Mohon tunggu...
Inovasi

Media Tanam: Produksi Karet tidak lagi 'ngaret'!!!

2 Juni 2016   19:48 Diperbarui: 2 Juni 2016   20:05 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kultur Karet hari ke - 21 dan 30

Hevea brasiliensis adalah spesies penting dalam genus Hevea. Hevea merupakan sumber karet alam yang banyak digunakan dalam industri, terutama industri otomotif. Permintaan bibit karet belakangan ini meningkat dengan tajam, baik untuk penanaman ulang maupun penanaman baru. Permintaan bibit yang meningkat ini disebabkan oleh membaiknya harga karet dan meningkat-nya permintaan pasar. Pemenuhan terhadap kebutuhan bibit karet relatif sulit disebabkan batang bawah yang berasal dari biji sebagai salah satu komponen dalam penyediaan bibit karet tidak selalu tersedia. Kendala utama adalah karet merupakan tumbuhan musiman dan biji karet hanya tersedia satu kali dalam satu tahun.

Di Indonesia sendiri, menurut Menteri Perindustrian produksi industri karet nasional masih rendah. Padahal, Indonesia memiliki areal karet paling luas di dunia yakni sebesar 3,4 juta hektar. Produktivitas karet lokal masih kalah dibanding produksi di Malaysia dan Thailand. Produksi karet yang rendah mengakibatkan harga karet lokal semakin tinggi sehingga kalah bersaing dengan negara lain untuk mendapatkan perusahaan yang mau menerima penjualan karet.

Hevea brasiliensis, merupakan anggota dari keluarga Euphorbiceae. Kebutuhan karet yang tinggi untuk kepentingan ekonomi karena kayu dan lateks yang dikumpulkan merupakan sumber utama karet alam. Salah satu polimer alami yang paling terkenal adalah poli-isoprena atau karet alam. Pohon karet dapat mencapai ketinggian lebih dari 44 meter. Di masa lalu, mencangkok tunas dari klon bibit yang dipilih atau dari benih tanaman digunakan sebagai metode tradisional untuk memperbanyak produksi pohon karet. Biji yang terpilih sering digunakan untuk produksi tanaman yang tahan penyakit. Seiring zaman dibuat suatu metode menyilangkan benih untuk memisahkan (propagasi) tunas dengan mengembangkan teknik baru, seperti mikro propagasi. Pemilihan biji yang unggul lebih disukai untuk pengembangan metode cangkok karena pohon yang dihasilkan akan lebih kuat dan lebih tahan terhadap penyakit. 

Tahun 1940-1950 hampir semua tanaman telah diproduksi dengan metode cangkok menghasilkan pohon-pohon yang relatif homogen, hal tersebut karena kendala untuk mendapatkan bibit unggul dengan jumlah tidak cukup untuk produksi skala besar. Beberapa laporan tentang mikro-propagasi Hevea menggunakan eksplan yang berbeda dan sebagian besar berasal dari bibit. Selain itu tunas dan akar planlet berhasil dikembangkan oleh berbagai peneliti. Induksi planlet yang berasal dari kultur jaringan dapat membasmi materi klonal dengan regenerasi tunas dari tunas ketiak beberapa klon. Sebagian pembudidayaan dengan metode invitro pada tanaman Hevea diarahkan pada perbanyakan skala mikro melalui kultur ujung tunas, kultur nodal, embriogenesis somatik dan transformasi genetik.

Regenerasi tanaman melalui kultur jaringan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman Hevea. Salah satu penelitian dirancang untuk menemukan media pertumbuhan yang cocok yang akan mendukung kultur embrio H.brasiliensis dengan perbedaan konsentrasi dari Benzilaminopurin (BAP) dan konsentrasi Asam Asetat Naftalena (NAA) pada Murashige dan Media Skoog sebagai media dasar. Hasil penelitian tersebut menyatakan media tumbuh in-vitro yang cocok untuk memproduksi planlet karet dengan akar tunggang yang berkembang dengan baikdengan menggunakan 0,075 mg /L BAP dan 0,01 mg /L hormon NAA. 

Dibutuhkan lebih banyak penelitian yang dilakukan untuk menemukan media perbanyakan massal tanaman H.brasiliensis. Peningkatan permintaan untuk produk karet untuk wilayah industri menjadi salah satu faktor dikembangkannya metode in-vitro. Teknik yang digunakan dalam perbanyakan massal karet menghasilkan planlet bebas penyakit yang dapat dibawa ke tempat yang berbeda dalam jumlah besar dengan mudah. Teknik ini berbeda dengan metode konvensional dengan hanya penanaman karet dan akan mampu memenuhi peningkatan permintaan produksi karet.

Tri Ayu Lestari

Mahasiswa SPs Biologi UPI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun