 Diperbarui: 10 Agustus 2018   12:45 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari 5 kandidat yang lolos seleksi KPU, beberapa ulama besar tampil dalam kontestasi politik memperebutkan tampuk kepemimpinan negeri. Nama mereka berada ditengah-tengah figur anak bangsa yang cukup ternama. Sebut saja :

*Amin Rais-Siswono Yudho Husodo

* Hamzah Haz-Agum Gumelar

*Megawati-KH.Hasyim Muzadi

*SBY-JK

*Wiranto-Salahuddin Wahid

Nama besar KH. Hasyim Muzadi yang notabene pernah menjadi ketua umum PBNU tahun 1999 tentu tidak diragukan lagi. Demikian pula dengan Salahuddin Wahid alias Gus Solah yang merupakan adik Kandung Gus Dur. Belum lagi Hamzah Haz yang kala itu menjabat sebagai ketua umum PPP, partai dengan basis massa Islam.

Indonesia berada pada puncak kaderisasi kebangsaan waktu itu. Pilpres 2004 memunculkan sekian banyak nama putra bangsa terbaik. Masing-masing memiliki rekam jejak yang saling menggenapkan. Hingga pertarungan politik seru namun tak sengit pun riuh gemuruh dalam 2 putaran.

Putaran pertama menyisihkan 3 pasang diantaranya pasangan Gus Solah/adik Gus Dur. Syahdan, pasangan Mega-Hasyim dinilai cukup memiliki peluang mendulang mayoritas suara dan menjadi representasi Nasionalis -Religius. Terlebih Mega merupakan kandidat Incumbent yang sebelumnya menjabat sebagai Presiden .

Pada putaran kedua pilpres 2004, Mega-Hasyim berebut suara dengan SBY- JK. Tokoh nasionalis Religius vis a vis dengan Tokoh Militer Pengusaha. Poros massa pun seolah terbelah sempurna. Namun apakah semangat kebangsaan terkontaminasi oleh racauan keberpihakan politik?. jawabnya , tidak se-ekstreem sekarang.

Hasil Pilpres 2004 memunculkan SBY-JK sebagai pemegang tampuk kepemimpinan negara tahun 2004-2009. Konon Kesumat panjang antara Mega-SBY pun sempat terjadi. Tapi sungguh, perang dukungan itu kondisinya tidak seperti sekarang, sebut Pilpres 2014 bahkan 2019 nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun