Mohon tunggu...
talitha aurellia alfiansyah
talitha aurellia alfiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - hi!

this too shall pass

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo Siap Beradaptasi terhadap Pandemi Covid-19

9 Januari 2021   12:06 Diperbarui: 9 Januari 2021   12:10 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : surabaya.tribunnews/habibur rohman

Mewabahnya Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di berbagai penjuru dunia, tak terkecuali di Indonesia, menyebabkan berbagai lokasi yang berpotensi dikunjungi banyak orang ditutup sementara, di antaranya destinasi wisata. Di Surabaya sendiri, ada berbagai lokasi destinasi wisata yang ditutup, salah satunya yakni Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo (KEMW). Penutupan sementara oleh Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian sebagai pengelola KEMW dimulai pada 22 Maret 2020 hingga dibuka kembali pada Bulan Juni.  Dibukanya kembali lokasi destinasi wisata tentu harus dibarengi dengan berbagai adaptasi yang dilakukan sebagai bentuk penerapan protokol kesehatan di era "New Normal". Beberapa bentuk adaptasi guna mendukung keberlangsungan kegiatan wisata yang diterapkan di KEMW antara lain :

  • Waktu operasional

Sebenarnya tidak ada perubahan dari segi waktu operasional, yakni tetap sama dari pukul 08.00 - 16.00 WIB. Akan tetapi pentutupan KEMW oleh pihak pengelola sering dilakukan semenjak dibuka kembali. Penutupan ini dikarenakan untuk perawatan rutin serta sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Misalnya per tanggal 24 Desember 2020 - 3 Januari 2021, KEMW bersama beberapa kawasan wisata lainnya ditutup kembali untuk mengantisipasi kenaikan kasus COVID-19 karena arus pengunjung yang diprediksi akan meningkat drastis saat adanya long weekend dikarenakan cuti bersama hari natal (24 Desember - 28 Desember 2020). Info terbaru dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Surabaya (DKPP) melalui laman resmi instagramnya mengumumumkan bahwa penutupan ini diperpanjang hingga 31 Januari 2021.

  • Pembatasan Wisatawan

Pada saat sebelum pandemi, rata-rata kunjungan wisatawan KEMW mampu mencapai 500 hingga 1000 orang per hari. Setelah adanya wabah ini, jumlah rata-rata wisatawan menurun yakni hanya mencapai 100-150 orang saja per harinya. Untuk mengantisipasi penyebaran virus, pihak pengelola melakukan pembatasan jumlah pengunjung menjadi 1/3 dari rata-rata pengunjung pada kondisi normal. Pembatasan ini dilakukan dengan membagikan nomor kartu masuk pada pengunjung dengan jumlah yang telah dibatasi yakni sebanyak 300 kartu. Jika kuota pengunjung sudah mencapai 300 orang, maka pengunjung berikutnya baru bisa memasuki wilayah kebun raya mangrove setelah ada pengunjung yang keluar dengan jumlah yang sama.

  • Protokol "New Normal"

- One Gate System  : Agar pengunjung tak saling berpapasan, pengelola memberlakukan one gate system atau satu jalur. Pengunjung masuk melalui pintu utama, dan keluar di area sentra kuliner. Jadi dalam satu jalur perjalanan akan ada petugas di tiga titik yang langsung mengarahkan ke pintu keluar.

- Keharusan memakai masker, pengadaan bilik disinfektan serta wastafel portable yang dilengkapi dengan sabun, antrian berjarak, pengecekan suhu di pintu masuk serta penggunaan handsanitizer, petugas menggunakan APD, sterilisasi kawasan serta sarana dan prasarana secara rutin

Ekowisata Mangrove Wonorejo Sebagai Kawasan Wisata, Konservasi, dan Edukasi.

Kota Surabaya memiliki hutan mangrove yang berguna untuk mencegah abrasi dan gelombang air laut yang berpotensi melanda kawasan pesisir. Tidak hanya sebagai pelindung, hutan mangrove juga memberi manfaat ekonomi bagi nelayan dan petani tambak yang menggantungkan hidup pada pesisir Kota Surabaya. Total luasan hutan mangrove di Surabaya yakni 81 hektar, di antaranya tersebar di Hutan Mangrove Wonorejo dan Hutan Mangrove Gunung Anyar. Berdasarkan RTRW Kota Surabaya Tahun 2014-2034, hutan mangrove yang berada di timur bagian Surabaya telah ditetapkan menjadi kawasan lindung Pamurbaya (Pantai Timur Surabaya). Kegiatan pembangunan yang diperbolehkan di kawasan ini sangat terbatas, salah satu yang sedang digiatkan oleh Pemerintah Kota Surabaya yakni pemanfaatan hutan mangrove sebagai kawasan ekowisata.

Sebagai salah satu objek ekowisata unggulan yang ada di Surabaya, Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo (KEMW) kerap kali dikunjungi banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Daya tarik hutan mangrove yang eksotis, selain menjadi habitat asli bagi sekawanan burung langka endemik Jawa Timur, juga menjadi alasan utama mengapa objek ekowisata yang satu ini patut untuk dikunjungi. KEMW sendiri tidak hanya mendukung kegiatan wisata saja, akan tetapi juga kegiatan konservasi, edukasi, serta penelitian.

Berikut aspek-aspek pariwisata yang bisa ditinjau pada Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo, yaitu :

1. Dimensi Pariwisata

1. Atraction (Atraksi): Sesuai dengan namanya, Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo (KEMW) lebih menonjolkan hutan mangrove sebagai daya tarik wisata yang diutamakan. Namun karena merupakan kawasan konservasi, pengelolaan terhadap destinasi wisata ini tidak bisa disamakan dengan jenis mass tourism. Atraksi yang ditawarkan tidak semata-mata untuk menarik wisatawan, tetapi juga menawarkan peluang bagi mereka untuk lebih menghargai lingkungan (apresiasi pada biodiversitas). Pengetahuan terkait konservasi lingkungan (khususnya mangrove) juga dikaitkan pada kegiatan wisata pada lokasi ini, misal dengan adanya kegiatan menanam mangrove, pengadaan Minggu Pertanian, dan lain sebagainya.

2. Amenity (Amenitas)  : Selain daya tarik wisata, wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata juga membutuhkan adanya fasilitas yang menunjang kegiatan tersebut.

3. Accessibility (Aksesibilitas) : Aksesibilitas tidak terbatas pada moda transportasi yang dapat digunakan untuk menuju KEMW, namun juga terkait dengan kemudahan dalam mendapatkan informasi tentang daya tarik wisata tersebut. Dengan kecanggihan teknologi masa kini, masyarakat menjadi lebih mudah untuk mengakses berbagai informasi di internet tentang tempat-tempat menarik yang bisa dikunjungi di Surabaya termasuk KEMW. KEMW juga memiliki media sosial seperti instagram (https://www.instagram.com/mangrovewonorejo/) yang di dalamnya tercantum contact person yang dapat dihubungi oleh wisatawan.

2. Sumber Daya Pariwisata

Sumber daya pariwisata yang dimanfaatkan di Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo berasal dari alam dan manusia. Hutan mangrove merupakan daya tarik yang diutamakan dan didukung dengan adanya sumber daya alam lain seperti fauna-fauna yang hidup di dalamnya serta sungai yang digunakan sebagai jalur transportasi yang harus dilalui dengan perahu untuk mencapai hutan mangrove bagian dalam yang dekat dengan laut. Tentu adanya sumber daya alam tersebut tidak bisa lepas dari partisipasi masyarakat setempat dalam pengelolaannya. Masyarakat setempat ikut andil dalam kegiatan perawatan dan penanaman mangrove, persewaan perahu, serta pedagang makanan maupun souvenir di sentra kuliner.

3. Sarana Prasana Pariwisata

- Sarana Prasarana Utama

  • Sentra Kuliner

Bangunan sentra kuliner ini terletak dekat dengan tempat parkir mobil dan bus. Pengunjung bisa bersantai sembari menikmati berbagai olahan kuliner yang ada di sana dan juga tersedia kios-kios souvenir yang menjual cinderamata dari Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo seperti gantungan kunci, kaos, serta topi.

  • Jogging Track

Jogging Track yang disediakan mempunyai panjang sekitar 2 km. Sepanjang perjalanan, pengunjung  Ekowisata Mangrove Wonorejo akan disuguhkan oleh pemandangan tanaman mangrove di kedua sisi kiri dan kanan. Suasana ini menjadi terasa eksotis dengan bunyi kicauan burung yang kerap terdengar dari ranting-ranting pohon.

  • Persewaan Perahu

Jika merasa kurang puas bereksplorasi dengan hanya berjalan menyusuri jogging track, maka pengunjung dapat memilih untuk menyewa perahu. Dengan naik perahu, wisatawan akan dibawa melihat hutan mangrove ini dari sisi yang lain hingga mendekati laut lepas. Persewaan perahu ini dipatok dengan harga Rp. 25.000 per orang dewasa dan Rp. 15.000 per anak-anak.

- Sarana Prasarana Pendukung :

  • Mushola
  • Toilet
  • Tempat Parkir
  • Information Center

4. Wisatawan

Wisatawan yang mengunjungi Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo (KEMW) didominasi atas kelompok-kelompok dengan motif edukasi maupun rekreasi. Kegiatan wisata berdasarkan motif rekreasi di kawasan ini biasanya dilakukan oleh keluarga yang sekadar ingin berlibur untuk menjauhi hiruk-pikuk Kota Surabaya dengan menikmati suasana alami hutan mangrove. Sedangkan kelompok lain yang mengunjungi KEMW dengan motif edukasi yakni akademisi yang melakukan kegiatan penelitian terkait mangrove ataupun fauna-fauna yang berhabitat di hutan mangrove seperti kera, burung, dan kucing mangrove serta instansi pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga menengah yang melakukan kegiatan outbond yang bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan terkait konservasi mangrove itu sendiri.

5. Pengelolaan Pariwisata dan Kelembagaan 

Pengelola utama dari Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo merupakan Pemerintah Kota Surabaya yakni melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian. Selain dari Pemkot Surabaya, dalam menunjang kegiatan ekowisata juga diperlukan adanya partisipasi masyarakat. Di KEMW sendiri partisipasi masyarakat dapat terlihat sejak pertama kali kawasan ekowisata tersebut dibuka di tahun 2009. Adanya kelompok-kelompok masyarakat seperti Kelompok Tani Bintang Timur serta Kelompok Ekowisata Perahu turut berperan besar dalam kegiatan ekowisata di lokasi ini. Tidak hanya dari masyarakat, lembaga lain seperti LSM juga turut berpartisipasi dengan menyumbang bibit pohon mangrove yang kemudian akan ditanam bersama dengan Kelompok Tani Bintang Timur, Ibu-Ibu PKK dan Karang Taruna Wonorejo. Selanjutnya terdapat adanya Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) yang bertugas mengawasi dan menindak lanjuti bila ada tindakan yang melangar peraturan di kawasan konservasi, seperti : penebangan pohon mangrove dan penangkapan burung di area Hutan Mangrove Wonorejo.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, Suci. Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Studi Partisipasi Kelompok Tani Bintang Timur Dalam Pengelolaan Mangrove Di Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya. Diss. UIN Sunan Ampel Surabaya, 2012.

Radar Surabaya

Tribunnews 1, Tribunnews 2

Beritalima

Indonesia Kaya

Sewabussurabaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun